Acara Festival Gethek yang diselenggarakan setiap tahun dengan jarak tempuh sekitar dua kilometer dari Semanggi hingga Jebres tersebut, diikuti sekitar 12 perahu tradisional dengan hiasan dan atraksi lebih bagus dibanding penyelenggaraan sebelumnya.
Perahu tradisional yang menggambarkan sebagai sarana transportasi masa lampau tersebut, dengan membawa sejumlah atraksi di atasnya untuk suguhan masyarakat di sebanjang bantaran Sungai Bengawan Solo. Atraksi itu antara lain peragaan besalen pembuatan keris, kelompok musik keroncong, dan tarian barong kemamang.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surakarta Widdi Srihanto, penyelenggeraan BSGF 2012 ini kembali membawa pesona Bengawan Solo masa lampau sebagai sarana transportasi, dan menggugah kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan di sepanjang sungai terpanjang di Pulau Jawa ini.
Menurut dia, acara BSGF tahun ini diselenggarakan secara lebih berkualitas di bawah Pemimpin Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo. Penataan di bantaran sungai dan pembangunan infrastrukturnya terus dikerjakan.
Bahkan, kata dia, bantaran sungai di Bengawan Solo, setelah ditata dengan baik dapat dimanfaatkan masyarakat untuk beraktivitas seperti olahraga dan menikmati keindahan alam.
Pemerintah pusat pada 2013 berencana membuat program transportasi air di sepanjang Sungai Bengawan Solo ini.
Ia menjelaskan, pihaknya dalam acara festival gethek ini, masih banyak pertimbangan untuk melibatkan peserta dalam jumlah yang besar, terutama persoalan kondisi perairan Bengawan Solo.
"Kami dari dua kali pelaksanaan BSGF sejak 2011 hingga sekarang kebetulan menawarkan kondisi perairan Bengawan Solo saling berbeda. Penyelenggaraan BSGF tahun depan. Setidaknya, panitia menyiapkan minimal dua skenario pelaksanaan, sehingga kendala-kendala di lapangan bisa diantisipasi sejak dini," ucapnya.
Sementara pada festival gethek tersebut, pejabat hadir dan mengikuti antara lain Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo dan jajaran Muspida. Wali Kota Rudyatmo ikut mengayunkan dayung agar laju perahu tradisionalnya mengarah menuju Taman Ronggowarsito Jebres.
Hadi Rudyatmo mengatakan, sebagai pengayun perahu tradisional tersebut sudah biasa dilakukan pada zaman dahulu, karena rumahnya yang dekat bantaran sungai sering melakukan bekerjaan itu.
Menurut dia, festival gethek yang dilakukan setiap tahun berjalan lancar, meski kondisi airnya tidak tinggi seperti pada musim hujan.
Kendati demikian, wali kota berharap agar Bengawan Solo yang akan dijadikan sarana transportasi air seperti masa lalu, tidak hanya sekadar wacana saja. Tetapi, Bengawan Solo yang memiliki sejarah dapat dihidupkan kembali dan dipastikan memerlukan proses waktu yang panjang.