Purwokerto (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, berkomitmen untuk menggenjot penguatan posyandu sebagai ujung tombak layanan kesehatan keluarga dan pilar utama pencegahan stunting di wilayah itu.

Dalam Sarasehan Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Stunting di Ruang Joko Kahiman, kompleks Pendopo Si Panji, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis, Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono mengatakan peran posyandu akan diperkuat melalui peningkatan kualitas kader, sarana pendukung, dan kolaborasi lintas sektor.

"Upaya menurunkan stunting dan memperkuat posyandu bukan hanya tugas Dinas Kesehatan, tetapi tugas kemanusiaan yang harus kita kerjakan bersama lintas sektor, profesi, dan komunitas," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, posyandu harus menjadi pintu pertama layanan kesehatan ibu dan anak.

Terkait dengan hal itu, dia meminta seluruh desa memastikan kegiatan posyandu berjalan konsisten dengan dukungan kader yang mumpuni.

"Peningkatan insentif kader menjadi salah satu perhatian penting agar motivasi dan kualitas pelayanan tetap terjaga," ujarnya.

Dia mengatakan, hingga November 2025, Banyumas mencatat 13 kematian ibu, 194 kematian bayi, serta prevalensi stunting sekitar 14 persen.

Menurut dia, data tersebut menunjukkan bahwa penguatan layanan dasar kesehatan perlu dipercepat, serta berbagai kendala yang dihadapi akan ditangani melalui penguatan koordinasi dan dukungan lintas perangkat daerah.

"Kita harus bekerja lebih cepat dan lebih terkoordinasi. Ini untuk memastikan ibu hamil, bayi, balita, hingga lansia mendapatkan layanan yang mudah dijangkau dan berkualitas," katanya.

Dalam kesempatan itu, dia mengingatkan pentingnya layanan untuk wanita usia subur dan pasangan usia subur dalam rangka membentuk generasi yang sehat sejak sebelum kehamilan.

Menurut dia, program Skrining Layak Hamil perlu diperluas karena dapat mendeteksi faktor risiko yang berdampak pada AKI, AKB, maupun stunting.

Selain itu, kata dia, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah pusat sebagai dukungan tambahan bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, balita, dan pelajar dapat memperkuat intervensi gizi dalam upaya menekan angka stunting.

"Harapannya, penguatan posyandu dan percepatan pencegahan stunting dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat Banyumas," kata Bupati.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Dani Esti Novia memaparkan sejumlah tantangan teknis di posyandu, mulai dari 60 persen kader yang belum terlatih, ketersediaan alat antropometri yang belum merata, hingga cakupan pemberian makanan tambahan (PMT) yang masih di bawah rata-rata nasional.

"Kasus baru stunting kita sudah lebih rendah dari target 2,5 persen, dan Banyumas mendapat penghargaan sebagai kabupaten berkinerja baik dalam pencegahan serta penanganan stunting di Jawa Tengah. Namun, Kecamatan Purwojati masih mencatat insiden tertinggi," katanya.

Pada sektor layanan primer, kata dia, posyandu kini telah memberikan layanan kesehatan sepanjang siklus hidup, termasuk bagi lansia.

Meskipun demikian, dia mengatakan sejumlah tantangan masih mengemuka di antaranya 60 persen atau sekitar 10.213 kader belum memperoleh pelatihan, waktu pelayanan harus menyesuaikan jadwal kader yang sebagian besar berada pada usia produktif, ketersediaan alat antropometri yang belum optimal, serta insentif kader yang belum dialokasikan secara merata oleh desa.

"Harapannya perhatian pemerintah daerah dapat ditingkatkan, terutama untuk insentif kader agar motivasi mereka tetap terjaga," katanya.




Baca juga: Program Speling, ikhtiar Pemprov Jateng atasi TB hingga stunting

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2025