Kudus (ANTARA) - Cabai termasuk salah satu komoditas yang paling sering mengalami fluktuasi harga jual di pasaran, sehingga masyarakat juga sering kali berpuasa menghidangkan sambal di meja makan.

Namun, menghadapi fluktuasi harga yang tidak menentu tersebut ada solusinya, yakni dengan membuat sambal kering yang bisa dihidangkan dalam jangka waktu lama dan tidak perlu ribut dengan lonjakan harga cabai yang fantastis.

Chamdawati, salah satu pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang membuat aneka sambal di Kudus, Jumat, mengakui bahwa salah satu solusi menghadapi lonjakan harga cabai dengan membuat sambal jadi, baik dalam bentuk pasta maupun sambal kering.

"Keduanya sama-sama bisa tahan lama, ketika dimasukkan ke dalam lemari pendingin atau kulkas," ujar Chamdawati warga Prambatan Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.

Ia juga sudah mencoba sambal buatannya disimpan di lemari es hampir tiga bulan lebih, kondisinya masih bagus dan tidak terlihat ada jamurnya.

Awalnya, kata dia, hanya membuat sambal pasta, kemudian berkembang membuat sambal kering karena terinspirasi kesulitan orang berada di luar negeri untuk membawa sambal dari Indonesia.

"Akhirnya, saya mencoba membuat sambal kering yang prosesnya diawali dengan cabai yang dikeringkan terlebih dahulu," ujarnya.

Proses pengeringan cabai, kata dia, ada yang langsung dikeringkan setelah dicuci bersih, sedangkan cara lainnya dengan dikukus terlebih dahulu, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.

Ia mengakui proses pengeringan tanpa dimasak membutuhkan waktu hingga 10 hari, sedangkan melalui proses masak cukup empat hari.

Tahap berikutnya, kata dia, digoreng dengan api kecil bersama bumbu lain, seperti bawang merah, terasi, gula, dan garam hingga matang.

"Bentuknya memang sambal kering seperti bubuk kristal, seperti halnya abon cabai," ujarnya.

Untuk harga jualnya, kata dia, untuk kemasan 100 gram mencapai Rp35.000. 

Peminat sambal kering, menurut dia, masih rendah dan kalah dengan peminat sambal pasta, sehingga promosinya memang perlu digencarkan agar semakin banyak yang berminat.

Sambal kering buatannya itu, imbuh dia, memang bisa menjadi solusi bagi warga Indonesia yang bekerja di luar negeri atau menempuh pendidikan di luar negeri yang tetap ingin merasakan sambal tanpa khawatir cepat basi karena tahan hingga beberapa bulan.

Selain itu, kata dia, sambal kering juga menjadi solusi bagi petani cabai ketika musim panen harga jualnya jatuh, maka bisa dikeringkan dan nantinya bisa diproses menjadi sambal kering atau abon cabai. Karena musim panen terkadang harga jual cabai hanya dihargai Rp15.000/kg, sedangkan saat tidak musim panen melonjak hingga Rp60.000/kg.

Terkait mahalnya harga sambal kering, disebabkan karena prosesnya yang membutuhkan waktu lama. Sedangkan bahan bakunya juga harus banyak karena 5 kilogram cabai segar ketika diolah beratnya hanya 75 gram.

Ia mengakui pernah menerima pesanan dalam jumlah 10 kemasan dengan harga per kemasan Rp35.000. Sedangkan untuk memproduksi dalam jumlah besar, dirinya masih terkendala peralatan pengering saat musim hujan seperti sekarang. 

Baca juga: Menangkap peluang pasar dari cabai olahan
Baca juga: Cabai kering bertahan satu tahun lebih


Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024