Purwokerto (ANTARA) - Peningkatan populasi Indonesia membutuhkan peningkatan produksi pangan dan hortikultura, sehingga salah satu solusi untuk menciptakan ketahanan pangan adalah dengan menerapkan pertanian yang ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik berbahan limbah pertanian dan peternakan.
Dalam upaya ini, PT Pegadaian melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bekerja sama dengan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) guna memberdayakan kelompok tani untuk memproduksi pupuk organik.
Kerja sama tersebut diwujudkan Tim Unsoed yang diketuai Prof. Dr. Ir Tamad, M.Si dari Jurusan Agroteknologi dengan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Bahkan, tim yang beranggotakan Prof. Loekas Soesanto, Dr. Yanuar E. Restiarto, Dr. Agustinah Setyaningrum, Okti Herliana, S.P., M.P., Ni Wayan Anik Leana, S.P., M.P. Ahmad Fauzi, S.P., M.P., memenangkan kompetisi Innovation Fund Ekosistem Kedaireka Batch 3 Tahun 2023, sehingga memperoleh pendanaan Rp1 miliar untuk melaksanakan riset dan pendampingan terhadap mitra binaan PT Pegadaian melalui kegiatan yang berjudul "The Gade Integrated Farming Berbasis Sumberdaya Organik Lokal Guna Mendukung Kemandirian Pupuk, Ketahanan Pangan, dan Sustainable Agiculture,".
Program The Gade Integrated Farming yang digagas oleh PT Pegadaian bergerak dalam bidang pemberdayaan kelompok masyarakat di bidang pertanian dan peternakan yang tersebar di delapan wilayah, yaitu Tulungagung, Madiun, Bantul, Kulonprogo, Magelang, Depok, Bogor, dan Bekasi.
Masing-masing kelompok melakukan usaha tani berbagai komoditas tanaman pangan dan hortikultura serta memproduksi pupuk organik cair dan padat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman yang dibudidayakan.
Kegiatan ini juga dipantau oleh Bahar Rahman dan Guntur S Mahardika dari Intani, mitra program TJSL Pegadaian dari lembaga NGO yang bergerak di bidang lingkungan hidup.
Melalui kolaborasi dalam Program The Gade Integrated Farming, PT Pegadaian berharap ada sentuhan akademisi untuk perbaikan kualitas pupuk yang dihasilkan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 261/KPTS/sr.310/M/4/2019.
Tim dari Unsoed dengan kepakarannya di bidang ilmu tanah menjawab tantangan itu dengan melakukan serangkaian kegiatan yang meliputi uji kualitas/kandungan nutrisi POC (Kandungan Unsur Hara sesuai Permentan 2019), pengayaan POC dengan berbagai bahan dan mikroba agar kandungan nutrisi sesuai, uji skala labratorium dan screen house, kajian aplikasi pupuk pada berbagai komoditas dan lokasi, standarisasi pupuk organik cair dan produksi manufakturing, edukasi dan pendampingan terhadap peternak dalam penyediaan limbah ternak sebagai bahan baku pupuk organik cair, pengajuan paten dan izin edar, serta proses pengemasan, labeling, dan pemasaran
Baca juga: Dua tim mahasiswa Unsoed Purwokerto ikuti Pimnas 2024
Pupuk yang diproduksi oleh kelompok-kelompok binaan ini juga dibantu pengajuan merek dan izin edar dengan nama TGIF, sehingga nantinya dapat dijual untuk kalangan terbatas.
Secara berkesinambungan, Tim Unsoed melakukan pendampingan secara berkala kepada kelompok binaan PT Pegadaian, memberikan pelatihan pengayaan pupuk organik cair, pupuk organik padat, dan pupuk organik hayati, sehingga kandungan nutrisinya meningkat.
Pengayaaan pupuk dilakukan dengan penambahan hijauan dari golongan tanaman legume untuk meningkatkan hara nitrogen, kemudian tepung tulang untuk meningkatkan hara kalium, dan abu sisa vulkanik untuk meningkatkan unsur phospor.
Setelah dilakukan fermentasi ulang maka tercapai persentase kandungan ketiga unsur hara makro, N,P, K sesuai standar Permentan di atas 4 persen.
Dalam pengendalian hama penyakit tanaman, Prof Loekas Soesanto memberikan pelatihan pembuatan pestisida organik berbahan sumber daya lokal diperkaya metabolit sekunder berbahan Trichoderma, sp dan Pseudomonas, sp.
Dr. Ir. Agustinah Setetiyaningrum, M.Si. turut pula memberikan materi pelatihan pengolahan limbah kotoran ternak menjadi kompos. Semua informasi dan pelatihan yang diberikan kemudian diaplikasikan dalam demplot percobaan untuk melihat peningkatan produksi terhadap komoditas tanaman sayuran yang dibudidayakan, sedangkan Ni Wayan Anik, S.P., M.P, Okti Herliana, S.P., M.P. dan Ahmad Fauzi, S.P., M.P. bertanggung jawab dalam mendampingi percobaan skala demplot.
Konsep Integrated Farming System yang diterapkan merupakan suatu sistem daur ulang dengan memanfaatkan limbah tanaman dan hewan sebagai sumber daya. Pertanian yang baik adalah kegiatan pertanian yang dapat menjaga keseimbangan ekosistem, sehingga kandungan unsur hara dan energi tetap seimbang.
Keseimbangan tersebut akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan berkelanjutan secara efektif dan efisien. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah terwujudnya kemandirian pupuk dan ketahanan pangan.
Kepala Divisi TJSL Pegadaian Rully Yusuf, S.E. menyampaikan apresiasinya kepada Tim Unsoed atas pendampingan yang diberikan sehingga petani mampu memperbaiki kualitas pupuk organik yang dihasilkan dan pengajuan izin edar menjadikan produksi pupuk legal dan berpotensi untuk komersialiasasi.
Menurut dia, program pendampingan terhadap kelompok tani dan nelayan ini menjadi salah satu program unggulan TJSL Pegadaian bidang lingkungan hidup dan mendukung ketahanan pangan.
Perwakilan petani, Sandjoko dari Madiun dan Wahyu dari Bantul juga menyampaikan terima kasih kepada PT Pegadaian dan Tim Unsoed karena berkat pendampingannya, petani lebih terampil memproduksi pupuk organik padat dan cair yang sesuai standar Kementan, sekaligus dapat membuat sendiri pestisida organik untuk mengatasi hama penyakit tanaman.
Dampak dari kegiatan ini adalah meningkatnya ketrampilan petani, meningkatnya kualitas hasil panen tanaman pangan dan sayur yang dibudidayakan serta meningkatnya kesuburan tanah.
Direktur Utama PT Pegadaian Damar Latri Setiawan mengaku sangat mendukung kolaborasi tersebut karena jika sektor pertanian maju maka kesejahteraan petani akan meningkat. Di sisi lain, peningkatan kualitas hasil produksi pertanian dapat pula menurunkan angka stunting. [ohr]
Baca juga: Mahasiswa Unsoed ciptakan 14 wirausaha baru di Desa Sokawera Banyumas
Baca juga: Ekonom Unsoed sebut deflasi perlu dikendalikan
Baca juga: Pakar Unsoed: Pencetakan sawah baru di Merauke seharusnya berhasil
Dalam upaya ini, PT Pegadaian melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bekerja sama dengan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) guna memberdayakan kelompok tani untuk memproduksi pupuk organik.
Kerja sama tersebut diwujudkan Tim Unsoed yang diketuai Prof. Dr. Ir Tamad, M.Si dari Jurusan Agroteknologi dengan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Bahkan, tim yang beranggotakan Prof. Loekas Soesanto, Dr. Yanuar E. Restiarto, Dr. Agustinah Setyaningrum, Okti Herliana, S.P., M.P., Ni Wayan Anik Leana, S.P., M.P. Ahmad Fauzi, S.P., M.P., memenangkan kompetisi Innovation Fund Ekosistem Kedaireka Batch 3 Tahun 2023, sehingga memperoleh pendanaan Rp1 miliar untuk melaksanakan riset dan pendampingan terhadap mitra binaan PT Pegadaian melalui kegiatan yang berjudul "The Gade Integrated Farming Berbasis Sumberdaya Organik Lokal Guna Mendukung Kemandirian Pupuk, Ketahanan Pangan, dan Sustainable Agiculture,".
Program The Gade Integrated Farming yang digagas oleh PT Pegadaian bergerak dalam bidang pemberdayaan kelompok masyarakat di bidang pertanian dan peternakan yang tersebar di delapan wilayah, yaitu Tulungagung, Madiun, Bantul, Kulonprogo, Magelang, Depok, Bogor, dan Bekasi.
Masing-masing kelompok melakukan usaha tani berbagai komoditas tanaman pangan dan hortikultura serta memproduksi pupuk organik cair dan padat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman yang dibudidayakan.
Kegiatan ini juga dipantau oleh Bahar Rahman dan Guntur S Mahardika dari Intani, mitra program TJSL Pegadaian dari lembaga NGO yang bergerak di bidang lingkungan hidup.
Melalui kolaborasi dalam Program The Gade Integrated Farming, PT Pegadaian berharap ada sentuhan akademisi untuk perbaikan kualitas pupuk yang dihasilkan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 261/KPTS/sr.310/M/4/2019.
Tim dari Unsoed dengan kepakarannya di bidang ilmu tanah menjawab tantangan itu dengan melakukan serangkaian kegiatan yang meliputi uji kualitas/kandungan nutrisi POC (Kandungan Unsur Hara sesuai Permentan 2019), pengayaan POC dengan berbagai bahan dan mikroba agar kandungan nutrisi sesuai, uji skala labratorium dan screen house, kajian aplikasi pupuk pada berbagai komoditas dan lokasi, standarisasi pupuk organik cair dan produksi manufakturing, edukasi dan pendampingan terhadap peternak dalam penyediaan limbah ternak sebagai bahan baku pupuk organik cair, pengajuan paten dan izin edar, serta proses pengemasan, labeling, dan pemasaran
Baca juga: Dua tim mahasiswa Unsoed Purwokerto ikuti Pimnas 2024
Pupuk yang diproduksi oleh kelompok-kelompok binaan ini juga dibantu pengajuan merek dan izin edar dengan nama TGIF, sehingga nantinya dapat dijual untuk kalangan terbatas.
Secara berkesinambungan, Tim Unsoed melakukan pendampingan secara berkala kepada kelompok binaan PT Pegadaian, memberikan pelatihan pengayaan pupuk organik cair, pupuk organik padat, dan pupuk organik hayati, sehingga kandungan nutrisinya meningkat.
Pengayaaan pupuk dilakukan dengan penambahan hijauan dari golongan tanaman legume untuk meningkatkan hara nitrogen, kemudian tepung tulang untuk meningkatkan hara kalium, dan abu sisa vulkanik untuk meningkatkan unsur phospor.
Setelah dilakukan fermentasi ulang maka tercapai persentase kandungan ketiga unsur hara makro, N,P, K sesuai standar Permentan di atas 4 persen.
Dalam pengendalian hama penyakit tanaman, Prof Loekas Soesanto memberikan pelatihan pembuatan pestisida organik berbahan sumber daya lokal diperkaya metabolit sekunder berbahan Trichoderma, sp dan Pseudomonas, sp.
Dr. Ir. Agustinah Setetiyaningrum, M.Si. turut pula memberikan materi pelatihan pengolahan limbah kotoran ternak menjadi kompos. Semua informasi dan pelatihan yang diberikan kemudian diaplikasikan dalam demplot percobaan untuk melihat peningkatan produksi terhadap komoditas tanaman sayuran yang dibudidayakan, sedangkan Ni Wayan Anik, S.P., M.P, Okti Herliana, S.P., M.P. dan Ahmad Fauzi, S.P., M.P. bertanggung jawab dalam mendampingi percobaan skala demplot.
Konsep Integrated Farming System yang diterapkan merupakan suatu sistem daur ulang dengan memanfaatkan limbah tanaman dan hewan sebagai sumber daya. Pertanian yang baik adalah kegiatan pertanian yang dapat menjaga keseimbangan ekosistem, sehingga kandungan unsur hara dan energi tetap seimbang.
Keseimbangan tersebut akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan berkelanjutan secara efektif dan efisien. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah terwujudnya kemandirian pupuk dan ketahanan pangan.
Kepala Divisi TJSL Pegadaian Rully Yusuf, S.E. menyampaikan apresiasinya kepada Tim Unsoed atas pendampingan yang diberikan sehingga petani mampu memperbaiki kualitas pupuk organik yang dihasilkan dan pengajuan izin edar menjadikan produksi pupuk legal dan berpotensi untuk komersialiasasi.
Menurut dia, program pendampingan terhadap kelompok tani dan nelayan ini menjadi salah satu program unggulan TJSL Pegadaian bidang lingkungan hidup dan mendukung ketahanan pangan.
Perwakilan petani, Sandjoko dari Madiun dan Wahyu dari Bantul juga menyampaikan terima kasih kepada PT Pegadaian dan Tim Unsoed karena berkat pendampingannya, petani lebih terampil memproduksi pupuk organik padat dan cair yang sesuai standar Kementan, sekaligus dapat membuat sendiri pestisida organik untuk mengatasi hama penyakit tanaman.
Dampak dari kegiatan ini adalah meningkatnya ketrampilan petani, meningkatnya kualitas hasil panen tanaman pangan dan sayur yang dibudidayakan serta meningkatnya kesuburan tanah.
Direktur Utama PT Pegadaian Damar Latri Setiawan mengaku sangat mendukung kolaborasi tersebut karena jika sektor pertanian maju maka kesejahteraan petani akan meningkat. Di sisi lain, peningkatan kualitas hasil produksi pertanian dapat pula menurunkan angka stunting. [ohr]
Baca juga: Mahasiswa Unsoed ciptakan 14 wirausaha baru di Desa Sokawera Banyumas
Baca juga: Ekonom Unsoed sebut deflasi perlu dikendalikan
Baca juga: Pakar Unsoed: Pencetakan sawah baru di Merauke seharusnya berhasil