Semarang (ANTARA) - Kwartir Daerah Pramuka Jawa Tengah menyebutkan bahwa kunci kaderisasi pada gerakan Pramuka adalah berada pada pembina sebagai lini terdepan dalam penyelenggaraan kegiatan.
"Maju atau tidaknya (Pramuka), kuncinya ada pada sosok pembina yang menjadi lini terdepan," kata Wakil Ketua Pembinaan Anggota Dewasa Kwarda Jateng Hernowo Budi Luhur, saat dihubungi di Semarang, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa pembina Pramuka tersebar di gugus depan (gudep), baik yang berpangkal di sekolah maupun wilayah atau teritorial.
Diakuinya, sebagian besar pembina Pramuka adalah guru karena gudep dalam gerakan kepramukaan di Indonesia banyak yang berpangkal di sekolah.
"Gudep ini ada banyak, ada yang berpangkal di sekolah dan wilayah atau teritorial. Paling banyak pembina memang guru karena di setiap sekolah pasti ada gudep," katanya.
Namun, kata dia, misalnya di suatu wilayah desa ada sekelompok pemuda yang peduli dengan kegiatan kepramukaan diperbolehkan membuat gudep, misalnya Gudep Ungaran Teritorial.
"Jadi, untuk menjadi pembina tidak harus guru. Siapa saja boleh, asalkan memenuhi persyaratan, khususnya usia di atas 25 tahun dan telah mengikuti kursus mahir dasar," katanya.
Kursus Mahir Dasar (KMD) merupakan kegiatan pendidikan dan pelatihan yang bertujuan memberi bekal pengetahuan dasar dan pengalaman praktis membina pramuka dalam satuan pramuka yang meliputi perindukan siaga, pasukan penggalang, ambalan penegak, dan racana pandega.
Ia mengatakan bahwa para pembina Pramuka harus menjadi sosok contoh teladan, termasuk dalam perbuatan atau perilaku bagi adik-adiknya.
Makanya, kata dia, peran pembina sangat penting untuk keberlangsungan kaderisasi atau regenerasi gerakan kepramukaan.
"Idealnya, satu pembina membawahi 40 anak-anak ya. Dibantu dua pembantu pembina, Itu rasio idealnya," kata Hernowo yang juga Asisten Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Semarang.
Untuk pengembangan gerakan kepramukaan di Jateng, ia mengatakan sejauh ini telah berjalan dengan baik dengan dukungan dari para kepala daerah yang menjadi ketua majelis pembimbing.
"Sebagaimana diketahui bahwa gerakan kepramukaan ini sangat berperan dalam mengembangkan karakter anak-anak dan pelajar. Sejauh ini, pembinaan kepramukaan di Jateng berjalan baik," katanya.
Meskipun prinsip dasar keikutsertaan gerakan Pramuka adalah sukarela, kata dia, termasuk dituangkan juga dalam Undang-Undang Nomor 12/2010 tentang Gerakan Pramuka, seluruh sekolah di Jateng tetap menyelenggarakannya.
"Ya, ini karena peran banyak pihak, termasuk kepala sekolah. Menunjukkan komitmen dalam pengembangan gerakan Pramuka. Karena Pramuka ini kan kegiatan nonformal yang melengkapi pendidikan di sekolah dan keluarga," kata Hernowo.
Baca juga: Wakil wali kota sebut peran penting Pramuka bangun karakter generasi muda
"Maju atau tidaknya (Pramuka), kuncinya ada pada sosok pembina yang menjadi lini terdepan," kata Wakil Ketua Pembinaan Anggota Dewasa Kwarda Jateng Hernowo Budi Luhur, saat dihubungi di Semarang, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa pembina Pramuka tersebar di gugus depan (gudep), baik yang berpangkal di sekolah maupun wilayah atau teritorial.
Diakuinya, sebagian besar pembina Pramuka adalah guru karena gudep dalam gerakan kepramukaan di Indonesia banyak yang berpangkal di sekolah.
"Gudep ini ada banyak, ada yang berpangkal di sekolah dan wilayah atau teritorial. Paling banyak pembina memang guru karena di setiap sekolah pasti ada gudep," katanya.
Namun, kata dia, misalnya di suatu wilayah desa ada sekelompok pemuda yang peduli dengan kegiatan kepramukaan diperbolehkan membuat gudep, misalnya Gudep Ungaran Teritorial.
"Jadi, untuk menjadi pembina tidak harus guru. Siapa saja boleh, asalkan memenuhi persyaratan, khususnya usia di atas 25 tahun dan telah mengikuti kursus mahir dasar," katanya.
Kursus Mahir Dasar (KMD) merupakan kegiatan pendidikan dan pelatihan yang bertujuan memberi bekal pengetahuan dasar dan pengalaman praktis membina pramuka dalam satuan pramuka yang meliputi perindukan siaga, pasukan penggalang, ambalan penegak, dan racana pandega.
Ia mengatakan bahwa para pembina Pramuka harus menjadi sosok contoh teladan, termasuk dalam perbuatan atau perilaku bagi adik-adiknya.
Makanya, kata dia, peran pembina sangat penting untuk keberlangsungan kaderisasi atau regenerasi gerakan kepramukaan.
"Idealnya, satu pembina membawahi 40 anak-anak ya. Dibantu dua pembantu pembina, Itu rasio idealnya," kata Hernowo yang juga Asisten Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Semarang.
Untuk pengembangan gerakan kepramukaan di Jateng, ia mengatakan sejauh ini telah berjalan dengan baik dengan dukungan dari para kepala daerah yang menjadi ketua majelis pembimbing.
"Sebagaimana diketahui bahwa gerakan kepramukaan ini sangat berperan dalam mengembangkan karakter anak-anak dan pelajar. Sejauh ini, pembinaan kepramukaan di Jateng berjalan baik," katanya.
Meskipun prinsip dasar keikutsertaan gerakan Pramuka adalah sukarela, kata dia, termasuk dituangkan juga dalam Undang-Undang Nomor 12/2010 tentang Gerakan Pramuka, seluruh sekolah di Jateng tetap menyelenggarakannya.
"Ya, ini karena peran banyak pihak, termasuk kepala sekolah. Menunjukkan komitmen dalam pengembangan gerakan Pramuka. Karena Pramuka ini kan kegiatan nonformal yang melengkapi pendidikan di sekolah dan keluarga," kata Hernowo.
Baca juga: Wakil wali kota sebut peran penting Pramuka bangun karakter generasi muda