Cilacap (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mengusulkan agar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membangun sumur bor di daerah rawan kekeringan yang ada di wilayah setempat.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Bayu Prahara di Cilacap, Rabu, mengatakan kehadiran sumur bor tersebut menjadi salah satu solusi penanganan bencana kekeringan yang melanda sejumlah wilayah Cilacap untuk jangka panjang.
"Oleh karena itu, kami mengusulkan kepada BNPB untuk membantu pembangunan sumur bor sebanyak kurang lebih enam titik di Kecamatan Patimuan dan Bantarsari," katanya.
Selain mengusulkan pembangunan sumur bor, kata dia, pihaknya juga berkoordinasi dengan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Wijaya Cilacap terkait dengan penanganan jangka panjang di daerah rawan kekeringan.
Ia mengatakan berdasarkan koordinasi tersebut, pihaknya mendapat informasi bahwa Perumdam Tirta Wijaya pada tahun 2024 telah mengalokasikan sambungan baru untuk beberapa wilayah Kecamatan Patimuan, khususnya Desa Rawaapu.
"Harapannya akhir tahun ini, wilayah tersebut sudah teraliri air Perumdam Tirta Wijaya," katanya didampingi Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cilacap Budi Setyawan.
Ia mengakui wilayah terdampak kekeringan pada musim kemarau tahun 2024 terus bertambah meskipun belum mencapai 50 persen dari jumlah daerah rawan kekeringan yang sebanyak 105 desa di 20 kecamatan.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya melakukan penanganan jangka pendek terhadap bencana kekeringan tersebut dengan menyalurkan bantuan air bersih yang bersumber dari APBD Kabupaten Cilacap Tahun 2024.
Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya hingga saat ini belum meminta bantuan dari perusahaan-perusahaan di Cilacap untuk ikut membantu penyaluran bantuan air bersih.
"Kalau memang kami sudah kewalahan, ya nanti ada beberapa perusahaan yang setiap tahun memang menyiapkan CSR (Corporate Social Responsibility/program pertanggungjawaban sosial perusahaan) untuk penyediaan air bersih ini," kata Bayu.
Terkait dengan realisasi penyaluran bantuan air bersih di wilayah terdampak kekeringan, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cilacap Budi Setyawan mengatakan berdasarkan rekapitulasi hingga hari Selasa (6/8), pihaknya telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 305.000 liter atau setara dengan 61 tanki.
Menurut dia, bantuan air bersih tersebut didistribusikan ke 13 desa di 7 kecamatan yang terdampak krisis air bersih, yakni Desa Bojong Ujungmanik, dan Kawunganten Lor (Kecamatan Kawunganten), Desa Cimrutu, Rawaapu, dan Bulupayung (Patimuan).
Selanjutnya, Desa Gintungreja dan Karanggintung (Gandrungmangu), Desa Rawajaya (Bantarsari), Desa Karangkemiri dan Mandala (Jeruklegi), Desa Panikel (Kampunglaut), serta Desa Kunci (Sidareja).
"Bantuan air bersih tersebut disalurkan untuk 3.333 keluarga yang terdiri atas 12.567 jiwa," kata Budi.
Baca juga: BPBD Banjarnegara harapkan pembuatan sumur bor kurangi dampak kemarau
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Bayu Prahara di Cilacap, Rabu, mengatakan kehadiran sumur bor tersebut menjadi salah satu solusi penanganan bencana kekeringan yang melanda sejumlah wilayah Cilacap untuk jangka panjang.
"Oleh karena itu, kami mengusulkan kepada BNPB untuk membantu pembangunan sumur bor sebanyak kurang lebih enam titik di Kecamatan Patimuan dan Bantarsari," katanya.
Selain mengusulkan pembangunan sumur bor, kata dia, pihaknya juga berkoordinasi dengan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Wijaya Cilacap terkait dengan penanganan jangka panjang di daerah rawan kekeringan.
Ia mengatakan berdasarkan koordinasi tersebut, pihaknya mendapat informasi bahwa Perumdam Tirta Wijaya pada tahun 2024 telah mengalokasikan sambungan baru untuk beberapa wilayah Kecamatan Patimuan, khususnya Desa Rawaapu.
"Harapannya akhir tahun ini, wilayah tersebut sudah teraliri air Perumdam Tirta Wijaya," katanya didampingi Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cilacap Budi Setyawan.
Ia mengakui wilayah terdampak kekeringan pada musim kemarau tahun 2024 terus bertambah meskipun belum mencapai 50 persen dari jumlah daerah rawan kekeringan yang sebanyak 105 desa di 20 kecamatan.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya melakukan penanganan jangka pendek terhadap bencana kekeringan tersebut dengan menyalurkan bantuan air bersih yang bersumber dari APBD Kabupaten Cilacap Tahun 2024.
Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya hingga saat ini belum meminta bantuan dari perusahaan-perusahaan di Cilacap untuk ikut membantu penyaluran bantuan air bersih.
"Kalau memang kami sudah kewalahan, ya nanti ada beberapa perusahaan yang setiap tahun memang menyiapkan CSR (Corporate Social Responsibility/program pertanggungjawaban sosial perusahaan) untuk penyediaan air bersih ini," kata Bayu.
Terkait dengan realisasi penyaluran bantuan air bersih di wilayah terdampak kekeringan, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cilacap Budi Setyawan mengatakan berdasarkan rekapitulasi hingga hari Selasa (6/8), pihaknya telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 305.000 liter atau setara dengan 61 tanki.
Menurut dia, bantuan air bersih tersebut didistribusikan ke 13 desa di 7 kecamatan yang terdampak krisis air bersih, yakni Desa Bojong Ujungmanik, dan Kawunganten Lor (Kecamatan Kawunganten), Desa Cimrutu, Rawaapu, dan Bulupayung (Patimuan).
Selanjutnya, Desa Gintungreja dan Karanggintung (Gandrungmangu), Desa Rawajaya (Bantarsari), Desa Karangkemiri dan Mandala (Jeruklegi), Desa Panikel (Kampunglaut), serta Desa Kunci (Sidareja).
"Bantuan air bersih tersebut disalurkan untuk 3.333 keluarga yang terdiri atas 12.567 jiwa," kata Budi.
Baca juga: BPBD Banjarnegara harapkan pembuatan sumur bor kurangi dampak kemarau