Banjarnegara (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mengharapkan pembuatan sumur bor di sejumlah desa rawan kekeringan ekstrem dapat mengurangi dampak musim kemarau tahun ini.
"Pada musim kemarau tahun 2023 yang dibarengi dengan El Nino, di Banjarnegara terdapat puluhan desa di 15 kecamatan mengalami kekeringan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banjarnegara Aris Sudaryanto di Banjarnegara, Sabtu.
Ia mengatakan, dari puluhan desa yang mengalami kekeringan pada musim kemarau pada tahun lalu itu terdapat sekitar 36 desa yang kondisinya paling kering dan lima desa termasuk kering ekstrem.
Dalam hal ini, kata dia, warga di desa yang masuk kategori kering ekstrem sering kali kesulitan mendapatkan air bersih meskipun sedang musim hujan.
Menurut dia, desa-desa rawan kekeringan itu mayoritas berada wilayah selatan Banjarnegara seperti Kaliajir, Jalatunda, dan Wanarata.
"Oleh karena itu, pembuatan sumur bor yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir diprioritaskan di desa-desa yang masuk kategori ekstrem dengan harapan bisa mengurangi dampak musim kemarau," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya telah menyiapkan bantuan air bersih untuk didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan pada musim kemarau.
Selain dari Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, kata dia, pihaknya juga mengupayakan dukungan bantuan air bersih dari organisasi dan instansi lainnya maupun dunia usaha.
"Hal itu berkaca dari realisasi penyaluran bantuan air bersih pada musim kemarau tahun 2023 yang mencapai kisaran 5 juta liter," katanya.
Lebih lanjut, Aris mengatakan selain mengantisipasi bencana kekeringan, pihaknya juga masih melakukan penanganan bencana tanah longsor maupun tanah bergerak di sejumlah wilayah Banjarnegara.
Menurut dia, hal itu dilakukan karena sejak awal Januari 2024 hingga akhir April tercatat sebanyak 498 titik bencana longsor yang tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Banjarnegara.
"Sebagian besar kejadian longsor di Banjarnegara merupakan longsor rayapan, pergerakannya perlahan pada musim hujan. Namun saat musim kemarau, pergerakannya berhenti semua," katanya.
Terkait dengan hal itu, pihaknya hingga saat ini masih menunggu kajian yang dilakukan Badan Geologi sebagai dasar untuk membangun hunian tetap bagi warga yang menjadi korban bencana longsor.
Menurut dia, Pemkab Banjarnegara hingga saat ini telah mendirikan sekitar 88 unit hunian sementara bagi korban longsor yang tersebar di beberapa desa.
"Kami juga terus melakukan upaya mitigasi, sosialisasi, dan menyiapkan masyarakat agar tangguh dalam menghadapi bencana pada musim kemarau maupun musim hujan," kata Aris.
Baca juga: BPBD harapkan musim kemarau tidak berdampak signifikan di Purbalingga
"Pada musim kemarau tahun 2023 yang dibarengi dengan El Nino, di Banjarnegara terdapat puluhan desa di 15 kecamatan mengalami kekeringan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banjarnegara Aris Sudaryanto di Banjarnegara, Sabtu.
Ia mengatakan, dari puluhan desa yang mengalami kekeringan pada musim kemarau pada tahun lalu itu terdapat sekitar 36 desa yang kondisinya paling kering dan lima desa termasuk kering ekstrem.
Dalam hal ini, kata dia, warga di desa yang masuk kategori kering ekstrem sering kali kesulitan mendapatkan air bersih meskipun sedang musim hujan.
Menurut dia, desa-desa rawan kekeringan itu mayoritas berada wilayah selatan Banjarnegara seperti Kaliajir, Jalatunda, dan Wanarata.
"Oleh karena itu, pembuatan sumur bor yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir diprioritaskan di desa-desa yang masuk kategori ekstrem dengan harapan bisa mengurangi dampak musim kemarau," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya telah menyiapkan bantuan air bersih untuk didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan pada musim kemarau.
Selain dari Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, kata dia, pihaknya juga mengupayakan dukungan bantuan air bersih dari organisasi dan instansi lainnya maupun dunia usaha.
"Hal itu berkaca dari realisasi penyaluran bantuan air bersih pada musim kemarau tahun 2023 yang mencapai kisaran 5 juta liter," katanya.
Lebih lanjut, Aris mengatakan selain mengantisipasi bencana kekeringan, pihaknya juga masih melakukan penanganan bencana tanah longsor maupun tanah bergerak di sejumlah wilayah Banjarnegara.
Menurut dia, hal itu dilakukan karena sejak awal Januari 2024 hingga akhir April tercatat sebanyak 498 titik bencana longsor yang tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Banjarnegara.
"Sebagian besar kejadian longsor di Banjarnegara merupakan longsor rayapan, pergerakannya perlahan pada musim hujan. Namun saat musim kemarau, pergerakannya berhenti semua," katanya.
Terkait dengan hal itu, pihaknya hingga saat ini masih menunggu kajian yang dilakukan Badan Geologi sebagai dasar untuk membangun hunian tetap bagi warga yang menjadi korban bencana longsor.
Menurut dia, Pemkab Banjarnegara hingga saat ini telah mendirikan sekitar 88 unit hunian sementara bagi korban longsor yang tersebar di beberapa desa.
"Kami juga terus melakukan upaya mitigasi, sosialisasi, dan menyiapkan masyarakat agar tangguh dalam menghadapi bencana pada musim kemarau maupun musim hujan," kata Aris.
Baca juga: BPBD harapkan musim kemarau tidak berdampak signifikan di Purbalingga