Purbalingga (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, mengharapkan musim kemarau 2024 tidak berdampak signifikan terhadap potensi terjadinya bencana kekeringan di wilayah itu.
"Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG, puncak musim kemarau diprakirakan berlangsung pada bulan Juli-Agustus 2024. Mudah-mudahan musim kemaraunya tidak panjang, sehingga tidak berdampak signifikan terhadap kekeringan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purbalingga Prayitno di Purbalingga, Rabu.
Ia mengakui jika sebelumnya Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) berencana melakukan pengeringan saluran irigasi di daerah irigasi (DI) Banjarcahyana selama musim kemarau dalam rangka pemeliharaan berkala.
Akan tetapi berdasarkan informasi terbaru, kata dia, rencana pengeringan DI Banjarcahyana tersebut tidak jadi dilaksanakan oleh BBWSO.
Dengan demikian, lanjut dia, ketersediaan air untuk kebutuhan pertanian tetap bisa terpenuhi oleh DI Banjarcahyana.
"Selain itu, dengan adanya air di saluran irigasi biasanya juga akan berpengaruh terhadap ketersediaan air di sumur-sumur warga terutama yang berada di sekitar daerah irigasi, sehingga airnya tidak menyusut saat musim kemarau," katanya.
Di sisi lain, kata dia, keberadaan sumur bor yang dibangun di sejumlah desa atas bantuan berbagai pihak diharapkan dapat mengurangi dampak kekeringan pada musim kemarau tahun 2024.
Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya tetap menyiapkan bantuan air bersih untuk mengantisipasi kemungkinan adanya wilayah yang terdampak kekeringan.
Menurut dia, hal itu berkaca pada musim kemarau tahun 2023 yang mengakibatkan 82 desa di 15 kecamatan terdampak kekeringan.
"Kami juga sudah berkoordinasi dengan berbagai organisasi perangkat daerah (OPD), PDAM, PMI, dan instansi maupun organisasi lain termasuk dunia usaha untuk ikut membantu menyalurkan bantuan air bersih jika ada desa yang mengalami kekeringan," kata Prayitno.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca yang dirilis BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah, awal musim kemarau di wilayah Jateng secara umum diprakirakan akan berlangsung pada bulan Mei meskipun ada beberapa daerah khususnya pantura timur yang diprakirakan telah memasuki awal musim kemarau pada dasarian kedua bulan April.
Akan tetapi wilayah pegunungan tengah khususnya Kabupaten Pekalongan bagian selatan dan tenggara, Purbalingga bagian utara, Banjarnegara bagian barat laut, dan sebagian kecil barat daya Batang diprakirakan paling akhir memasuki awal musim kemarau, yakni pada dasarian ketiga bulan Juni.
"Sifat hujan periode musim kemarau tahun 2024 umumnya Normal (N) hingga Atas Normal (AN). Puncak musim kemarau umumnya diprakirakan terjadi pada bulan Juli dan Agustus," kata Teguh.
Baca juga: Antisipasi El Nino, Pemkab Kudus bantu petani 47 mesin pompa
"Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG, puncak musim kemarau diprakirakan berlangsung pada bulan Juli-Agustus 2024. Mudah-mudahan musim kemaraunya tidak panjang, sehingga tidak berdampak signifikan terhadap kekeringan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purbalingga Prayitno di Purbalingga, Rabu.
Ia mengakui jika sebelumnya Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) berencana melakukan pengeringan saluran irigasi di daerah irigasi (DI) Banjarcahyana selama musim kemarau dalam rangka pemeliharaan berkala.
Akan tetapi berdasarkan informasi terbaru, kata dia, rencana pengeringan DI Banjarcahyana tersebut tidak jadi dilaksanakan oleh BBWSO.
Dengan demikian, lanjut dia, ketersediaan air untuk kebutuhan pertanian tetap bisa terpenuhi oleh DI Banjarcahyana.
"Selain itu, dengan adanya air di saluran irigasi biasanya juga akan berpengaruh terhadap ketersediaan air di sumur-sumur warga terutama yang berada di sekitar daerah irigasi, sehingga airnya tidak menyusut saat musim kemarau," katanya.
Di sisi lain, kata dia, keberadaan sumur bor yang dibangun di sejumlah desa atas bantuan berbagai pihak diharapkan dapat mengurangi dampak kekeringan pada musim kemarau tahun 2024.
Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya tetap menyiapkan bantuan air bersih untuk mengantisipasi kemungkinan adanya wilayah yang terdampak kekeringan.
Menurut dia, hal itu berkaca pada musim kemarau tahun 2023 yang mengakibatkan 82 desa di 15 kecamatan terdampak kekeringan.
"Kami juga sudah berkoordinasi dengan berbagai organisasi perangkat daerah (OPD), PDAM, PMI, dan instansi maupun organisasi lain termasuk dunia usaha untuk ikut membantu menyalurkan bantuan air bersih jika ada desa yang mengalami kekeringan," kata Prayitno.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca yang dirilis BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah, awal musim kemarau di wilayah Jateng secara umum diprakirakan akan berlangsung pada bulan Mei meskipun ada beberapa daerah khususnya pantura timur yang diprakirakan telah memasuki awal musim kemarau pada dasarian kedua bulan April.
Akan tetapi wilayah pegunungan tengah khususnya Kabupaten Pekalongan bagian selatan dan tenggara, Purbalingga bagian utara, Banjarnegara bagian barat laut, dan sebagian kecil barat daya Batang diprakirakan paling akhir memasuki awal musim kemarau, yakni pada dasarian ketiga bulan Juni.
"Sifat hujan periode musim kemarau tahun 2024 umumnya Normal (N) hingga Atas Normal (AN). Puncak musim kemarau umumnya diprakirakan terjadi pada bulan Juli dan Agustus," kata Teguh.
Baca juga: Antisipasi El Nino, Pemkab Kudus bantu petani 47 mesin pompa