Semarang (ANTARA) - Gangguan kepribadian narsistik atau narcissistic personality disorder (NPD) dikategorikan dalam salah satu penyakit kejiwaan yang ditandai haus pujian, merasa paling benar, superior, tidak memiliki empati terhadap lingkungan sekitar, dan para pengidap sering tidak menyadarinya.
Kartika Soeminar, menjadi salah satu korban yang mendapatkan perlakuan abusive dari orang terdekat yang over-narsistik, bahkan ibu dari seorang gadis ini mengaku pernah mengalami depresi karena menjadi korban selama 23 tahun.
"Awalnya saya tidak tahu soal NPD. Apa pun dipendam dan membuat saya sakit menderita secara mental. Saat ada informasi soal NPD, saya mencari informasi dengan banyak membaca buku, termasuk berbicara dengan sahabat yang kebetulan juga psikolog. Ciri-ciri NPD ada pada pasangan saya," cerita Kartika.
Hal itu diceritakan Kartika Soeminar pada sebuah kampanye bertajuk #BrokenButUnbroken bersama Komunitas Emak Blogger (KEB) di sebuah hotel di Semarang, Sabtu (29/6/2024). Kartika keliling ke sejumlah kota besar di Indonesia untuk memberikan edukasi ke masyarakat khususnya perempuan tentang pentingnya memahami gangguan NPD dan cara menghadapinya.
Kartika kemudian mengambil keputusan berpisah dengan pasangannya setelah berat badannya turun 9kg, HB tinggal 7 padahal tidak ada pendarahan, dan merasakan mentalnya sakit, serta ada kebulatan tekad untuk bahagia.
"Saya semakin lama semakin tua, selama 23 tahun menderita, dan tidak ada kata terlambat untuk bahagia. Saya curhat dengan membuat buku atas apa yang saya alami sekaligus sebagai edukasi ke masyarakat. Di luar sana pasti banyak yang mengalami. Wanita berhak bahagia dan berhak dihargai. Kalau kita bahagia maka kita sehat," kata Kartika.
Psikolog senior Probowatie Tjondronegoro yang juga sebagai pemateri dalam acara tersebut menjelaskan mulai dari pengertian NPD yakni gangguan kepribadian dimana individu memiliki perasaan berlebihan tentang pentingnya diri sendiri, membutuhkan perhatian, dan kekaguman berlebihan, serta kurang empati terhadap orang lain.
Probo menyebutkan sejumlah ciri NPD di antaranya, perasaan grandiositas (merasa dirinya sangat penting dan superior dibandingkan orang lain), kebutuhan konstan akan pujian, keyakinan bahwa mereka istimewa dan unik, ekpsloitasi interpersonal, kurang empati, iri terhadap orang lain atau percaya orang lain iri pada mereka, dan memiliki prilaku arogan juga sombong.
"Orang NPD cenderung tidak sadar dirinya memiliki ciri-ciri itu. NPD bisa disebabkan karena salah asuh, lingkungan masa kecil yang selalu mendapatkan pujian, merasa tidak pernah salah dengan berbagai cara, serta selalu dikagumi," kata Probo.
Probo menyebutkan terdapat lima langkah psikologis yang bisa diterapkan dalam menghadapi orang dengan gangguan NPD yakni: satu; menerapkan batasan (memperkuat diri sendiri untuk tidak terlalu memperhatikan perlakuan pengidap NPD, bersikap apatis alias cuek, mengurangi interaksi dan komunikasi dengan mereka menjadi cara efektif untuk menjaga kesehatan mental).
Kedua; afirmasi positif (berikan stimulus energi positif untuk diri sendiri setiap harinya. Ucapkan kata-kata yang bisa menguatkan mental seperti saya semakin kuat, saya bisa menghadapi semua. Terdengar sederhana, tetapi kalimat ini memiliki kekuatan untuk mengubah hidup menjadi kuat).
Ketiga; journaling (terapi kertas. Caranya ambil secarik kertas yang tidak pakai, ambil spidol lalu tulis dan gambarlah luapan isi hati juga emosi terhadap orang NPD. Selanjutnya robeklah buntalan kertas tersebut dan buang. Terapi ini dianggap efektif untuk meluapkan rasa kesal kita terhadap pengidap NPD).
Keempat; pendekatan spiritual (meningkatkan ibadah dan memohon diberikan kekuatan mental juga kesehatan jasmani dalam menghadapi orang NPD. Memohon supaya dapat membawa diri dalam segala kondisi selama berhadap dengan pengidap NPD).
Terakhir, kelima; konsultasi dengan ahli (temui dan konsultasikan kesehatan mental sekaligus mencari tahu tentang cara menghadapi orang NPD kepada ahli jiwa).
Kartika Soeminar, menjadi salah satu korban yang mendapatkan perlakuan abusive dari orang terdekat yang over-narsistik, bahkan ibu dari seorang gadis ini mengaku pernah mengalami depresi karena menjadi korban selama 23 tahun.
"Awalnya saya tidak tahu soal NPD. Apa pun dipendam dan membuat saya sakit menderita secara mental. Saat ada informasi soal NPD, saya mencari informasi dengan banyak membaca buku, termasuk berbicara dengan sahabat yang kebetulan juga psikolog. Ciri-ciri NPD ada pada pasangan saya," cerita Kartika.
Hal itu diceritakan Kartika Soeminar pada sebuah kampanye bertajuk #BrokenButUnbroken bersama Komunitas Emak Blogger (KEB) di sebuah hotel di Semarang, Sabtu (29/6/2024). Kartika keliling ke sejumlah kota besar di Indonesia untuk memberikan edukasi ke masyarakat khususnya perempuan tentang pentingnya memahami gangguan NPD dan cara menghadapinya.
Kartika kemudian mengambil keputusan berpisah dengan pasangannya setelah berat badannya turun 9kg, HB tinggal 7 padahal tidak ada pendarahan, dan merasakan mentalnya sakit, serta ada kebulatan tekad untuk bahagia.
"Saya semakin lama semakin tua, selama 23 tahun menderita, dan tidak ada kata terlambat untuk bahagia. Saya curhat dengan membuat buku atas apa yang saya alami sekaligus sebagai edukasi ke masyarakat. Di luar sana pasti banyak yang mengalami. Wanita berhak bahagia dan berhak dihargai. Kalau kita bahagia maka kita sehat," kata Kartika.
Psikolog senior Probowatie Tjondronegoro yang juga sebagai pemateri dalam acara tersebut menjelaskan mulai dari pengertian NPD yakni gangguan kepribadian dimana individu memiliki perasaan berlebihan tentang pentingnya diri sendiri, membutuhkan perhatian, dan kekaguman berlebihan, serta kurang empati terhadap orang lain.
Probo menyebutkan sejumlah ciri NPD di antaranya, perasaan grandiositas (merasa dirinya sangat penting dan superior dibandingkan orang lain), kebutuhan konstan akan pujian, keyakinan bahwa mereka istimewa dan unik, ekpsloitasi interpersonal, kurang empati, iri terhadap orang lain atau percaya orang lain iri pada mereka, dan memiliki prilaku arogan juga sombong.
"Orang NPD cenderung tidak sadar dirinya memiliki ciri-ciri itu. NPD bisa disebabkan karena salah asuh, lingkungan masa kecil yang selalu mendapatkan pujian, merasa tidak pernah salah dengan berbagai cara, serta selalu dikagumi," kata Probo.
Probo menyebutkan terdapat lima langkah psikologis yang bisa diterapkan dalam menghadapi orang dengan gangguan NPD yakni: satu; menerapkan batasan (memperkuat diri sendiri untuk tidak terlalu memperhatikan perlakuan pengidap NPD, bersikap apatis alias cuek, mengurangi interaksi dan komunikasi dengan mereka menjadi cara efektif untuk menjaga kesehatan mental).
Kedua; afirmasi positif (berikan stimulus energi positif untuk diri sendiri setiap harinya. Ucapkan kata-kata yang bisa menguatkan mental seperti saya semakin kuat, saya bisa menghadapi semua. Terdengar sederhana, tetapi kalimat ini memiliki kekuatan untuk mengubah hidup menjadi kuat).
Ketiga; journaling (terapi kertas. Caranya ambil secarik kertas yang tidak pakai, ambil spidol lalu tulis dan gambarlah luapan isi hati juga emosi terhadap orang NPD. Selanjutnya robeklah buntalan kertas tersebut dan buang. Terapi ini dianggap efektif untuk meluapkan rasa kesal kita terhadap pengidap NPD).
Keempat; pendekatan spiritual (meningkatkan ibadah dan memohon diberikan kekuatan mental juga kesehatan jasmani dalam menghadapi orang NPD. Memohon supaya dapat membawa diri dalam segala kondisi selama berhadap dengan pengidap NPD).
Terakhir, kelima; konsultasi dengan ahli (temui dan konsultasikan kesehatan mental sekaligus mencari tahu tentang cara menghadapi orang NPD kepada ahli jiwa).