Pekalongan (ANTARA) - Rumah Tahanan Kelas II-A Pekalongan, Jawa Tengah, melakukan inovasi dengan memanfaatkan limbah organik dapur menjadi pupuk kompos organik (Posnik Lodji).
Kepala Sub Seksi Bimbingan Kegiatan Rutan Kelas II-A Pekalongan Eko Kurniawan di Pekalongan, Kamis, mengatakan bahwa ide inovasi pupuk kompos organik dapur tersebut berawal dari kendala keterbatasan pupuk tanaman yang untuk pemupukan tanaman di rutan.
"Jika mengandalkan bantuan pupuk dari dinas terkait, jumlahnya tidak mencukupi. Oleh karena itu, kami memiliki ide menciptakan pupuk organik sendiri yang dibuat bersama beberapa warga binaan yang mengikuti bimbingan soft skill bidang pertanian," katanya.
Menurut dia, proses pembuatan pupuk kompos organik ini dimulai dari memanfaatkan sisa limbah sayuran yang berasal dari dapur rutan.
Kemudian, kata dia, sisa sayuran itu dimasukkan ke dalam dandang dan dicampur cairan EM4 sebagai pengurai untuk pembentukan mikroorganisme.
"Penggunaan cairan ini untuk mempercepat proses menjadi pupuk kompos organik," katanya.
Ia mengatakan pupuk kompos organik yang diberi nama "Posnik Lodji" ini selanjutnya digunakan untuk memupuk beragam tanaman budi daya di lingkungan pekarangan rutan.
Pupuk kompos organik ini, kata dia, juga dicampurkan dengan cacing tanah putih yang juga dibudidayakan oleh warga binaan.
"Kami aduk posnik ini dicampur bersama tanahnya untuk mempercepat proses pembesaran cacing tanah yang ada di Rutan. Setiap harinya, kami memproduksi 2 kilogram hingga 3 kilogram pupuk kompos organik," katanya.
Baca juga: Jateng dapat alokasi 1,4 juta ton pupuk bersubsidi
Kepala Sub Seksi Bimbingan Kegiatan Rutan Kelas II-A Pekalongan Eko Kurniawan di Pekalongan, Kamis, mengatakan bahwa ide inovasi pupuk kompos organik dapur tersebut berawal dari kendala keterbatasan pupuk tanaman yang untuk pemupukan tanaman di rutan.
"Jika mengandalkan bantuan pupuk dari dinas terkait, jumlahnya tidak mencukupi. Oleh karena itu, kami memiliki ide menciptakan pupuk organik sendiri yang dibuat bersama beberapa warga binaan yang mengikuti bimbingan soft skill bidang pertanian," katanya.
Menurut dia, proses pembuatan pupuk kompos organik ini dimulai dari memanfaatkan sisa limbah sayuran yang berasal dari dapur rutan.
Kemudian, kata dia, sisa sayuran itu dimasukkan ke dalam dandang dan dicampur cairan EM4 sebagai pengurai untuk pembentukan mikroorganisme.
"Penggunaan cairan ini untuk mempercepat proses menjadi pupuk kompos organik," katanya.
Ia mengatakan pupuk kompos organik yang diberi nama "Posnik Lodji" ini selanjutnya digunakan untuk memupuk beragam tanaman budi daya di lingkungan pekarangan rutan.
Pupuk kompos organik ini, kata dia, juga dicampurkan dengan cacing tanah putih yang juga dibudidayakan oleh warga binaan.
"Kami aduk posnik ini dicampur bersama tanahnya untuk mempercepat proses pembesaran cacing tanah yang ada di Rutan. Setiap harinya, kami memproduksi 2 kilogram hingga 3 kilogram pupuk kompos organik," katanya.
Baca juga: Jateng dapat alokasi 1,4 juta ton pupuk bersubsidi