Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus, Jawa Tengah, memberikan dukungan terhadap upaya pelestarian Pabrik Gula (PG) Rendeng untuk tetap melestarikan Tradisi Temanten Tebu atau pernikahan dua batang tebu untuk mengawali musim giling tebu.
"Kirab Temanten Tebu ini tentunya menjadi bagian dari kearifan lokal. Sebagai wujud syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas hasil panen yang sudah diikhtiarkan para petani tebu sebelumnya," kata Penjabat (Pj) Bupati Kudus M Hasan Chabibie saat menghadiri acara peresmian proses awal giling tebu di PG Rendeng Kudus, Kamis.
General Manager PG Rendeng Kudus Erwin Fitri Hatmoko menambahkan pihaknya memang tetap melestarikan kearifan lokal untuk mengawali musim giling tebu dengan prosesi Temanten Tebu.
Prosesi Temanten Tebu yang berlangsung hari ini (2/5) layaknya prosesi pernikahan antara pengantin laki-laki bernama Bagus Wisnu Nugroho, asal kebun Pedawang, Kecamatan Bae, dan pengantin wanita bernama Roro Sekar Arum yang berasal dari kebun Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kudus.
Pasangan pengantin terlebih dahulu diarak oleh 23 orang yang dimeriahkan oleh kesenian barongan, sebelum dimasukkan ke mesin penggilingan bersama puluhan batang tebu lainnya sebagai pengiring.
Pada kesempatan tersebut Pj Bupati Kudus M. Hasan Chabibie mendapat kesempatan untuk memasukkan dua Temanten Tebu ke mesin penggilingan.
Tradisi kuno yang juga disebut selamatan giling ini merupakan rangkaian acara yang diselenggarakan setiap tahun sebagai wujud atau tanda PG Rendeng telah siap melaksanakan pekerjaan besar yakni giling tebu.
Seperti halnya musim giling sebelumnya, sebelum acara puncak selamatan digelar ziarah ke Makam Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Makam Mbah Juwero Musa, karena dianggap memiliki kedekatan dengan keberadaan PG Rendeng Kudus.
Kegiatan lainnya yakni memberikan santunan kepada anak yatim. Sedangkan produksi gula ditargetkan berlangsung selama empat bulan yang dimulai Mei 2024.
Baca juga: Polres Kudus bantu pemadaman kebakaran di lahan tebu
"Kirab Temanten Tebu ini tentunya menjadi bagian dari kearifan lokal. Sebagai wujud syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas hasil panen yang sudah diikhtiarkan para petani tebu sebelumnya," kata Penjabat (Pj) Bupati Kudus M Hasan Chabibie saat menghadiri acara peresmian proses awal giling tebu di PG Rendeng Kudus, Kamis.
General Manager PG Rendeng Kudus Erwin Fitri Hatmoko menambahkan pihaknya memang tetap melestarikan kearifan lokal untuk mengawali musim giling tebu dengan prosesi Temanten Tebu.
Prosesi Temanten Tebu yang berlangsung hari ini (2/5) layaknya prosesi pernikahan antara pengantin laki-laki bernama Bagus Wisnu Nugroho, asal kebun Pedawang, Kecamatan Bae, dan pengantin wanita bernama Roro Sekar Arum yang berasal dari kebun Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kudus.
Pasangan pengantin terlebih dahulu diarak oleh 23 orang yang dimeriahkan oleh kesenian barongan, sebelum dimasukkan ke mesin penggilingan bersama puluhan batang tebu lainnya sebagai pengiring.
Pada kesempatan tersebut Pj Bupati Kudus M. Hasan Chabibie mendapat kesempatan untuk memasukkan dua Temanten Tebu ke mesin penggilingan.
Tradisi kuno yang juga disebut selamatan giling ini merupakan rangkaian acara yang diselenggarakan setiap tahun sebagai wujud atau tanda PG Rendeng telah siap melaksanakan pekerjaan besar yakni giling tebu.
Seperti halnya musim giling sebelumnya, sebelum acara puncak selamatan digelar ziarah ke Makam Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Makam Mbah Juwero Musa, karena dianggap memiliki kedekatan dengan keberadaan PG Rendeng Kudus.
Kegiatan lainnya yakni memberikan santunan kepada anak yatim. Sedangkan produksi gula ditargetkan berlangsung selama empat bulan yang dimulai Mei 2024.
Baca juga: Polres Kudus bantu pemadaman kebakaran di lahan tebu