Kudus (ANTARA) - Temanten tebu atau pernikahan dua batang tebu merupakan tradisi yang bisa dilihat saat Pabrik Gula (PG) Rendeng yang ada di Jalan Jenderal Sudirman Kudus, Jawa Tengah, hendak mengawali musim giling tebu.
Prosesi temanten tebu yang berlangsung Selasa (10/5), layaknya prosesi pernikahan antara "laki-laki pengantin" bernama Bagus Setya Raharjo asal kebun Gribig, Kecamatan Gebog dan "pengantin wanita" bernama Roro Gendis Ayu yang berasal dari kebun Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kudus.
Kedua "pasangan pengantin" terlebih dahulu diarak oleh 23 orang yang dimeriahkan oleh kesenian barongan sebelum dimasukkan ke mesin penggilingan bersama puluhan batang tebu lainnya sebagai pengiring.
"Masih adanya tradisi 'temanten tebu' di era modern seperti sekarang ini menjadi penanda, masih banyak yang peduli untuk tetap melestarikan budaya tersebut karena sudah ada sejak seratusan tahun yang lalu," kata Anggota Panitia Temanten Tebu PG Rendeng Kudus Wiyono di Kudus, Senin.
Meskipun tingkat kemeriahannya tidak lagi seperti sebelumnya, namun prosesnya masih terlihat sakral.
Pada era tahun 2000-an, proses temanten tebu dimeriahkan dengan aneka tontonan anak, tetapi belakangan ditiadakan karena adanya masukan dari berbagai pihak terkait situasi keamanan wilayah sekitar.
Nama Pengantin Tebu
Pemberian nama pengantin Bagus Setya Raharjo dan Roro Gendis Ayu ditentukan dalam rapat bersama, termasuk tanaman tebu yang dipilih juga memiliki sejumlah kriteria.
Di antaranya, ketinggian tanaman tebu, tingkat rendemen serta umur. Sedangkan tebu yang dipilih sebagai pengantin memiliki ketinggian 4 meteran dengan usia yang sudah cukup untuk digiling.
Tebu pengantin laki-laki yang bernama Bagus Setya Raharjo memiliki arti laki-laki yang baik dan sejahtera. Sedangkan pengantin perempuan bernama Roro Gendis Ayu memiliki arti kesetiaan, manis dan cantik.
Keduanya menjadi simbol kesejahteraan dan keberhasilan di bidang tanaman, karena tahun sebelumnya PG Rendeng Kudus belum bisa giling karena persoalan mesin penggiling tebu yang belum siap setelah proses revitalisasi, kini 2022 dipastikan sudah siap karena sebelumnya juga sudah ada serangkaian uji coba.
Nantinya, tanaman tebu yang ditebang lebih awal untuk digiling terlebih dahulu diambilkan dari kebun di mana kedua temanten tebu tersebut ditanam.
PG Rendeng Kudus menargetkan giling tebu mulai tanggal 15 Mei 2022 dan ditargetkan berlangsung selama tiga bulan mendatang.
"Kami tentu sangat berharap, musim giling tahun ini benar-benar berhasil dan memenuhi target," ujarnya.
Tradisi kuno yang juga disebut selamatan giling ini, merupakan rangkaian acara yang diselenggarakan setiap tahun sebagai wujud atau tanda PG Rendeng telah siap melaksanakan pekerjaan besar, yakni giling tebu.
Seperti halnya musim giling sebelumnya, sebelum acara puncak selamatan digelar ziarah ke Makam Sunan Kudus dan Makam Mbah Juwero Musa karena dianggap memiliki kedekatan dengan keberadaan PG Rendeng Kudus.
Kegiatan lainnya, yakni memberikan santunan kepada anak yatim dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk digelar Selasa (10/5) dengan lakon "Gatut Kaca Wisuda Ratu".
Meskipun tradisi temanten tebu menjadi hal biasa, namun masyarakat sekitar banyak yang menyaksikan ritual yang digelar di setiap akan memasuki musim giling di PG Rendeng.
Salah seorang warga Kecamatan Kota, Kudus, Giyanti mengakui ritual selamatan yang sudah ada sejak pabrik ini berdiri, memang selalu dinantikan warga karena tergolong unik dan hanya bisa dilihat setiap akan memasuki musim giling tebu di PG Rendeng.
Di samping sebagai ajang hiburan juga bisa meningkatkan perputaran ekonomi masyarakat sekitar.
Dengan kembali berproduksi, maka para pegawai PG Rendeng kembali bekerja dan mereka tentunya akan turut meramaikan warung makan serta toko kelontong.
Bahkan, kata dia, dirinya salah satu warga yang berharap PG Rendeng kembali produksi seperti sebelumnya, karena dirinya juga memiliki warung makan yang sebelumnya memang ramai dikunjungi para pegawai PG Rendeng.
Wiyono, yang juga Ketua Serikat Perkebunan Nusantara IV mengakui tradisi temanten tebu ini memang tidak bisa dihilangkan karena sudah menjadi spirit tersendiri bagi para pekerja.
Untuk itu, para pekerja juga meyakini ritual tersebut bisa memberikan motivasi dan ketenangan para pegawai dalam bekerja karena sudah diawali dengan kegiatan keagamaan yang dipadu dengan adat jawa seraya memohon doa kepada Tuhan agar musim giling tahun ini berjalan lancar dan aman.
Pada musim giling tahun ini, PG Rendeng Kudus menargetkan target tebu yang akan digiling sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebanyak 270.000 ton tebu. Sedangkan pelaksanaannya dimulai tanggal15 Mei hingga pertengahan Agustus 2022.
Bahan baku tebu berasal dari Kabupaten Kudus, Jepara, Pati, Blora, dan Rembang dengan target luas areal tanaman tebu sekitar 4.000 hektare.
Target pencapaian rendemen tebu pada periode giling tahun ini, diharapkan bisa mencapai 7,01. Sedangkan kapasitas giling PG Rendeng setiap harinya mencapai 2.500 ton tebu atau setara 425 truk per hari.
RItual temanten tebu juga digelar oleh pabrik gula lain di Pulau Jawa dengan kemeriahan yang sama seperti pesta rakyat. Kegembiraan selama pesta petani tebu musim giling kali masih dihantui kecemasan karena rencana impor gula tahun 2022 oleh Pemerintah yang berkisar 1,1 juta ton.
Selain itu acuan harga pokok pembelian (HPP) gula juga sudah enam tahun tidak naik. HPP gula tani sebesar Rp9.100/kilogram saat ini sudah jauh di bawah biaya pokok produksi (BPP) yang kini sudah berkisar pada angka Rp11.000 per kilogram.
Semoga harapan petani tebu terkabul yaitu HPP berada di atas BPP agar petani tebu bisa merasakan keuntungan dan kegembiraan selama pesta temanten tebu terus berlanjut, memotivasi petani terus menanam tebu.
Baca juga: Pemkab Batang siapkan proyek percontohan pengembangan tebu 64,7 hektare