Banjarnegara (ANTARA) - Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang Lintang Purba Jaya mengingatkan kantin sekolah di seluruh wilayah Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Banjarnegara untuk menyediakan jajanan yang aman dan sehat.
Ditemui di sela Pertemuan Advokasi Program Keterpaduan Keamanan Pangan yang digelar BBPOM Semarang di Banjarnegara, Selasa, Lintang mengakui masih ada kasus atau kejadian luar biasa (KLB) keracunan di berbagai wilayah termasuk Kabupaten Banjarnegara.
Hal itu berarti keamanan pangan masih menjadi salah satu fokus perhatian terutama di sekolah agar kasus keracunan tersebut tidak sampai mengganggu kesehatan masyarakat khususnya anak-anak.
"Kedua, kita memberikan jaminan bahwa sekolah itu menyelenggarakan atau menjual produk pangan di lingkungan kantinnya adalah produk pangan yang aman. Itu yang harus kita tegakkan," katanya.
Selain mencegah makanan yang tidak tepat cara produksi maupun pengolahan, kata dia, juga dilakukan pencegahan terhadap penggunaan gizi berlebih seperti menggunakan garam dan gula maupun lemak yang berlebihan termasuk mencegah penggunaan bahan berbahaya pada makanan.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya menggelar pertemuan di Banjarnegara tersebut dengan tujuan untuk mendudukkan "siapa melakukan apa" dalam kaitannya program nasional berupa Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dan Pasar Aman Berbasis Komunitas.
Dalam hal ini, pihaknya mengundang organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara serta perwakilan lokus pelaksanaan mulai dari desa, kecamatan, dan pasar.
"Untuk sekolah, kita laksanakan secara daring karena berjumlah 23 sekolah. Namun nanti akan ada tindak lanjut berupa bimtek (bimbingan teknis)," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan pihaknya juga akan melakukan survei keamanan pangan dengan mengambil sampel secara acak di sekolah, desa, maupun pasar untuk dilakukan pengujian sebelum dan sesudah intervensi.
Bahkan jika sekolah tersebut memiliki program dan hasil pengujian sampelnya bagus serta siswa maupun gurunya sudah memiliki pengetahuan mengenai pangan aman, kata dia, pihaknya akan memberikan sertifikat keamanan pangan di sekolah.
Menurut dia, hal yang paling penting dilakukan pihak sekolah di antaranya harus memerhatikan jenis pangan yang ada di sekolah itu serta meningkatkan pengetahuan mengenai ciri pangan yang aman dan cara menyajikan pangan secara higienis.
"Makanan yang dibeli oleh murid itu jenis makanan apa, apakah berisiko menyebabkan keracunan atau merupakan pangan olahan. Meskipun pangan olahan, tetap harus kita cek keamanannya," kata Lintang.
Sementara itu, Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Banjarnegara Heling Suhono menyambut baik pertemuan yang membahas masalah jajanan yang aman untuk anak sekolah.
Menurut dia, hal itu karena pihaknya selalu membutuhkan informasi terkait pengendalian jajanan di sekolah.
"Ya, jangan sampai terjadi lagi keracunan anak di sekolah akibat ketidaktahuan. Tapi ini membutuhkan sinergi, baik dari masyarakatnya, desanya, kemudian dari sekolah, juga dari lembaga-lembaga lain yang terkait, termasuk Dinas Kesehatan," katanya.
Ia mengharapkan dengan adanya pertemuan tersebut ada tindak lanjut pelatihan dari BBPOM Semarang karena di Banjarnegara ada 23 sekolah yang akan dilatih agar memahami jajanan yang aman untuk anak-anak serta dapat berimbas terhadap sekolah-sekolah lainnya.
Dia mengakui jika sekolah tersebut sudah menerapkan kantin sehat atau sedang merintis kantin sehat, upaya untuk menyediakan jajanan yang aman bagi anak-anak tidak menjadi kendala.
Akan tetapi bagi sekolah lain, kata dia, masih banyak permasalahan pada jajanan yang dari luar sekolah.
"Kalau jajanan yang di kantin sekolah, Insya Allah aman karena bisa terkendali. Tapi kalau yang dari luar ini perlu pengawasan dan edukasi kepada masyarakat dan desa," katanya.
Menurut dia, kasus keracunan pada anak-anak sekolah banyak terjadi akibat jajanan yang dijual di luar lingkungan sekolah.
Kendati demikian, dia mengatakan pihak sekolah tidak mungkin mengusir pedagang jajanan di luar lingkungan sekolah karena hal itu berarti mematikan perekonomian masyarakat.
"Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama dengan Dinas Kesehatan maupun UMKM untuk memberikan edukasi agar mereka (pedagang, red.) menyediakan jajanan yang aman dan sehat," kata Heling.*
Baca juga: KAI Purwokerto gelar festival jajanan sambut tahun baru
Ditemui di sela Pertemuan Advokasi Program Keterpaduan Keamanan Pangan yang digelar BBPOM Semarang di Banjarnegara, Selasa, Lintang mengakui masih ada kasus atau kejadian luar biasa (KLB) keracunan di berbagai wilayah termasuk Kabupaten Banjarnegara.
Hal itu berarti keamanan pangan masih menjadi salah satu fokus perhatian terutama di sekolah agar kasus keracunan tersebut tidak sampai mengganggu kesehatan masyarakat khususnya anak-anak.
"Kedua, kita memberikan jaminan bahwa sekolah itu menyelenggarakan atau menjual produk pangan di lingkungan kantinnya adalah produk pangan yang aman. Itu yang harus kita tegakkan," katanya.
Selain mencegah makanan yang tidak tepat cara produksi maupun pengolahan, kata dia, juga dilakukan pencegahan terhadap penggunaan gizi berlebih seperti menggunakan garam dan gula maupun lemak yang berlebihan termasuk mencegah penggunaan bahan berbahaya pada makanan.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya menggelar pertemuan di Banjarnegara tersebut dengan tujuan untuk mendudukkan "siapa melakukan apa" dalam kaitannya program nasional berupa Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dan Pasar Aman Berbasis Komunitas.
Dalam hal ini, pihaknya mengundang organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara serta perwakilan lokus pelaksanaan mulai dari desa, kecamatan, dan pasar.
"Untuk sekolah, kita laksanakan secara daring karena berjumlah 23 sekolah. Namun nanti akan ada tindak lanjut berupa bimtek (bimbingan teknis)," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan pihaknya juga akan melakukan survei keamanan pangan dengan mengambil sampel secara acak di sekolah, desa, maupun pasar untuk dilakukan pengujian sebelum dan sesudah intervensi.
Bahkan jika sekolah tersebut memiliki program dan hasil pengujian sampelnya bagus serta siswa maupun gurunya sudah memiliki pengetahuan mengenai pangan aman, kata dia, pihaknya akan memberikan sertifikat keamanan pangan di sekolah.
Menurut dia, hal yang paling penting dilakukan pihak sekolah di antaranya harus memerhatikan jenis pangan yang ada di sekolah itu serta meningkatkan pengetahuan mengenai ciri pangan yang aman dan cara menyajikan pangan secara higienis.
"Makanan yang dibeli oleh murid itu jenis makanan apa, apakah berisiko menyebabkan keracunan atau merupakan pangan olahan. Meskipun pangan olahan, tetap harus kita cek keamanannya," kata Lintang.
Sementara itu, Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Banjarnegara Heling Suhono menyambut baik pertemuan yang membahas masalah jajanan yang aman untuk anak sekolah.
Menurut dia, hal itu karena pihaknya selalu membutuhkan informasi terkait pengendalian jajanan di sekolah.
"Ya, jangan sampai terjadi lagi keracunan anak di sekolah akibat ketidaktahuan. Tapi ini membutuhkan sinergi, baik dari masyarakatnya, desanya, kemudian dari sekolah, juga dari lembaga-lembaga lain yang terkait, termasuk Dinas Kesehatan," katanya.
Ia mengharapkan dengan adanya pertemuan tersebut ada tindak lanjut pelatihan dari BBPOM Semarang karena di Banjarnegara ada 23 sekolah yang akan dilatih agar memahami jajanan yang aman untuk anak-anak serta dapat berimbas terhadap sekolah-sekolah lainnya.
Dia mengakui jika sekolah tersebut sudah menerapkan kantin sehat atau sedang merintis kantin sehat, upaya untuk menyediakan jajanan yang aman bagi anak-anak tidak menjadi kendala.
Akan tetapi bagi sekolah lain, kata dia, masih banyak permasalahan pada jajanan yang dari luar sekolah.
"Kalau jajanan yang di kantin sekolah, Insya Allah aman karena bisa terkendali. Tapi kalau yang dari luar ini perlu pengawasan dan edukasi kepada masyarakat dan desa," katanya.
Menurut dia, kasus keracunan pada anak-anak sekolah banyak terjadi akibat jajanan yang dijual di luar lingkungan sekolah.
Kendati demikian, dia mengatakan pihak sekolah tidak mungkin mengusir pedagang jajanan di luar lingkungan sekolah karena hal itu berarti mematikan perekonomian masyarakat.
"Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama dengan Dinas Kesehatan maupun UMKM untuk memberikan edukasi agar mereka (pedagang, red.) menyediakan jajanan yang aman dan sehat," kata Heling.*
Baca juga: KAI Purwokerto gelar festival jajanan sambut tahun baru