Semarang (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Jawa Tengah, menyebutkan sebanyak 12 fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di wilayah tersebut siap melayani Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk mendeteksi tuberkulosis atau TBC.

"Ada 12 fasilitas pelayanan kesehatan yang bisa TCM untuk mendeteksi TBC," kata Kepala Dinkes Kota Semarang Abdul Hakam saat peluncuran USAID Bebas TBC di Semarang, Senin.

Sebanyak delapan di antara 12 fasilitas tersebut, kata dia, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), yakni Puskesmas Bandarharjo, Puskesmas Gunungpati, Puskesmas Ngaliyan, Puskesmas Srondol, Puskesmas Bangetayu, Puskesmas Tlogosari Kulon, Puskesmas Halmahera, dan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Semarang.

"Lainnya, RSUP dr Kariadi, RSUD KRMT Wongsonegoro (RSWN), dan Balkesmas (Balai Kesehatan Masyarakat) Kota Semarang," ujarnya.

Baca juga: 6.527 kasus TBC ditemukan di Semarang sepanjang 2023

Abdul Hakam menjelaskan beberapa gejala yang harus diwaspadai terjangkit TBC, antara lain batuk yang cukup lama dan berat badan yang tidak pernah naik, sehingga perlu dilakukan TCM.

Ia menyebutkan temuan kasus TBC sepanjang 2023 mencapai 6.527 kasus,  tiga persen di antaranya bayi yang stunting.

"Kalau bayi yang mengalami stunting dan terkena TBC sekitar tiga persen. Seperti misalnya kemarin di Semarang Utara kami temukan bayi TBC," katanya.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan bahwa beberapa kasus TBC pada bayi ternyata mengakibatkannya mengalami stunting.

"Anak-anak yang mengalami stunting penyebabnya TBC ini penanganannya lebih lama daripada yang tanpa TBC. Karena yang TBC harus minum obat enam bulan terus-menerus, kalau yang tidak TBC 2-3 sudah bisa lulus stunting," kata Ita, sapaan akrabnya.

Ita memastikan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berkomitmen untuk menciptakan daerah yang bebas stunting melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk USAID.

Sub Koordinator Surveilans dan Imunisasi Dinkes Jawa Tengah Atin Suhesti menyebutkan bahwa temuan kasus TBC merata di seluruh wilayah di provinsi tersebut.

Temuan kasus TBC terbanyak, kata dia, biasanya di wilayah yang populasi penduduknya padat, seperti Kota Semarang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, dan wilayah Solo Raya.

"Semua melakukan percepatan dan pengoptimalan dengan mengajak fasilitas layanan kesehatan, dokter, klinik swasta di bawah puskesmas. dikoordinir puskesmas," katanya.

Baca juga: Sekda Jawa Tengah: Butuh upaya kolaboratif untuk tangani tuberkulosis
Baca juga: Pemkot Surakarta terus tekan kasus TBC
Baca juga: Dinkes Kudus lacak penderita TBC

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024