Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebutkan setidaknya 6.527 kasus tuberkulosis (TBC) ditemukan di berbagai kelurahan di Kota Semarang sepanjang 2023.

"Masalah TBC ini bukan hanya masalah kesehatan semata, tetapi juga persoalan ekonomi dan perilaku hidup sehat serta yang kedua adalah sanitasi total berbasis masyarakat," kata Ita, sapaan akrabnya, saat menghadiri Peluncuran Program USAID Bebas TBC, di Semarang, Senin.

Dengan temuan kasus sebanyak itu, diakuinya, permasalahan TBC di Kota Semarang tidak bisa dianggap remeh sehingga harus mendapatkan perhatian dari berbagai pihak terkait.

Menurut dia, penanganan TBC memerlukan sinergitas berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media yang berkomitmen bersama untuk melawan TBC demi menuju generasi emas 2045.

"Dinkes (Dinas Kesehatan, red.) harus membuat 'time table'. Jangan hari ini ada gerakan peluncuran kegiatan setelah itu selesai. Kita bisa berkolaborasi bersama-sama lintas sektoral," tambahnya.

Sebagai bentuk komitmen Pemkot Semarang untuk menuju Eliminasi TBC tahun 2028, kata Ita, sudah ada Peraturan Wali Kota No. 39 tahun 2017 tentang Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan TBC.

Kepala Dinkes Kota Semarang Dokter Abdul Hakam menargetkan bahwa skrining TBC pada tahun ini bisa menyasar sebanyak 45.000 orang dengan target temuan 6.500 kasus.

"Harapan kami, skrining jangan dikurangi. Target temuannya (kasus TBC, red.) sama seperti tahun lalu, sekitar 6.500 kasus," katanya.

Penanganan kasus TBC, kata dia, akan dilakukan dengan metode melacak kontak erat pasien TBC, sebagaimana langkah yang dilakukan saat pandemi COVID-19 yang memang ditiru karena efektif.

"Saat COVID-19, (pelacakan, red.) kontak erat kan dilakukan. Ini sama. Diskrining, dites dahaknya, diobati. Kalau tidak ada (tidak ditemukan TBC, red.) maka ada pengobatan pencegahan selama 2-6 bulan," katanya.

Yang jelas, kata Hakam, seluruh lini sangat berperan, termasuk posyandu untuk mengecek kadernya atau keluarganya yang mengalami batuk lama dan berat badan tidak naik untuk menjalani skrining TBC.

Sementara itu, Provincial Manager USAID Bebas TBC Jateng Endang Nuraini mengapresiasi Pemkot Semarang yang telah berkomitmen bersama-sama menuntaskan angka TBC dan bakal intens melakukan koordinasi untuk mewujudkan Kota Semarang bebas TBC pada 2028.

Dalam kurun waktu lima tahun ke depan, USAID akan fokus melakukan pendampingan kegiatan di Kota Semarang dengan berbagai program kerja yang telah disiapkan.

"USAID akan fokus melakukan pendampingan kegiatan di Kota Semarang, seperti meningkatkan penemuan kasus TBC, kualitas skrining, dan diagnosis layanan TBC," katanya.

Kemudian, mengoptimalisaskan pencegahan TBC dan memperkuat sistem kesehatan untuk mempercepat eliminasi TBC, memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan dan komunitas, dan riset implementasi untuk meningkatkan penanggulangan TBC.

 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024