Semarang (ANTARA) - Pembelajaran teks prosedur sangatlah abstrak, karenanya perlu dikonkritkan dengan adanya gambar, suatu alat yang membantu memahami hal tersebut, kata Muhammad Haris Tarmidi, Fasilitator Program Guru Penggerak, Fasilitator Program Pintar Tanoto Foundation  SDN 1 Puguh, Kab. Kendal.

Haris menilai peserta didik kurang bisa memahami penjelasan mengenai teks prosedur dan cenderung pasif, sehingga diperlukan dinding pajang karya teks prosedur  (teks yang berisi petunjuk atau panduan langkah demi langkah yang dirancang untuk membantu melakukan tugas atau aktivitas tertentu).

Langkah pertama guru memberikan dua bacaan mengenai cara kerja suatu alat dan pembuatan suatu makanan, peserta didik menyimpulkan secara bersama dari bacaan mengenai, fungsi adanya panduan penggunaan alat, hingga bisa menyimpulkan perlunya panduan.

"Setelah itu, murid menghubungkan antara cara kerja serta cara membuat sesuatu. Dari kegiatan tersebut guru memfasilitasi adanya diskusi pleno mengenai kesimpulan akan pengertian dari teks prosedur," katanya.

Berikutnya guru membawa beberapa kertas bekas di dalam kelas. Kemudian membagi kelas dalam beberapa kelompok murid. Setiap kelompok membuat karya dari kertas bekas tersebut. Bisa pesawat, kapal, katak atau bentuk lainnya. Kemudian setiap kelompok juga menjabarkan cara pembuatannya langkah demi langkah secara tertulis.

Secara acak murid akan memilih gambar mengenai suatu alat atau makanan. Kemudian setiap murid juga mendapatkan satu kertas metaplan warna yang nantinya akan ditempeli gambar pilihan tersebut. Setiap peserta didik menuliskan di metaplan masing-masing teks prosedur dari gambar yang didapat.

Peserta didik yang telah menuliskan teks prosedurnya di kertas metaplan masing-masing diberi kesempatan untuk menjelaskan di depan temannya terlebih dahulu. Kemudian dari penjelasan yang ada teman lainnya boleh mengkritik ataupun memberi masukan.

Kegiatan terakhir yakni menempel pada Dinding Pajang Karya. Para murid diberi kebebasan untuk menempel di tempat yang disediakan termasuk diberi kebebasan memilih kertas warna metaplan.

"Hasilnya siswa menjadi lebih aktif, bersemangat serta kritis dalam mengoreksi jawaban yang ada. Karenanya tidak jarang terjadi diskusi panas antara murid yang mempertahankan argumennya serta murid yang punya pendapat yang berbeda. Peran guru sebagai penengah harus dijalankan dengan maksimal agar diskusi sesuai dengan esensi pembelajaran" tutupnya.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024