Semarang (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang mengingatkan bahwa permasalahan sampah bisa menurunkan kunjungan wisatawan di objek atau destinasi wisata sehingga harus mendapatkan perhatian serius.
"Kalau banyak sampah, wisatawan yang datang kan tidak bisa menikmati dengan nyaman ya. Apalagi, di era media sosial dengan platform digital, hal-hal negatif bisa diunggah," kata Kepala Disbudpar Kota Semarang Wing Wiyarso, di Semarang, Jumat.
Unggahan di medsos yang mencitrakan negatif di suatu tempat, termasuk objek wisata, misalnya soal sampah, lanjut dia, bisa ditonton secara luas dan memengaruhi mereka.
"Netizen, wisatawan akan jadi kecewa. Ini bisa jadi preseden yang tidak baik bagi objek wisata," katanya.
Karena itu, ia terus mengingatkan para pengelola objek wisata untuk menjaga kebersihan dan melakukan pengelolaan sampah secara baik untuk memberikan rasa nyaman bagi wisatawan yang datang.
Meskipun, diakuinya, sampah di objek wisata itu kebanyakan bukan sampah yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata itu, melainkan bisa saja kiriman dari daerah lain.
Ia mencontohkan Pantai Tirang yang kerap mendapatkan kiriman sampah dari laut ketika terjadi angin barat yang jika dibiarkan akan bertumpuk di pinggir pantai.
"Contoh konkret di Pantai Tirang. Ketika angin barat pasti kiriman sampah dari laut ini masuk dan terdampak di pantai. Bukan sampah yang timbul akibat kegiatan mereka, namun sampah kiriman," katanya.
Selain itu, Wing juga mengatakan destinasi wisata yang berbasis aliran sungai juga kerap mendapatkan kiriman sampah dari daerah lain, seperti Dung Tungkul di kawasan Pudak Payung Semarang.
"Di Dung Tungkul. Ketika hujan sempat terdampak banjir bandang. Namun, setelah banjir selesai, sampah-sampah yang ditinggalkan luar biasa. Ini jadi PR (pekerjaan rumah) untuk semua," katanya.
Diakuinya, perlu juga kerja sama dengan pemerintah daerah sekitar, seperti Kabupaten Semarang untuk ikut mengelola sampah yang ada di Dung Tungkul, mengingat kiriman sampah berasal juga dari hulu.
"Bagaimana memberikan kenyamanan, seperti merasa di rumah sendiri agar wisatawan yang hadir betah. Makanya, pengelolaan lingkungan, kebersihan, dan sampah itu sangat penting," katanya.
Baca juga: Kebakaran di TPA Jatibarang, tiga anak sapi tewas
"Kalau banyak sampah, wisatawan yang datang kan tidak bisa menikmati dengan nyaman ya. Apalagi, di era media sosial dengan platform digital, hal-hal negatif bisa diunggah," kata Kepala Disbudpar Kota Semarang Wing Wiyarso, di Semarang, Jumat.
Unggahan di medsos yang mencitrakan negatif di suatu tempat, termasuk objek wisata, misalnya soal sampah, lanjut dia, bisa ditonton secara luas dan memengaruhi mereka.
"Netizen, wisatawan akan jadi kecewa. Ini bisa jadi preseden yang tidak baik bagi objek wisata," katanya.
Karena itu, ia terus mengingatkan para pengelola objek wisata untuk menjaga kebersihan dan melakukan pengelolaan sampah secara baik untuk memberikan rasa nyaman bagi wisatawan yang datang.
Meskipun, diakuinya, sampah di objek wisata itu kebanyakan bukan sampah yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata itu, melainkan bisa saja kiriman dari daerah lain.
Ia mencontohkan Pantai Tirang yang kerap mendapatkan kiriman sampah dari laut ketika terjadi angin barat yang jika dibiarkan akan bertumpuk di pinggir pantai.
"Contoh konkret di Pantai Tirang. Ketika angin barat pasti kiriman sampah dari laut ini masuk dan terdampak di pantai. Bukan sampah yang timbul akibat kegiatan mereka, namun sampah kiriman," katanya.
Selain itu, Wing juga mengatakan destinasi wisata yang berbasis aliran sungai juga kerap mendapatkan kiriman sampah dari daerah lain, seperti Dung Tungkul di kawasan Pudak Payung Semarang.
"Di Dung Tungkul. Ketika hujan sempat terdampak banjir bandang. Namun, setelah banjir selesai, sampah-sampah yang ditinggalkan luar biasa. Ini jadi PR (pekerjaan rumah) untuk semua," katanya.
Diakuinya, perlu juga kerja sama dengan pemerintah daerah sekitar, seperti Kabupaten Semarang untuk ikut mengelola sampah yang ada di Dung Tungkul, mengingat kiriman sampah berasal juga dari hulu.
"Bagaimana memberikan kenyamanan, seperti merasa di rumah sendiri agar wisatawan yang hadir betah. Makanya, pengelolaan lingkungan, kebersihan, dan sampah itu sangat penting," katanya.
Baca juga: Kebakaran di TPA Jatibarang, tiga anak sapi tewas