Temanggung (ANTARA) - Situs Liyangan di lereng Gunung Sindoro, Desa Purbosari, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, disiapkan menjadi cagar budaya nasional, kata Arkeolog Senior Tim Ahli Cagar Budaya Nasional Junus Satrio Atmodjo.

"Kami diberi tugas khusus untuk menyiapkan situs ini menjadi level nasional. Walaupun adanya di Kabupaten Temanggung, tetapi karena memiliki nilai penting kita cenderung untuk mengangkat menjadi nasional," katanya di Temanggung, Selasa.

Menurut dia, Situs Liyangan memiliki informasi yang berharga. Berharga di sini, kata dia, bukan yang kelihatan sekarang. Sebagai contoh sederhana hanya teras-teras batu dan ada sisa candi, tetapi sangat berharga di balik peradaban tersebut.

"Jadi kita ingin mengetahui sebetulnya apa yang menyebabkan daerah ini dipilih sebagai daerah suci atau keagamaan itu sampai orang di abad VII-IX membangun kompleks ini, tentu mereka punya alasan yang kuat dikaitkan dengan sistem kepercayaan waktu itu, terutama agama Hindu yang sifatnya adalah pada pemujaan Dewa Syiwa," katanya.

Menurut dia, hal itu ditunjukkan dengan ditemukan banyak lingga dan yoni dan ada arca nandi kecil walaupun dalam keadaan rusak. Hal itu memperkuat bahwa agama Hindu Syiwa yang dipuja di sini.

"Di balik itu semua kita bicara peradaban orang Jawa yang selalu digambarkan dengan Borobudur dan Prambanan di daerah dataran rendah yang kaya dengan padi dan segala macam di daerah subur, orangnya banyak bisa membuat bangunan-bangunan besar," katanya.

Ia menyampaikan ternyata di lereng Gunung Sindoro ini juga ditemukan sisa-sisa dari bangunan besar di suatu kompleks besar, artinya dulu penduduknya cukup banyak di sini.

"Dari temuan-temuan yang diperoleh sejauh ini menunjukkan ada hubungan yang kuat dengan China, ada keramik-keramik rata-rata abad VIII-IX, tetapi di antara barang-barang dari China juga ditemukan pecahan-pecahan kaca yang datangnya dari Timur Tengah," katanya.

Hal itu menunjukkan sudah ada hubungan dunia maritim luar dengan penduduk yang ada di daerah pegunungan. "Hal ini menarik untuk kajian arkeologi dan sejarah, bagaimana dulu ada keterhubungan antara peradaban pantai, peradaban dataran rendah dengan pegunungan," katanya.

Ia menuturkan kegiatan Tim Ahli Cagar Budaya Nasional di sini mengecek batas-batas dari daerah yang akan diusulkan sebagai cagar budaya nasional.

"Situs harus ada batas-batasnya, mana yang akan dikonservasi dan tidak dikonservasi. Tugas kami mengecek semuanya. Ada berapa banyak tinggalan di sini dan sebarannya di mana, kemudian kalau akan diproteksi batas-batasnya apa," katanya.

Dalam hal batas, katanya, akan menggunakan batas jalan, batas pemilikan lahan, batas sungai, dan batas administrasi sebagai pertimbangan, tetapi juga batas-batas arkeologi.
 

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024