Purwokerto (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menghadirkan kuliner tradisional dari 13 negara dalam ajang International Culinary Festival 2023 yang digelar di halaman Gedung Rektorat UMP, Jumat sore.
Berbagai kuliner tradisional mancanegara itu disajikan oleh para mahasiswa internasional yang tengah menimba ilmu di UMP, antara lain Gambia, Iran, Pakistan, Mali, dan Korea Selatan.
Salah seorang mahasiswa asal Mali, Momoudou Songare Toufi mengatakan dalam kegiatan tersebut, dia menampilkan masakan tradisional Mali berupa maloseri.
"Masakan ini terbuat dari beras, kelapa, gula, garam, dan susu," ujarnya.
Menurut dia, maloseri selalu dibuat setiap hari untuk menu sarapan bagi warga Mali.
Kendati demikian, dia mengaku sudah bisa memasak masakan khas Indonesia, salah satunya nasi goreng yang paling disukainya.
"Aku suka nasi goreng. Itu asli Indonesia," kata mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris itu.
Sementara mahasiswi asal Korea Selatan, Park Chongnam membuat dua masakan khas negaranya, salah satunya berupa japchae.
"Bukan capcay, tapi japchae. Itu mi yang sama sayur-sayur tanpa kuah, biasanya disajikan setiap hari raya apa pun di Korea," ucapnya.
Dia juga mengaku sangat suka dengan masakan Indonesia khususnya nasi goreng. Bahkan saat pertama makan nasi goreng, dia langsung suka.
Oleh karena itu setiap kali keluar asrama, dia selalu mencari nasi goreng.
"Rasanya cocok dengan orang Korea," kata mahasiswi S2 Pendidikan Bahasa Inggris itu.
Dalam kesempatan terpisah, Rektor UMP Assoc Prof Dr Jebul Suroso mengatakan Festival Kuliner Internasional itu menghadirkan masakan dari 13 negara di Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
Pihaknya sangat bangga karena kegiatan tersebut merupakan momentum bagus bagi UMP untuk meningkatkan iklim dan nuansa internasionalisasi di perguruan tinggi Muhammadiyah itu.
"Ini juga mendekatkan mahasiswa asing yang ada di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan kami. Acaranya dikelola Kantor Urusan Internasional, Insya Allah menyenangkan karena diisi dengan lomba membuat nasi goreng," tuturnya.
Menurut dia, lomba membuat nasi goreng diikuti oleh mahasiswa internasional (asing, red.) dan yang dinilai adalah nasi goreng ala mereka.
Ia mengharapkan dengan adanya festival tersebut, mahasiswa internasional yang kuliah di UMP akan bangga karena kuliner dari negara mereka bisa diekspos dan disajikan di Indonesia.
"Di sisi lain, acara ini adalah acara yang mengapresiasi mereka," ucapnya.*
Berbagai kuliner tradisional mancanegara itu disajikan oleh para mahasiswa internasional yang tengah menimba ilmu di UMP, antara lain Gambia, Iran, Pakistan, Mali, dan Korea Selatan.
Salah seorang mahasiswa asal Mali, Momoudou Songare Toufi mengatakan dalam kegiatan tersebut, dia menampilkan masakan tradisional Mali berupa maloseri.
"Masakan ini terbuat dari beras, kelapa, gula, garam, dan susu," ujarnya.
Menurut dia, maloseri selalu dibuat setiap hari untuk menu sarapan bagi warga Mali.
Kendati demikian, dia mengaku sudah bisa memasak masakan khas Indonesia, salah satunya nasi goreng yang paling disukainya.
"Aku suka nasi goreng. Itu asli Indonesia," kata mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris itu.
Sementara mahasiswi asal Korea Selatan, Park Chongnam membuat dua masakan khas negaranya, salah satunya berupa japchae.
"Bukan capcay, tapi japchae. Itu mi yang sama sayur-sayur tanpa kuah, biasanya disajikan setiap hari raya apa pun di Korea," ucapnya.
Dia juga mengaku sangat suka dengan masakan Indonesia khususnya nasi goreng. Bahkan saat pertama makan nasi goreng, dia langsung suka.
Oleh karena itu setiap kali keluar asrama, dia selalu mencari nasi goreng.
"Rasanya cocok dengan orang Korea," kata mahasiswi S2 Pendidikan Bahasa Inggris itu.
Dalam kesempatan terpisah, Rektor UMP Assoc Prof Dr Jebul Suroso mengatakan Festival Kuliner Internasional itu menghadirkan masakan dari 13 negara di Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
Pihaknya sangat bangga karena kegiatan tersebut merupakan momentum bagus bagi UMP untuk meningkatkan iklim dan nuansa internasionalisasi di perguruan tinggi Muhammadiyah itu.
"Ini juga mendekatkan mahasiswa asing yang ada di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan kami. Acaranya dikelola Kantor Urusan Internasional, Insya Allah menyenangkan karena diisi dengan lomba membuat nasi goreng," tuturnya.
Menurut dia, lomba membuat nasi goreng diikuti oleh mahasiswa internasional (asing, red.) dan yang dinilai adalah nasi goreng ala mereka.
Ia mengharapkan dengan adanya festival tersebut, mahasiswa internasional yang kuliah di UMP akan bangga karena kuliner dari negara mereka bisa diekspos dan disajikan di Indonesia.
"Di sisi lain, acara ini adalah acara yang mengapresiasi mereka," ucapnya.*