Semarang (ANTARA) - Dinas Perhubungan Kota Semarang menyebutkan pembatasan arus kendaraan bermotor di ruas-ruas jalan di kawasan Kota Lama akan ditingkatkan untuk menjaga kelestarian bangunan cagar budaya di kawasan itu.
"Untuk kawasan Kota Lama memang sebenarnya banyak jalan yang kita siapkan sebagai area pejalan kaki. kita sebenarnya mau mengurangi akses untuk kendaraan, mobil penumpang," kata Sekretaris Dishub Kota Semarang Danang Kurniawan, di Semarang, Selasa.
Di Jalan Letjen Suprapto yang menjadi pintu masuk Kota Lama sudah dipasang portal yang membuat kendaraan dengan tinggi di atas 2,1 meter tidak bisa melintas, selain larangan kendaraan berbobot di atas 3 ton.
Beberapa ruas jalan yang semula bisa dilalui kendaraan juga sudah dipasangi pion beton, dan dilakukan juga rekayasa lalu lintas searah di beberapa ruas sehingga membatasi kendaraan yang masuk.
"Memang di sini (Kota Lama, red.) bangunan akan rentan rusak manakala getaran yang ditimbulkan dari kendaraan yang melintas," katanya.
Menurut dia, upaya untuk mengurangi arus kendaraan di Kota Lama Semarang sudah dilakukan dengan dua langkah, yakni pelarangan kendaraan di ruas jalan tertentu dan ruas jalan yang arus kendaraannya dibatasi.
"Ada ruas tertentu yang memang kita larang, dan kedua kita batasi. Kami berikan contoh, ketika "car free day" dan "car free night" mulai kita terapkan. Nanti pasti akan bertambah ruas-ruas seperti ini," katanya.
Danang menjelaskan kawasan Kota Lama Semarang akan disiapkan banyak akses untuk pedestrian atau pejalan kaki sehingga akan lebih nyaman dikunjungi sebagai destinasi wisata.
"Kami terus menciptakan kawasan area pejalan kaki yang ramah dan aman, kemudian akan kawasan yang disediakan kendaraan tidak berbasis listrik, atau rute untuk sepeda," kata Danang.
Selain itu, kata dia, akses transportasi umum juga akan dibenahi secara lebih baik sehingga saling terkoneksi, misalnya menghubungkan stasiun yang ada dengan kawasan Kota Lama.
Bahkan, kata dia, halte-halte Trans Semarang yang ada akan dihitung ulang agar penempatannya semakin efektif dalam melayani penumpang.
"Kami ada namanya survei asal tujuan. Jadi, nanti halte-halte itu di mana penempatannya yang efektif untuk penumpang. Jadi, mereka tujuannya di mana, turun di mana. Dari halte itu mau nyambung ke mana sudah ada yang 'connect'," pungkasnya.
"Untuk kawasan Kota Lama memang sebenarnya banyak jalan yang kita siapkan sebagai area pejalan kaki. kita sebenarnya mau mengurangi akses untuk kendaraan, mobil penumpang," kata Sekretaris Dishub Kota Semarang Danang Kurniawan, di Semarang, Selasa.
Di Jalan Letjen Suprapto yang menjadi pintu masuk Kota Lama sudah dipasang portal yang membuat kendaraan dengan tinggi di atas 2,1 meter tidak bisa melintas, selain larangan kendaraan berbobot di atas 3 ton.
Beberapa ruas jalan yang semula bisa dilalui kendaraan juga sudah dipasangi pion beton, dan dilakukan juga rekayasa lalu lintas searah di beberapa ruas sehingga membatasi kendaraan yang masuk.
"Memang di sini (Kota Lama, red.) bangunan akan rentan rusak manakala getaran yang ditimbulkan dari kendaraan yang melintas," katanya.
Menurut dia, upaya untuk mengurangi arus kendaraan di Kota Lama Semarang sudah dilakukan dengan dua langkah, yakni pelarangan kendaraan di ruas jalan tertentu dan ruas jalan yang arus kendaraannya dibatasi.
"Ada ruas tertentu yang memang kita larang, dan kedua kita batasi. Kami berikan contoh, ketika "car free day" dan "car free night" mulai kita terapkan. Nanti pasti akan bertambah ruas-ruas seperti ini," katanya.
Danang menjelaskan kawasan Kota Lama Semarang akan disiapkan banyak akses untuk pedestrian atau pejalan kaki sehingga akan lebih nyaman dikunjungi sebagai destinasi wisata.
"Kami terus menciptakan kawasan area pejalan kaki yang ramah dan aman, kemudian akan kawasan yang disediakan kendaraan tidak berbasis listrik, atau rute untuk sepeda," kata Danang.
Selain itu, kata dia, akses transportasi umum juga akan dibenahi secara lebih baik sehingga saling terkoneksi, misalnya menghubungkan stasiun yang ada dengan kawasan Kota Lama.
Bahkan, kata dia, halte-halte Trans Semarang yang ada akan dihitung ulang agar penempatannya semakin efektif dalam melayani penumpang.
"Kami ada namanya survei asal tujuan. Jadi, nanti halte-halte itu di mana penempatannya yang efektif untuk penumpang. Jadi, mereka tujuannya di mana, turun di mana. Dari halte itu mau nyambung ke mana sudah ada yang 'connect'," pungkasnya.