Magelang (ANTARA) - Para biksu dan umat Buddha dari berbagai negara peserta konferensi internasional di Borobudur menyelenggarakan "santutthicitta" Borobudur, Minggu, sebagai wujud syukur umat Buddha atas pencanangan Candi Borobudur sebagai tempat peribadatan.
Kegiatan yang berlangsung di kompleks candi Buddha terbesar di dunia ini, diawali dengan doa bersama para biksu di puncak Candi Borobudur dan bersamaan dengan itu para umat Buddha melakukan pradaksina di pelataran candi dengan berjalan mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali.
Setelah itu dilanjutkan doa bersama para biksu dan umat Buddha di pelataran Candi Borobudur.
Ketua Konferensi Internasional di Borobudur Biksu Ditthisampanno menyampaikan kegiatan hari ini bertajuk santutthicitta atau peziarahan yang juga dikenal dengan darmayatra, cuma ini mengambil momentum khusus, yaitu sesuai arahan Presiden Jokowi tentang Borobudur sebagai destinasi pariwisata super prioritas.
Selain itu, katanya, Menteri Agama juga mengarahkan bahwa Borobudur sebagai salah satu pusat wisata religi untuk umat Buddha dunia.
"Maka kami mendukung ini dengan mengundang para biksu dari seluruh dunia untuk mengadakan doa bersama dan melakukan pesakralan di puncak Borobudur harapannya dari sisi keyakinan umat Buddha akan bertambah," katanya.
Ia menyampaikan tadi para biksu, antara lain dari Thailand, Myanmar, Srilanka, Laos, Kamboja, India, dan Vietnam membacakan doa-doa suci, mantra, sutra dan juga parita-parita serta dirangkai dengan kegiatan meditasi di puncak Borobudur.
"Ini sebagai rasa syukur kami sebagai umat Buddha bahwa pemerintah Indonesia mendukung bahkan memberikan dorongan bagi kami untuk membantu pemerintah dengan kami mendatangkan para wisatawan khususnya wisatawan dari agama Buddha," katanya.
Ia berharap dengan banyaknya wisata religi ini akan menjadikan suasana yang lebih baik, lebih kondusif karena orang yang banyak berziarah, sembahyang itu berbeda dengan wisata yang lain.
Ditthisampanno menuturkan selama ini upacara keagamaan yang diselenggarakan di Borobudur hanya Waisak dan Asada, dengan ditetapkannya Borobudur sebagai pusat ibadah agama Buddha Indonesia dan dunia, nanti upacara yang dilaksanakan di Borobudur selain Waisak juga ada katina, Magapuja dan lainnya.
"Jadi intinya bahwa pemerintah memberikan ruang dan akan kami manfaatkan sebaik-baiknya sebagai atraksi wisata, dengan adanya banyak kegiatan itu banyak wisatawan yang datang ke sini. Saya kira akan menambah devisa bagi pariwisata Indonesia," katanya.
Menurut dia doa bersama sebagai wujud rasa syukur bahwa pemerintah mendorong umat Buddha dan juga pencanangan Borobudur sebagai tempat peribadatan atau peziarahan bagi umat Buddha sehingga umat Buddha bisa berekspresi melaksanakan praktik kegiatan di sini.
"Bahkan kemarin dari Balai Konservasi Borobudur sudah memberikan spot-spot di Bukit Jaten untuk kami mengadakan kegiatan ritual. Ini sebagai dukungan bahwa nanti setiap hari itu ada umat Buddha akan sembahyang tetapi tidak sembarang tempat karena ada wisatawan yang lain," katanya.
Kegiatan yang berlangsung di kompleks candi Buddha terbesar di dunia ini, diawali dengan doa bersama para biksu di puncak Candi Borobudur dan bersamaan dengan itu para umat Buddha melakukan pradaksina di pelataran candi dengan berjalan mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali.
Setelah itu dilanjutkan doa bersama para biksu dan umat Buddha di pelataran Candi Borobudur.
Ketua Konferensi Internasional di Borobudur Biksu Ditthisampanno menyampaikan kegiatan hari ini bertajuk santutthicitta atau peziarahan yang juga dikenal dengan darmayatra, cuma ini mengambil momentum khusus, yaitu sesuai arahan Presiden Jokowi tentang Borobudur sebagai destinasi pariwisata super prioritas.
Selain itu, katanya, Menteri Agama juga mengarahkan bahwa Borobudur sebagai salah satu pusat wisata religi untuk umat Buddha dunia.
"Maka kami mendukung ini dengan mengundang para biksu dari seluruh dunia untuk mengadakan doa bersama dan melakukan pesakralan di puncak Borobudur harapannya dari sisi keyakinan umat Buddha akan bertambah," katanya.
Ia menyampaikan tadi para biksu, antara lain dari Thailand, Myanmar, Srilanka, Laos, Kamboja, India, dan Vietnam membacakan doa-doa suci, mantra, sutra dan juga parita-parita serta dirangkai dengan kegiatan meditasi di puncak Borobudur.
"Ini sebagai rasa syukur kami sebagai umat Buddha bahwa pemerintah Indonesia mendukung bahkan memberikan dorongan bagi kami untuk membantu pemerintah dengan kami mendatangkan para wisatawan khususnya wisatawan dari agama Buddha," katanya.
Ia berharap dengan banyaknya wisata religi ini akan menjadikan suasana yang lebih baik, lebih kondusif karena orang yang banyak berziarah, sembahyang itu berbeda dengan wisata yang lain.
Ditthisampanno menuturkan selama ini upacara keagamaan yang diselenggarakan di Borobudur hanya Waisak dan Asada, dengan ditetapkannya Borobudur sebagai pusat ibadah agama Buddha Indonesia dan dunia, nanti upacara yang dilaksanakan di Borobudur selain Waisak juga ada katina, Magapuja dan lainnya.
"Jadi intinya bahwa pemerintah memberikan ruang dan akan kami manfaatkan sebaik-baiknya sebagai atraksi wisata, dengan adanya banyak kegiatan itu banyak wisatawan yang datang ke sini. Saya kira akan menambah devisa bagi pariwisata Indonesia," katanya.
Menurut dia doa bersama sebagai wujud rasa syukur bahwa pemerintah mendorong umat Buddha dan juga pencanangan Borobudur sebagai tempat peribadatan atau peziarahan bagi umat Buddha sehingga umat Buddha bisa berekspresi melaksanakan praktik kegiatan di sini.
"Bahkan kemarin dari Balai Konservasi Borobudur sudah memberikan spot-spot di Bukit Jaten untuk kami mengadakan kegiatan ritual. Ini sebagai dukungan bahwa nanti setiap hari itu ada umat Buddha akan sembahyang tetapi tidak sembarang tempat karena ada wisatawan yang lain," katanya.