Pekalongan (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, mencatat hingga Agustus 2022 ada 747 kasus atau turun dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya sebanyak 1.628 kasus kekerdilan pada anak.
Bupati Pekalongan Fadia Arafiq di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa turunnya jumlah kasus stunting ini merupakan hasil dari kerja sama yang baik seluruh komponen pemerintah dan masyarakat di daerah ini.
"Jumlah kasus kekerdilan anak 2022 di daerah terpantau turun, bahkan sudah di bawah angka nasional yakni 14 persen," katanya.
Fadia Arafiq mengingatkan pada semua pihak tidak lengah dengan turunnya kasus stunting namun tetap harus berusaha menekan kasus kekerdilan anak agar bisa 0 persen.
"Kami minta tidak ada anak yang kekurangan gizi yang bisa menimbulkan kasus kekerdilan anak," katanya.
Dikatakan, untuk menekan kasus kekerdilan anak ini perlu digalakkan adanya edukasi dan sosialisasi terutama kepada pasangan muda yang akan menikah agar mereka tahu tentang gizi anak, tentang usia hamil yang ideal.
Edukasi dan sosialisasi, kata dia, juga perlu diberikan pada ibu hamil agar mereka mengetahui apa yang baik untuk dikonsumsi bagi bayi yang berada dalam kandungan..
Bupati minta setiap puskesmas tersedia fasilitas alat ultrasonografi (USG) dan di posyandu ada antropometri kit agar ibu hamil mudah mendapatkan fasilitas dalam pencegahan stunting dan memastikan pertumbuhan anak sehat.
"Saya minta Dinas Kesehatan menyediakan fasilitas itu pada setiap Puskesmas agar kasus kekerdilan anak dapat terus berkurang," katanya.
Bupati Pekalongan Fadia Arafiq di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa turunnya jumlah kasus stunting ini merupakan hasil dari kerja sama yang baik seluruh komponen pemerintah dan masyarakat di daerah ini.
"Jumlah kasus kekerdilan anak 2022 di daerah terpantau turun, bahkan sudah di bawah angka nasional yakni 14 persen," katanya.
Fadia Arafiq mengingatkan pada semua pihak tidak lengah dengan turunnya kasus stunting namun tetap harus berusaha menekan kasus kekerdilan anak agar bisa 0 persen.
"Kami minta tidak ada anak yang kekurangan gizi yang bisa menimbulkan kasus kekerdilan anak," katanya.
Dikatakan, untuk menekan kasus kekerdilan anak ini perlu digalakkan adanya edukasi dan sosialisasi terutama kepada pasangan muda yang akan menikah agar mereka tahu tentang gizi anak, tentang usia hamil yang ideal.
Edukasi dan sosialisasi, kata dia, juga perlu diberikan pada ibu hamil agar mereka mengetahui apa yang baik untuk dikonsumsi bagi bayi yang berada dalam kandungan..
Bupati minta setiap puskesmas tersedia fasilitas alat ultrasonografi (USG) dan di posyandu ada antropometri kit agar ibu hamil mudah mendapatkan fasilitas dalam pencegahan stunting dan memastikan pertumbuhan anak sehat.
"Saya minta Dinas Kesehatan menyediakan fasilitas itu pada setiap Puskesmas agar kasus kekerdilan anak dapat terus berkurang," katanya.