Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Artati Widiarti menyatakan bahwa tidak perlu panik dengan kondisi terkait minyak goreng karena ikan tanpa digoreng lebih sehat.
"Tak perlu khawatir dengan minyak goreng, ikan pepes atau ikan kuah gizinya malah lebih terjaga dan rasanya lebih nikmat," kata Artati dalam rilis di Jakarta, Kamis.
Dengan kata lain, ujar dia, ikan yang disajikan tanpa digoreng lebih sehat dan tetap enak untuk dikonsumsi.
Artati memaparkan ikan sebagai bahan pangan yang mengandung protein tinggi dan Omega-3 sangat relevan sebagai salah satu sumber protein untuk mendukung program prioritas penanganan stunting khususnya dalam hal meningkatkan kecerdasan.
Terlebih, lanjutnya, ikan memiliki kandungan gizi yang lengkap juga memiliki peran penting dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), utamanya membantu perkembangan mata dan jaringan otak anak-anak di bawah usia dua tahun, asupan gizi bagi remaja usia produktif serta para lanjut usia.
Selain itu, ujar dia, ikan juga mengandung vitamin dan mineral yang membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan imunitas, khususnya saat ini guna menghadapi pandemi COVID-19.
"Dengan mengonsumsi ikan kita akan menjadi generasi yang sehat, kuat dan cerdas," ucap Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan.
Secara nasional, kegiatan perluasan Gemarikan untuk mendorong konsumsi ikan di tengah masyarakat ini akan dilaksanakan di 21 provinsi mulai bulan Maret 2022 sampai Juni 2022, dengan total jumlah paket mencapai 55.000 paket Gemarikan.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengajak agar siswa sekolah dasar rajin mengonsumsi ikan agar kebutuhan gizi harian bisa terpenuhi.
Pada bagian lain, sampai saat ini kelangkaan minyak goreng masih terjadi di sejumlah daerah. Kalaupun ada, harga minyak goreng lebih mahal, Rp20.000/liter, Rp6.000 lebih tinggi dibanding harga patokan pemerintah.
"Tak perlu khawatir dengan minyak goreng, ikan pepes atau ikan kuah gizinya malah lebih terjaga dan rasanya lebih nikmat," kata Artati dalam rilis di Jakarta, Kamis.
Dengan kata lain, ujar dia, ikan yang disajikan tanpa digoreng lebih sehat dan tetap enak untuk dikonsumsi.
Artati memaparkan ikan sebagai bahan pangan yang mengandung protein tinggi dan Omega-3 sangat relevan sebagai salah satu sumber protein untuk mendukung program prioritas penanganan stunting khususnya dalam hal meningkatkan kecerdasan.
Terlebih, lanjutnya, ikan memiliki kandungan gizi yang lengkap juga memiliki peran penting dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), utamanya membantu perkembangan mata dan jaringan otak anak-anak di bawah usia dua tahun, asupan gizi bagi remaja usia produktif serta para lanjut usia.
Selain itu, ujar dia, ikan juga mengandung vitamin dan mineral yang membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan imunitas, khususnya saat ini guna menghadapi pandemi COVID-19.
"Dengan mengonsumsi ikan kita akan menjadi generasi yang sehat, kuat dan cerdas," ucap Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan.
Secara nasional, kegiatan perluasan Gemarikan untuk mendorong konsumsi ikan di tengah masyarakat ini akan dilaksanakan di 21 provinsi mulai bulan Maret 2022 sampai Juni 2022, dengan total jumlah paket mencapai 55.000 paket Gemarikan.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengajak agar siswa sekolah dasar rajin mengonsumsi ikan agar kebutuhan gizi harian bisa terpenuhi.
Pada bagian lain, sampai saat ini kelangkaan minyak goreng masih terjadi di sejumlah daerah. Kalaupun ada, harga minyak goreng lebih mahal, Rp20.000/liter, Rp6.000 lebih tinggi dibanding harga patokan pemerintah.