Magelang (ANTARA) - Cuaca cerah dan suara gemericik air di kawasan Mata Air Tuk Mas di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menyambut kedatangan perwakilan umat Hindu yang akan melakukan pengambilan air (melasti) di tempat ini.
Perwakilan umat Hindu dari Pura Wira Buana Magelang mengambil air di Tuk Mas dalam rangkaian menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944/Tahun 2022.
Pelaksanaan upacara Melasti di Tuk Mas kali ini masih berlangsung sederhana terkait dengan pandemi COVID-19, apalagi PPKM di Kabupaten Magelang level 3 dan Kota Magelang level 4.
Baca juga: Upacara Melasti di Magelang berlangsung sederhana
Upacara Melasti kali ini hanya diikuti lima orang, namun berlangsung khidmat.
Perwakilan umat Hindu yang mengenakan pakaian adat Bali dengan warna putih ini, sebelum mengambil air melakukan persembahyangan di depan Prasasti Tuk Mas.
Sebelum pandemi, persembahyangan ini diikuti oleh puluhan umat Hindu dengan berbagai sesaji berlangsung di halaman parkir kompleks Tuk Mas.
Selain itu, dalam prosesi pengambilan air tersebut, biasanya juga ada umbul-umbul (penjor) dan para pemuda asal Bali yang tengah menempuh pendidikan di Akademi Militer Magelang menabuh gamelan Bali mengiringi umat dari jalan desa menuju Sumber Air Tuk Mas.
Namun, dalam pelaksanaan Melasti tiga kali terakhir atau selama pandemi ini tanpa alunan gamelan Bali.
"Memang suasana lagi pandemi dan pelaksanaan Melasti berlangsung sederhana dan hanya perwakilan yang datang ke Tuk Mas ini," kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Magelang I Gede Suarti.
Bahkan, rangkaian kegiatan sebelum pelaksanaan catur brata penyepian, dilakukan beberapa hari, namun kali ini kegiatan dipersingkat menjadi satu hari.
Sebelum pandemi, upacara Melasti dilakukan beberapa hari sebelum Nyepi, tetapi kali ini dilakukan sehari sebelum Nyepi kemudian dilanjutkan dengan mecaru dan putar ogoh-ogoh di Pura Wirabuana, kompleks Akademi Militer Magelang.
I Gede Suarti menjelaskan pengambilan air suci ini merupakan rangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944/Tahun 2022 umat Hindu Magelang.
Pengambilan air suci ini untuk menyucikan buana agung dan buana alit. Buana agung adalah alam semesta ini supaya terhindar dari mala petaka juga segala kotoran yang berada di alam semesta ini dari gangguan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Buana alit adalah menyucikan diri, yaitu bersih dari perilaku, perkataan, perbuatan, dan pikiran yang kotor.
"Melalui pengambilan air suci ini selain untuk menyejukkan diri juga untuk kesejahteraan umat yang ada di Magelang," katanya.
Ia menyampaikan pengambilan air suci dilakukan di Sumber Mata Air Tuk Mas karena mata air yang sudah berusia tua, kebetulan di tempat itu terdapat Prasasti Tuk Mas yang merupakan prasasti tertua di Jawa Tengah, sekitar abad VI-VII.
"Mata air ini dari dulu digunakan oleh para leluhur untuk melaksanakan hal yang sama, karena mata air ini dianggap Sungai Gangga di Pulau Jawa. Kami meneruskan dari para leluhur yang ada di sini," katanya.
Suwarti menuturkan setelah dari Tuk Mas, air dibawa ke Pura Wira Buana Magelang.
Sampai di pura ada upacara "medak tirta" atau menyambut air, kemudian air dalam beberapa jerigen dan galon tersebut didudukkan di padmasari sekitar satu jam, kemudian digunakan untuk persembahyangan.
Setelah "mendak tirta" dilaksanakan upacara Tawur Agung Kesanga atau Mecaru di halaman depan Pura Wira Buana . Upacara ini dimaksudkan untuk kembali melestarikan buana agung dan buana alit.
"Alam semesta ini dijaga, dilestarikan sehingga nanti ada kesinambungan antara manusia dengan alam, itu maksud dan tujuan upacara Mecaru," katanya.
Setelah Mecaru, dilakukan putar ogoh-ogoh di halaman parkir Pura Wira Buana. Putar ogoh-ogoh untuk menetralisir segala bentuk gangguan terhadap umat manusia dalam pelaksanaan catur brata penyepian.
Usai putar ogoh-ogoh dilanjutkan persembahyangan bersama Hari Raya Nyepi untuk memohon kepada Sang Yang Widi agar saat melaksanakan catur brata penyepian mendapatkan berkah keselamatan.
Ketua Pengurus Pura Wira Buana Magelang Jro Mangku Wayan Kadek mengatakan pada Kamis (3/3), mulai pukul 06.00 WIB sampai dengan Jumat (4/3), pukul 06.00 WIB seluruh umat Hindu di Magelang melaksanakan catur brata penyepian di rumah masing-masing atau di Pura Wira Buana.
Catur brata penyepian terdiri atas empat hal, yakni "amati geni" atau tidak menyalakan api, "amati lelungan" atau tidak bepergian, "amati lelanguan" atau tidak bersenang-senang, dan "amati karya" atau tidak bekerja.
Ia menuturkan karena masih pandemi COVID-19 dalam rangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944/Tahun 2022 dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat.
"Setiap umat yang datang ke pura harus mengenakan masker, cuci tangan, diukur suhu tubuh, dan menjaga jarak," katanya.
Prasasti Tuk Mas berada dalam satu kompleks dengan Sumber Mata Air Tuk Mas di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabak, Kabupaten Magelang.
Berdasarkan penjelasan Balai Perlindungan Cagar Budaya Jawa Tengah dalam papan di sekitar prasasti menyebutkan bahwa Prasasti Tuk Mas atau disebut pula dengan nama Prasasti Dakawu ini berbentuk sajak.
Prasasti yang dipahat di batu besar dengan aksara Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta itu berbunyi "(itant) usucyamburuhanujata, Kwacicchilawalukanirgateyam, Kwacitprakirnna subhasitatoya, Samprasrata m(edhya) kariwa gangga".
Terjemahan sajak yang terdiri atas empat baris tersebut, "Bermula dari teratai yang gemerlapan, dari sini memancarlah sumber air yang menyucikan, air memancar keluar dari sela-sela batu dan pasir, di tempat lain memancar pula air sejuk dan keramat seperti (Sungai) Gangga".
Di samping tulisan, prasasti memuat gambar roda (cakra), teratai (padma), nyala api, denah bangunan dan gambar yang masih sulit untuk diidentifikasi. Gambar yang dapat diidentifikasi merujuk pada laksana (tanda khusus) yang digunakan para pemuka agama Siva (penganut Hindu).
Prasasti dari batu alam di lereng Gunung Merbabu ini merupakan prasasti berusia paling awal yang ditemukan di Jawa Tengah, berkisar abad VI-VII Masehi.
Air dari Sumber Mata Air Tuk Mas ini sekarang dikelola oleh PDAM Kota Magelang untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat.
Baca juga: Sambut Nyepi, umat Hindu Magelang upacara Melasti di Tuk Mas
Baca juga: Mereka Melasti di Prasasti Tukmas Kaki Merbabu
Perwakilan umat Hindu dari Pura Wira Buana Magelang mengambil air di Tuk Mas dalam rangkaian menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944/Tahun 2022.
Pelaksanaan upacara Melasti di Tuk Mas kali ini masih berlangsung sederhana terkait dengan pandemi COVID-19, apalagi PPKM di Kabupaten Magelang level 3 dan Kota Magelang level 4.
Baca juga: Upacara Melasti di Magelang berlangsung sederhana
Upacara Melasti kali ini hanya diikuti lima orang, namun berlangsung khidmat.
Perwakilan umat Hindu yang mengenakan pakaian adat Bali dengan warna putih ini, sebelum mengambil air melakukan persembahyangan di depan Prasasti Tuk Mas.
Sebelum pandemi, persembahyangan ini diikuti oleh puluhan umat Hindu dengan berbagai sesaji berlangsung di halaman parkir kompleks Tuk Mas.
Selain itu, dalam prosesi pengambilan air tersebut, biasanya juga ada umbul-umbul (penjor) dan para pemuda asal Bali yang tengah menempuh pendidikan di Akademi Militer Magelang menabuh gamelan Bali mengiringi umat dari jalan desa menuju Sumber Air Tuk Mas.
Namun, dalam pelaksanaan Melasti tiga kali terakhir atau selama pandemi ini tanpa alunan gamelan Bali.
"Memang suasana lagi pandemi dan pelaksanaan Melasti berlangsung sederhana dan hanya perwakilan yang datang ke Tuk Mas ini," kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Magelang I Gede Suarti.
Bahkan, rangkaian kegiatan sebelum pelaksanaan catur brata penyepian, dilakukan beberapa hari, namun kali ini kegiatan dipersingkat menjadi satu hari.
Sebelum pandemi, upacara Melasti dilakukan beberapa hari sebelum Nyepi, tetapi kali ini dilakukan sehari sebelum Nyepi kemudian dilanjutkan dengan mecaru dan putar ogoh-ogoh di Pura Wirabuana, kompleks Akademi Militer Magelang.
I Gede Suarti menjelaskan pengambilan air suci ini merupakan rangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944/Tahun 2022 umat Hindu Magelang.
Pengambilan air suci ini untuk menyucikan buana agung dan buana alit. Buana agung adalah alam semesta ini supaya terhindar dari mala petaka juga segala kotoran yang berada di alam semesta ini dari gangguan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Buana alit adalah menyucikan diri, yaitu bersih dari perilaku, perkataan, perbuatan, dan pikiran yang kotor.
"Melalui pengambilan air suci ini selain untuk menyejukkan diri juga untuk kesejahteraan umat yang ada di Magelang," katanya.
Ia menyampaikan pengambilan air suci dilakukan di Sumber Mata Air Tuk Mas karena mata air yang sudah berusia tua, kebetulan di tempat itu terdapat Prasasti Tuk Mas yang merupakan prasasti tertua di Jawa Tengah, sekitar abad VI-VII.
"Mata air ini dari dulu digunakan oleh para leluhur untuk melaksanakan hal yang sama, karena mata air ini dianggap Sungai Gangga di Pulau Jawa. Kami meneruskan dari para leluhur yang ada di sini," katanya.
Suwarti menuturkan setelah dari Tuk Mas, air dibawa ke Pura Wira Buana Magelang.
Sampai di pura ada upacara "medak tirta" atau menyambut air, kemudian air dalam beberapa jerigen dan galon tersebut didudukkan di padmasari sekitar satu jam, kemudian digunakan untuk persembahyangan.
Setelah "mendak tirta" dilaksanakan upacara Tawur Agung Kesanga atau Mecaru di halaman depan Pura Wira Buana . Upacara ini dimaksudkan untuk kembali melestarikan buana agung dan buana alit.
"Alam semesta ini dijaga, dilestarikan sehingga nanti ada kesinambungan antara manusia dengan alam, itu maksud dan tujuan upacara Mecaru," katanya.
Setelah Mecaru, dilakukan putar ogoh-ogoh di halaman parkir Pura Wira Buana. Putar ogoh-ogoh untuk menetralisir segala bentuk gangguan terhadap umat manusia dalam pelaksanaan catur brata penyepian.
Usai putar ogoh-ogoh dilanjutkan persembahyangan bersama Hari Raya Nyepi untuk memohon kepada Sang Yang Widi agar saat melaksanakan catur brata penyepian mendapatkan berkah keselamatan.
Ketua Pengurus Pura Wira Buana Magelang Jro Mangku Wayan Kadek mengatakan pada Kamis (3/3), mulai pukul 06.00 WIB sampai dengan Jumat (4/3), pukul 06.00 WIB seluruh umat Hindu di Magelang melaksanakan catur brata penyepian di rumah masing-masing atau di Pura Wira Buana.
Catur brata penyepian terdiri atas empat hal, yakni "amati geni" atau tidak menyalakan api, "amati lelungan" atau tidak bepergian, "amati lelanguan" atau tidak bersenang-senang, dan "amati karya" atau tidak bekerja.
Ia menuturkan karena masih pandemi COVID-19 dalam rangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944/Tahun 2022 dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat.
"Setiap umat yang datang ke pura harus mengenakan masker, cuci tangan, diukur suhu tubuh, dan menjaga jarak," katanya.
Prasasti Tuk Mas berada dalam satu kompleks dengan Sumber Mata Air Tuk Mas di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabak, Kabupaten Magelang.
Berdasarkan penjelasan Balai Perlindungan Cagar Budaya Jawa Tengah dalam papan di sekitar prasasti menyebutkan bahwa Prasasti Tuk Mas atau disebut pula dengan nama Prasasti Dakawu ini berbentuk sajak.
Prasasti yang dipahat di batu besar dengan aksara Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta itu berbunyi "(itant) usucyamburuhanujata, Kwacicchilawalukanirgateyam, Kwacitprakirnna subhasitatoya, Samprasrata m(edhya) kariwa gangga".
Terjemahan sajak yang terdiri atas empat baris tersebut, "Bermula dari teratai yang gemerlapan, dari sini memancarlah sumber air yang menyucikan, air memancar keluar dari sela-sela batu dan pasir, di tempat lain memancar pula air sejuk dan keramat seperti (Sungai) Gangga".
Di samping tulisan, prasasti memuat gambar roda (cakra), teratai (padma), nyala api, denah bangunan dan gambar yang masih sulit untuk diidentifikasi. Gambar yang dapat diidentifikasi merujuk pada laksana (tanda khusus) yang digunakan para pemuka agama Siva (penganut Hindu).
Prasasti dari batu alam di lereng Gunung Merbabu ini merupakan prasasti berusia paling awal yang ditemukan di Jawa Tengah, berkisar abad VI-VII Masehi.
Air dari Sumber Mata Air Tuk Mas ini sekarang dikelola oleh PDAM Kota Magelang untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat.
Baca juga: Sambut Nyepi, umat Hindu Magelang upacara Melasti di Tuk Mas
Baca juga: Mereka Melasti di Prasasti Tukmas Kaki Merbabu