Magelang (ANTARA) - Upacara Melasti di sumber mata air Tuk Mas di Desa Lebak, Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu, berlangsung sederhana tanpa melibatkan banyak umat Hindu seperti tahun-tahun sebelumnya.

Klian Banjar masyarakat Hindu di Kabupaten/Kota Magelang Wayan Satra mengatakan prosesi Melasti berbeda dengan tahun-tahun lalu karena mengikuti imbauan pemerintah untuk seminimal mungkin mengumpulkan masyarakat dalam melakukan ibadah namun tidak mengurangi makna dari kegiatan tersebut.

"Berkaitan dengan merebaknya virus corona (COVID-19), upacara Melasti dilakukan sederhana namun tidak mengurangi makna pemelastian hari ini," katanya.

Baca juga: Sambut Nyepi, umat Hindu Magelang upacara Melasti di Tuk Mas

Proses pengambilan air suci di sumber mata air Tuk Mas kali ini hanya diikuti perwakilan umat Hindu sebanyak 7 orang dan tanpa iringan gamelan Bali yang biasa dilakukan tahun-tahun sebelumnya.

Prosesi pengambilan air suci dalam upacara Melasti yang dipimpin Mangku Surono tersebut, perwakilan umat Hindu langsung menuju ke sumber air suci di bagian atas tanpa proses doa bersama di halaman sumber air Tuk Mas yang biasa dilakukan.

Wayan Satra mengatakan Melasti dengan tujuan untuk menetralisir kekuatan jahat maupun bersifat baik harus seimbang mengingat umat atau masyarakat Magelang khususnya dan secara umum masyarakat Indonesia bahkan dunia saat ini sedang mengalami cobaan hidup dengan wabah kasus virus corona.

"Sebagai umat Hindu ikut menetralisir kekuatan-kekuatan yang akan mengganggu kehidupan masyarakat, khususnya di Kabupaten/Kota Magelang dan secara umum di Indonesia dan lebih umum lagi masyarakat yang ada di atas bumi ini," katanya.

Mangku Surono menyampaikan, tirta dari sumber air Tuk Mas ini nantinya untuk prasarana penyucikan di lingkungan Pura Wira Buwana kompleks Akademi Militer Magelang dan semua sarana yang nanti dipakai saat upacara Tawuragung.

"Melalui kegiatan ini semua kembali, roh-roh jahat kembali ke tempatnya dan tidak mengganggu dan kita diberi kekuatan untuk hidup damai dan rukun," katanya. 
 

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024