Sambut Imlek, Tradisi Tuk Panjang kembali digelar di Semarang
Semarang (ANTARA) - Tradisi Tuk Panjang, yakni jamuan makan malam yang disajikan di atas meja panjang kembali digelar menyambut Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili di kawasan Pecinan, Semarang, Jumat malam.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tradisi Tuk Panjang tidak digelar di Gang Pinggir seperti tahun-tahun sebelumnya, namun berganti di Gang Warung yang biasanya untuk Pasar Semawis.
Berbagai hidangan disuguhkan kepada para tamu secara berderet, mulai Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, jajaran kepala dinas, dan muspida.
Kali ini, ada menu nasi ulam bunga telang yang berupa nasi gurih berwarna biru, dengan berbagai jenis lauk, seperti sambal goreng ati, telur, ikan asin, ayam bumbu rujak, sayuran, dan sambal.
Cara menikmatinya unik, para tamu yang hadir dibagikan sarung tangan plastik, kemudian diminta untuk mencampurkan semua lauk menjadi satu sebelum akhirnya disantap beramai-ramai.
Sajian kuliner itu melambangkan simbol perdamaian dengan warna birunya yang mampu merekatkan elemen yang berbeda yang campur aduk menjadi satu dan rata sebagai sebuah kekuatan baru yang lebih hebat.
Hevearita selaku Plt Wali Kota Semarang menyampaikan bahwa tradisi menyambut Tahun Baru Imlek sudah menjadi agenda rutin yang digelar di Kota Semarang, khususnya di kawasan Pecinan.
"Saya berharap kerukunan masyarakat terus terjaga. Saling menghormati, bagaimana masyarakat yang merayakan Hari Raya Imlek ini. Kedua, tradisi ini meningkatkan perekonomian masyarakat," katanya.
Ita, sapaan akrab Hevearita menyebutkan bahwa Pecinan merupakan salah satu kawasan Semarang Lama, selain Kauman, Kampung Melayu, dan Kota Lama sebagai bagian sejarah yang harus dilestarikan.
Apalagi, di Semarang ada tradisi Ji Kau Meh atau sembahyang menjelang pergantian tahun, yakni pada tanggal 29 penanggalan China untuk menghormati dan mendoakan arwah para leluhur.
"Ji Kau Meh. Jadi, orang-orang kurang dua hari dari Imlek pada belanja di Gang Baru (untuk kebutuhan sembahyang). Ini kata Pak Harjanto (Ketua Kopi Semawis) tidak ada di tempat lain," kata Ita.
Sementara itu, Ketua Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata (Kopi Semawis) Haryanto Halim menjelaskan bahwa Tuk Panjang itu merupakan rangkaian tradisi menyambut Tahun Baru Imlek.
Diawali dengan Upacara Ketok Pintu yang digelar di Kelenteng Tay Kak Sie Semarang, Sabtu (14/1) lalu, Ji Kau Meh, dan kemudian Tuk Panjang yang tak pernah ketinggalan dalam perayaan Imlek.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tradisi Tuk Panjang tidak digelar di Gang Pinggir seperti tahun-tahun sebelumnya, namun berganti di Gang Warung yang biasanya untuk Pasar Semawis.
Berbagai hidangan disuguhkan kepada para tamu secara berderet, mulai Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, jajaran kepala dinas, dan muspida.
Kali ini, ada menu nasi ulam bunga telang yang berupa nasi gurih berwarna biru, dengan berbagai jenis lauk, seperti sambal goreng ati, telur, ikan asin, ayam bumbu rujak, sayuran, dan sambal.
Cara menikmatinya unik, para tamu yang hadir dibagikan sarung tangan plastik, kemudian diminta untuk mencampurkan semua lauk menjadi satu sebelum akhirnya disantap beramai-ramai.
Sajian kuliner itu melambangkan simbol perdamaian dengan warna birunya yang mampu merekatkan elemen yang berbeda yang campur aduk menjadi satu dan rata sebagai sebuah kekuatan baru yang lebih hebat.
Hevearita selaku Plt Wali Kota Semarang menyampaikan bahwa tradisi menyambut Tahun Baru Imlek sudah menjadi agenda rutin yang digelar di Kota Semarang, khususnya di kawasan Pecinan.
"Saya berharap kerukunan masyarakat terus terjaga. Saling menghormati, bagaimana masyarakat yang merayakan Hari Raya Imlek ini. Kedua, tradisi ini meningkatkan perekonomian masyarakat," katanya.
Ita, sapaan akrab Hevearita menyebutkan bahwa Pecinan merupakan salah satu kawasan Semarang Lama, selain Kauman, Kampung Melayu, dan Kota Lama sebagai bagian sejarah yang harus dilestarikan.
Apalagi, di Semarang ada tradisi Ji Kau Meh atau sembahyang menjelang pergantian tahun, yakni pada tanggal 29 penanggalan China untuk menghormati dan mendoakan arwah para leluhur.
"Ji Kau Meh. Jadi, orang-orang kurang dua hari dari Imlek pada belanja di Gang Baru (untuk kebutuhan sembahyang). Ini kata Pak Harjanto (Ketua Kopi Semawis) tidak ada di tempat lain," kata Ita.
Sementara itu, Ketua Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata (Kopi Semawis) Haryanto Halim menjelaskan bahwa Tuk Panjang itu merupakan rangkaian tradisi menyambut Tahun Baru Imlek.
Diawali dengan Upacara Ketok Pintu yang digelar di Kelenteng Tay Kak Sie Semarang, Sabtu (14/1) lalu, Ji Kau Meh, dan kemudian Tuk Panjang yang tak pernah ketinggalan dalam perayaan Imlek.