Jakarta (ANTARA) - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo menegaskan bahwa pemerintah siap menghadapi lonjakan kasus COVID-19 varian Omicron.
Dia menekankan bahwa saat ini pemerintah sudah menyiagakan 1.011 rumah sakit dan 82.168 tempat tidur untuk pasien COVID-19.
"Kesiapsiagaan pelayanan kesehatan dilakukan karena pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke Indonesia diperkirakan semakin banyak," ujar Abraham usai memantau perkembangan kondisi pasien COVID19 varian Omicron di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta, Minggu, sebagaimana siaran pers.
Abraham memastikan kesiapan logistik berupa APD dan obat-obatan cukup untuk tiga bulan ke depan.
Saat ini, kata Abraham, sejumlah rumah sakit yang menjadi rujukan pasien COVID-19 varian Omicron mulai melakukan pengetatan untuk pasien umum. Hal ini dilakukan sebagai persiapan jika ada gelombang Omicron.
"Seperti di RSPI, mereka nantinya bisa mengonversi tempat tidur untuk pasien COVID-19," ujar Abraham.
Baca juga: Epidemiolog: Pastikan kesiapan faskes antisipasi Omicron
Sementara itu, sebanyak 24 pasien COVID-19 varian Omicron yang saat ini dirawat di RSPI Sulianti Saroso kondisinya terus membaik, dan tidak ada yang perlu mendapatkan perawatan intensif.
Rosa Marliana, dokter spesialis paru di RSPI Sulianti Saroso mengatakan seluruh pasien Omicron umumnya berusia muda dan tidak memiliki komorbid.
Pasien terdeteksi memiliki Omicron bukan karena gejala namun karena ingin melakukan perjalanan jauh.
“Saya berharap pemerintah jangan terburu-buru kendurkan pembatasan. Pasien pada awal-awal adanya varian baru cenderung tidak berat karena mayoritas adalah berusia muda serta sebenarnya orang sehat sehingga dia mau melakukan perjalanan jauh. Situasi mulai sulit ketika penularan sudah menyebar ke kelompok lansia dan komorbid,” tutur Rosa Marliana.
Baca juga: Pasien pertama transmisi lokal Omicron tanpa gejala sakit
Dia menekankan bahwa saat ini pemerintah sudah menyiagakan 1.011 rumah sakit dan 82.168 tempat tidur untuk pasien COVID-19.
"Kesiapsiagaan pelayanan kesehatan dilakukan karena pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke Indonesia diperkirakan semakin banyak," ujar Abraham usai memantau perkembangan kondisi pasien COVID19 varian Omicron di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta, Minggu, sebagaimana siaran pers.
Abraham memastikan kesiapan logistik berupa APD dan obat-obatan cukup untuk tiga bulan ke depan.
Saat ini, kata Abraham, sejumlah rumah sakit yang menjadi rujukan pasien COVID-19 varian Omicron mulai melakukan pengetatan untuk pasien umum. Hal ini dilakukan sebagai persiapan jika ada gelombang Omicron.
"Seperti di RSPI, mereka nantinya bisa mengonversi tempat tidur untuk pasien COVID-19," ujar Abraham.
Baca juga: Epidemiolog: Pastikan kesiapan faskes antisipasi Omicron
Sementara itu, sebanyak 24 pasien COVID-19 varian Omicron yang saat ini dirawat di RSPI Sulianti Saroso kondisinya terus membaik, dan tidak ada yang perlu mendapatkan perawatan intensif.
Rosa Marliana, dokter spesialis paru di RSPI Sulianti Saroso mengatakan seluruh pasien Omicron umumnya berusia muda dan tidak memiliki komorbid.
Pasien terdeteksi memiliki Omicron bukan karena gejala namun karena ingin melakukan perjalanan jauh.
“Saya berharap pemerintah jangan terburu-buru kendurkan pembatasan. Pasien pada awal-awal adanya varian baru cenderung tidak berat karena mayoritas adalah berusia muda serta sebenarnya orang sehat sehingga dia mau melakukan perjalanan jauh. Situasi mulai sulit ketika penularan sudah menyebar ke kelompok lansia dan komorbid,” tutur Rosa Marliana.
Baca juga: Pasien pertama transmisi lokal Omicron tanpa gejala sakit