Semarang (ANTARA) - PT PGN Tbk dan PT KAI melakukan uji dinamis teknologi LNG sebagai bahan bakar pada satu kereta yang akan dipakai untuk melayani penumpang trayek Jakarta-Surabaya dan akan menjadi pilot project guna mengurangi penggunaan solar bersubsidi.
Sinergi BUMN pada konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar LNG tersebut menggunakan sistem Diesel Dual Fuel (DDF), sehingga kereta yang awalnya berbahan bakar solar menjadi beroperasi dengan campuran dua bahan bakar (gas dan solar), gas digunakan sebagai bahan bakar utama, sedangkan solar sebagai pemantik api dan membantu dalam lubrikasi serta pendingin ruang bakar.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan menjelaskan sebelum dilaksanakannya uji dinamis, telah dilaksanakan uji statis pada kereta pembangkit saat mesin dalam keadaan diam dan hasilnya menunjukkan bahwa adanya efisiensi kinerja mesin yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar solar.
"Keberhasilan uji coba statis akan didukung dengan pelaksanaan uji coba dinamis, dimana operasional mesin ditest pada kondisi yang sebenarnya. Tujuannya untuk mengkofirmasi hasil dari uji statis dan menguji ketahanan system DDF di kondisi operasional," kata Heru dalam keterangan persnya Kamis (16/12).
Manfaat bahan bakar LNG pada kereta api yang akan dirasakan di antaranya efisiensi biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan mesin gas lebih rendah, sinergi BUMN, utilisasi angkutan barang, dan potensi pemanfaatan lahan stasiun milik PT KAI untuk pemanfaatan energi ramah lingkungan (green energy).
"Penggunaan bahan bakar LNG diharapkan bisa merealisasikan efisiensi biaya dan menunjang operasional serta memberikan manfaat bagi masyarakat pengguna transportasi. Semoga bisa berkelanjutan dan masuk ke tahapan implementasi dan bermanfaat bagi keduabelah pihak serta masyarakat," kata Heru.
Heru menambahkan pihaknya optimistis dengan menggunakan LNG sebagai bahan bakar KAI dapat memberikan benefit bagi KAI dan PGN Group, terutama mendukung pemerintah dalam mengurangi import BBM.
Sinergi BUMN pada konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar LNG tersebut menggunakan sistem Diesel Dual Fuel (DDF), sehingga kereta yang awalnya berbahan bakar solar menjadi beroperasi dengan campuran dua bahan bakar (gas dan solar), gas digunakan sebagai bahan bakar utama, sedangkan solar sebagai pemantik api dan membantu dalam lubrikasi serta pendingin ruang bakar.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan menjelaskan sebelum dilaksanakannya uji dinamis, telah dilaksanakan uji statis pada kereta pembangkit saat mesin dalam keadaan diam dan hasilnya menunjukkan bahwa adanya efisiensi kinerja mesin yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar solar.
"Keberhasilan uji coba statis akan didukung dengan pelaksanaan uji coba dinamis, dimana operasional mesin ditest pada kondisi yang sebenarnya. Tujuannya untuk mengkofirmasi hasil dari uji statis dan menguji ketahanan system DDF di kondisi operasional," kata Heru dalam keterangan persnya Kamis (16/12).
Manfaat bahan bakar LNG pada kereta api yang akan dirasakan di antaranya efisiensi biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan mesin gas lebih rendah, sinergi BUMN, utilisasi angkutan barang, dan potensi pemanfaatan lahan stasiun milik PT KAI untuk pemanfaatan energi ramah lingkungan (green energy).
"Penggunaan bahan bakar LNG diharapkan bisa merealisasikan efisiensi biaya dan menunjang operasional serta memberikan manfaat bagi masyarakat pengguna transportasi. Semoga bisa berkelanjutan dan masuk ke tahapan implementasi dan bermanfaat bagi keduabelah pihak serta masyarakat," kata Heru.
Heru menambahkan pihaknya optimistis dengan menggunakan LNG sebagai bahan bakar KAI dapat memberikan benefit bagi KAI dan PGN Group, terutama mendukung pemerintah dalam mengurangi import BBM.