Semarang (ANTARA) -
Yoyok Bambang Priyambodo selaku Pengasuh Sanggar Greget di Semarang, Selasa (16/11), mengatakan bahwa ketiga tarian tersebut akan ditampilkan sebagai atraksi budaya untuk menjadi daya tarik sektor pariwisata setempat.
"Sebelumnya, kami diminta kepala desa untuk membuatkan tarian khas di daerah tersebut. Di Cempogo itu kan ada desa wisata, nanti Tari Bagus Lembu ini bisa jadi atraksi budaya," katanya.
Sebelum mencipatkan tarian tersebut, Yoyok bersama tim melakukan riset dan pengamatan budaya di Desa Cabeankunti yang di sana terdapat tujuh sendang dengan letak berdampingan, serta meyimpan cerita sejarah.
Masing-masing sendang punya nama yakni Sendang Jangka, Sidotapa, Pelerepan, Kaprawiran, Panguripan, Kaputren, dan Kamboja atau Kesucian.
"Jadi tarian ini ada kaitannya dengan sesuatu yang memang hanya ada di desa tersebut," ujarnya.
Dari ketujuh sendang tersebut, Yoyok menciptakan Tari Sapta Tirta sebab sendang yang berada tidak jauh dari pemukiman warga ini merupakan situs petirtaan Sendang Pitu Candi Cabeankunti.
Ketua Sanggar Greget Sangghita Anjali menambahkan, pihaknya menerjunkan tim yang terdiri dari Sekar arum, Anastasya Rahmadani, Jihan Salsabila, Hasya Alvinki, Fahma Wijaya, Maria Benita, Adinda Salsabila, Deva Amelia, Ratna Wulan, Canadian Mahendra, Billy, Mufarikhin untuk melakukan riset, pentas berupa video dan melatih warga setempat untuk menari Tari Bagus Lembu, Tari Sapta Tirta, serta Kirab Budaya.
Baca juga: Sanggar Greget ciptakan tarian khas Banyumas dukung ekonomi kreatif
Pelatihan sudah dilakukan mulai 25 Agustus 2021 dan warga yang dipimpin oleh kades, sekdes dan sesepuh datang ke Sanggar Greget Semarang untuk mendapatkan dasar-dasar koreografi dan gending pengiringnya.
"Latihan berikutnya, kami yang datang ke sana, di Balai Desa Cabeankunti, kemudian latihan di sanggar lagi. Setelah itu latihan rutin setiap dua pekan," ujarnya.
Setelah dirasa cukup, Sanggar Greget memberi pelatihan secara daring dengan mengirim video untuk ditirukan.
"Setelah itu kami lakukan ujian untuk memastikan mereka benar-benar sudah menguasai tariannya," katanya.
Sangghita menjelaskan Tari Bagus Lembu merupakann tari kreasi putra gagah, pengembangan dari gaya Surakarta.
Tarian ini menggambarkan ikon sapi atau lembu perah yang menghasilkan susu, sedangkan untuk pengambilan video Tari Sapta Tirta, Sanggar Greget sengaja memilih tempat yang mengandung kearifan lokal untuk mengangkat potensi di daerah yaitu di Sendang Pitu Cabeankunti.
Tari Gelar Budaya, lanjutnya, merupakan parade atau arak-arakan dari Nangka Prada menuju Sendang Pitu.
Tarian tersebut juga menggambarkan materi seperti relief yang ada di Sendang Palerepan.
"Relief beberapa hewan yang di tampilkan berupa tarian seperti gagak, bangau, merak, kakatua, katak, 'yuyu' dan sosok Gana yang diyakini sebagai mahkluk khayangan," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Desa Cabeankunti Sulistiyanto menyebutkan, warga yang mendapatkan pelatihan tari dan karawitan ini merupakan pemain jaranan, namun belum bisa menari tari tradisi Jawa.
"Saat ini kami sedang proses pembuatan sanggar, kemudian rencananya pada Februari tahun depan kami akan menggelar 'workshop' untuk ketiga tari tersebut. Kemudian pada Mei 2022 akan digelar kirab budaya yang akan diselenggarakan di Cabeankunti," ujarnya.
Baca juga: Sanggar Greget tampilkan lima tarian hormati jasa pahlawan
Tiga tarian yakni Tari Bagus Lembu, Tari Sapta Tirta, dan Tari Gelar Budaya yang merupakan karya Sanggar Greget bakal menjadi atraksi budaya Kabupaten Boyolali.
Yoyok Bambang Priyambodo selaku Pengasuh Sanggar Greget di Semarang, Selasa (16/11), mengatakan bahwa ketiga tarian tersebut akan ditampilkan sebagai atraksi budaya untuk menjadi daya tarik sektor pariwisata setempat.
"Sebelumnya, kami diminta kepala desa untuk membuatkan tarian khas di daerah tersebut. Di Cempogo itu kan ada desa wisata, nanti Tari Bagus Lembu ini bisa jadi atraksi budaya," katanya.
Sebelum mencipatkan tarian tersebut, Yoyok bersama tim melakukan riset dan pengamatan budaya di Desa Cabeankunti yang di sana terdapat tujuh sendang dengan letak berdampingan, serta meyimpan cerita sejarah.
Masing-masing sendang punya nama yakni Sendang Jangka, Sidotapa, Pelerepan, Kaprawiran, Panguripan, Kaputren, dan Kamboja atau Kesucian.
"Jadi tarian ini ada kaitannya dengan sesuatu yang memang hanya ada di desa tersebut," ujarnya.
Dari ketujuh sendang tersebut, Yoyok menciptakan Tari Sapta Tirta sebab sendang yang berada tidak jauh dari pemukiman warga ini merupakan situs petirtaan Sendang Pitu Candi Cabeankunti.
Ketua Sanggar Greget Sangghita Anjali menambahkan, pihaknya menerjunkan tim yang terdiri dari Sekar arum, Anastasya Rahmadani, Jihan Salsabila, Hasya Alvinki, Fahma Wijaya, Maria Benita, Adinda Salsabila, Deva Amelia, Ratna Wulan, Canadian Mahendra, Billy, Mufarikhin untuk melakukan riset, pentas berupa video dan melatih warga setempat untuk menari Tari Bagus Lembu, Tari Sapta Tirta, serta Kirab Budaya.
Baca juga: Sanggar Greget ciptakan tarian khas Banyumas dukung ekonomi kreatif
Pelatihan sudah dilakukan mulai 25 Agustus 2021 dan warga yang dipimpin oleh kades, sekdes dan sesepuh datang ke Sanggar Greget Semarang untuk mendapatkan dasar-dasar koreografi dan gending pengiringnya.
"Latihan berikutnya, kami yang datang ke sana, di Balai Desa Cabeankunti, kemudian latihan di sanggar lagi. Setelah itu latihan rutin setiap dua pekan," ujarnya.
Setelah dirasa cukup, Sanggar Greget memberi pelatihan secara daring dengan mengirim video untuk ditirukan.
"Setelah itu kami lakukan ujian untuk memastikan mereka benar-benar sudah menguasai tariannya," katanya.
Sangghita menjelaskan Tari Bagus Lembu merupakann tari kreasi putra gagah, pengembangan dari gaya Surakarta.
Tarian ini menggambarkan ikon sapi atau lembu perah yang menghasilkan susu, sedangkan untuk pengambilan video Tari Sapta Tirta, Sanggar Greget sengaja memilih tempat yang mengandung kearifan lokal untuk mengangkat potensi di daerah yaitu di Sendang Pitu Cabeankunti.
Tari Gelar Budaya, lanjutnya, merupakan parade atau arak-arakan dari Nangka Prada menuju Sendang Pitu.
Tarian tersebut juga menggambarkan materi seperti relief yang ada di Sendang Palerepan.
Seperti orang sedang berdoa, orang sedang makan tumpeng dengan lauk Ikan bersama, jajan pasar, "uwuhan", dan hewan.
"Relief beberapa hewan yang di tampilkan berupa tarian seperti gagak, bangau, merak, kakatua, katak, 'yuyu' dan sosok Gana yang diyakini sebagai mahkluk khayangan," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Desa Cabeankunti Sulistiyanto menyebutkan, warga yang mendapatkan pelatihan tari dan karawitan ini merupakan pemain jaranan, namun belum bisa menari tari tradisi Jawa.
"Saat ini kami sedang proses pembuatan sanggar, kemudian rencananya pada Februari tahun depan kami akan menggelar 'workshop' untuk ketiga tari tersebut. Kemudian pada Mei 2022 akan digelar kirab budaya yang akan diselenggarakan di Cabeankunti," ujarnya.
Baca juga: Sanggar Greget tampilkan lima tarian hormati jasa pahlawan