Semarang (ANTARA) -
Kelima tarian bertema kepahlawanan yang diunggah melalui saluran YouTube Sanggar Greget di Semarang, Rabu petang, itu adalah Tari Gendewa Pinenthang, Tari Larasati Kridha, Tari Semut, Tari Simo Loreng, dan Tari Kupu.
Menurut pengasuh Sanggar Greget, Yoyok Bambang Priyambodo, hal tersebut merupakan cara pihaknya dalam menghormati para pahlawan yang membantu memerdekakan bangsa Indonesia.
Ketua Sanggar Greget Sanggita Anjali menjelaskan Tari Gendewa Penenthang merupakan susunan tari kreasi tradisi pesisiran yang berdasar dari pengembangan ragam gerak tradisi Jateng.
"Dalam penyajiannya tarian ini dapat ditarikan tunggal ataupun kelompok dengan menggunakan rias dan busana serta iringan tembang gamelan Jawa," katanya.
Tari Larasati Kridha lahir dari inspirasi ketangguhan Dewi Larasati dalam olah keprajuritan dan olah kanuragan sebagai sosok prajurit wanita.
"Banyak kaum Hawa yang jadi pahlawan, mereka ikut berjuang, tapi tidak selalu terjun di medan perang. RA Kartini misalnya," ujarnya.
Tarian ini, lanjut dia, berkisah tentang emansipasi dan partisipasi kaum perempuan untuk menjaga keamanan dan ketertiban bangsa dan negara serta sebagai bentuk karya nyata.
Sosok perempuan seperti Dewi Larasati mempunyai dedikasi dalam membangun negeri bersama rakyat.
Kemudian, Tari Kupu merupakan karya tari pengembangan tradisi Jawa Tengah yang menggambarkan kupu-kupu sebagai fauna yang hidup di ruang bebas dengan berbagai bentuk rupa dan warnanya yang sangat cantik menarik.
Sanggita menambahkan, Tari Simo Loreng merupakan tari kreasi pesisiran pengembangan dari tradisi bentuk putra gagah yang menggambarkan tentang sosok hewan harimau dengan kulit loreng dalam bahasa jawa bernama simo loreng.
"Kalau Tari Semut menggambarkan tentang gerak-gerik binatang semut dan dalam penyajiannya menggunakan rias busana serta iringan tembang gamelan Jawa," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jateng, Sinung Nugroho Rachmadi, mengatakan bahwa pahlawan tidak lepas dari budaya karena zaman dulu setiap daerah punya pahlawan yang memperjuangkan demi keutuhan NKRI.
"Budaya juga tidak lepas dari tari. Tarian dari Sanggar Greget ini merupakan wujud apresiasi di Hari Pahlawan," katanya.
Sanggar Greget menampilkan lima tarian secara daring melalui saluran YouTube untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa para pahlawan.
Kelima tarian bertema kepahlawanan yang diunggah melalui saluran YouTube Sanggar Greget di Semarang, Rabu petang, itu adalah Tari Gendewa Pinenthang, Tari Larasati Kridha, Tari Semut, Tari Simo Loreng, dan Tari Kupu.
Menurut pengasuh Sanggar Greget, Yoyok Bambang Priyambodo, hal tersebut merupakan cara pihaknya dalam menghormati para pahlawan yang membantu memerdekakan bangsa Indonesia.
Ketua Sanggar Greget Sanggita Anjali menjelaskan Tari Gendewa Penenthang merupakan susunan tari kreasi tradisi pesisiran yang berdasar dari pengembangan ragam gerak tradisi Jateng.
"Dalam penyajiannya tarian ini dapat ditarikan tunggal ataupun kelompok dengan menggunakan rias dan busana serta iringan tembang gamelan Jawa," katanya.
Tari Larasati Kridha lahir dari inspirasi ketangguhan Dewi Larasati dalam olah keprajuritan dan olah kanuragan sebagai sosok prajurit wanita.
"Banyak kaum Hawa yang jadi pahlawan, mereka ikut berjuang, tapi tidak selalu terjun di medan perang. RA Kartini misalnya," ujarnya.
Tarian ini, lanjut dia, berkisah tentang emansipasi dan partisipasi kaum perempuan untuk menjaga keamanan dan ketertiban bangsa dan negara serta sebagai bentuk karya nyata.
Sosok perempuan seperti Dewi Larasati mempunyai dedikasi dalam membangun negeri bersama rakyat.
Kemudian, Tari Kupu merupakan karya tari pengembangan tradisi Jawa Tengah yang menggambarkan kupu-kupu sebagai fauna yang hidup di ruang bebas dengan berbagai bentuk rupa dan warnanya yang sangat cantik menarik.
Sanggita menambahkan, Tari Simo Loreng merupakan tari kreasi pesisiran pengembangan dari tradisi bentuk putra gagah yang menggambarkan tentang sosok hewan harimau dengan kulit loreng dalam bahasa jawa bernama simo loreng.
"Kalau Tari Semut menggambarkan tentang gerak-gerik binatang semut dan dalam penyajiannya menggunakan rias busana serta iringan tembang gamelan Jawa," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jateng, Sinung Nugroho Rachmadi, mengatakan bahwa pahlawan tidak lepas dari budaya karena zaman dulu setiap daerah punya pahlawan yang memperjuangkan demi keutuhan NKRI.
"Budaya juga tidak lepas dari tari. Tarian dari Sanggar Greget ini merupakan wujud apresiasi di Hari Pahlawan," katanya.