Purwokerto (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengajak petani segera melakukan percepatan tanam padi pada musim tanam pertama tahun 2021/2022 seiring dengan ketersediaan air yang sudah mencukupi.

"Ketersediaan air dapat dikatakan sudah cukup karena datangnya musim hujan agak maju dan saluran irigasi sudah mengalir. Oleh karena itu, kami melalui teman-teman PPL (penyuluh pertanian lapangan) sudah sosialisasi terkait persiapan musim tanam, dan tampaknya sebagian petani juga mulai olah tanah," kata Kepala Dinpertan KP Kabupaten Banyumas Jaka Budi Santoso di Purwokerto, Banyumas, Jateng, Selasa.

Terkait dengan hal itu, dia memperkirakan luas tanam padi di Banyumas pada Oktober 2021 sekitar 4.000 hektare dan November mencapai 14.000 hektare.

Baca juga: Petani di Kudus didorong beli pupuk nonsubsidi

Menurut dia, area persawahan yang akan memasuki musim tanam pada Oktober terutama di daerah yang menggunakan irigasi teknis seperti wilayah Wangon dan Jatilawang.

"Tutup tanam (akhir masa tanam) mungkin sekitar November-Desember, ada sekitar 6.000 hektare. Sementara untuk wilayah di sekitar lereng Gunung Slamet seperti Karanglewas, Kedungbanteng, dan Baturraden, hampir tiap bulan sekali ada yang tanam karena ketersediaan airnya selalu mencukupi," katanya.

Menurut dia, Banyumas pada musim tanam pertama 2021/2022 mendapat alokasi bantuan benih padi dari APBN untuk sawah seluas 4.413 hektare dalam rangka pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi COVID-19.

Ia mengatakan untuk persiapan tanam, alat dan mesin pertanian (alsintan) baik yang mandiri/swadaya maupun alsintan bantuan dari pemerintah yang berada di kelompok tani dan usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) sudah siap untuk membantu mengolah lahan.

Sementara itu, Kepala Seksi Tanaman Pangan Danang Widyarto mengatakan pihaknya juga telah melakukan sinkronisasi dengan petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT) di Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (PHP) Jatilawang, Banyumas.

"Kami sudah lakukan sinkronisasi untuk antisipasi OPT-OPT (organisme pengganggu tumbuhan) yang mungkin bisa muncul pada musim tanam pertama ini. Biasanya yang perlu diwaspadai saat musim hujan seperti sekarang ini adalah wereng batang cokelat," katanya.

Kendati petugas POPT akan bergerak cepat ketika ada serangan OPT, dia mengatakan petani di daerah-daerah yang terindikasi ada serangan wereng dianjurkan untuk menanam padi varietas yang tahan wereng.

Ia mengatakan jika musim tanam pertama dan kedua bisa sesuai dengan jadwal, penanaman palawija pada musim tanam ketiga dapat dilakukan lebih cepat.

"Pengalaman musim tanam kemarin, itu agak mundur, sehingga berdampak terhadap perkembangan tanaman karena kebanyakan air. Mudah-mudahan tahun ini sesuai jadwal, airnya cukup, dan nanti panennya pun tidak kebanyakan air," katanya.

Terkait dengan area persawahan di daerah rawan banjir seperti Kemranjen, Sumpiuh, dan Tambak, Danang mengatakan pihaknya telah menyosialisasikan serta membuat lahan demonstration plot untuk penanaman padi varietas tahan genangan air seperti Inpari 30.

Menurut dia, padi varietas Inpari 30 masih bisa bertahan hidup meskipun terendam banjir selama 10 hari.

"Kami anjurkan petani dianjurkan untuk ikut program asuransi usaha tani padi (AUTP), terutama untuk petani di daerah yang rawan terdampak bencana terutama banjir dan rawan serangan OPT," katanya.

Baca juga: Dinas Pertanian Cilacap dorong petani lakukan percepatan tanam
Baca juga: Petani Temanggung ikuti pelatihan pengolahan dan pemasaran cabai

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024