Purwokerto (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan-KP) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menargetkan luas tanam kedelai mencapai 2.000 hektare pada musim kemarau 2024.
"Kedelai ini memang ditanam saat musim sadon (gadu/kemarau, red.), setelah tanam kedua," kata Kepala Dinpertan-KP Kabupaten Banyumas Jaka Budi Santosa di Purwokerto, Banyumas, Sabtu.
Kendati demikian, dia mengakui sebagian petani yang biasa menanam kedelai di daerah-daerah tertentu, terkadang masih melihat kondisi cuaca untuk memastikan apakah masih ada potensi hujan atau sudah tidak ada hujan.
Jika sudah tidak ada hujan, kata dia, petani berusaha memastikan apakan ada saluran irigasi yang bisa menjamin ketersediaan air hingga tanaman kedelai tersebut dapat dipanen.
"Oleh karena itu, luas tanam kedelai di Banyumas yang selama ini 2.000 hektare, harapan saya pada musim sadon ini bisa mencapai 2.000 hektare lagi dengan produktivitas berkisar 1,5 ton hingga 1,7 ton per hektare," katanya.
Terkait dengan disparitas harga kedelai lokal dengan kedelai impor yang cukup tinggi, dia mengatakan hal itu disebabkan penanaman kedelai lokal hanya dilakukan di daerah-daerah tertentu dan petani sering kali ragu untuk menanam komoditas tersebut ketika terjadi anomali cuaca.
Selain itu, kata dia, produktivitas kedelai di Banyumas maupun daerah-daerah lain di Indonesia lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara di Amerika Latin seperti Brasil dan Argentina.
"Dengan demikian petani kita yang menanam kedelai sedikit dan luas tanam menjadi sedikit. Di samping itu, kultur budaya petani kita belum biasa menanam kedelai terus-menerus tiap tahun, sehingga produksi kedelai di Banyumas ini tidak bisa memenuhi kebutuhan kedelai masyarakat Banyumas," katanya.
Ia mengaku bersyukur karena harga kedelai lokal lebih tinggi dari kedelai impor yang selama ini digunakan perajin tempe dan tahu.
Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa konsumen atau masyarakat Indonesia sudah bisa menghargai kualitas kedelai lokal, sehingga harganya di atas kedelai impor.
"Kedelai kita itu 'kan lebih enak, yang GMO (Genetically Modified Organism) ya," kata Jaka.
Berita Terkait
Menkes pastikan kondisi BPJS Kesehatan aman tahun 2025
Minggu, 8 Desember 2024 21:32 Wib
Unsoed-UHB bantu petani Desa Winduaji melalui budi daya jamur untuk atasi stunting dan kemiskinan
Minggu, 1 Desember 2024 14:58 Wib
Pelaku bawa Toyota Alphard angkut ratusan ribu rokok ilegal, diserahkan ke kejaksaan
Rabu, 20 November 2024 8:06 Wib
50 kades dan BUMDes Blora dilatih budidaya cacing dan pupuk kompos
Jumat, 15 November 2024 14:20 Wib
Tim dosen Unsoed dampingi petani stroberi bikin pupuk-pestisida ramah lingkungan
Sabtu, 12 Oktober 2024 15:38 Wib
Kejaksaan dampingi proyek revitalisasi kawasan Pecinan Semarang Rp76 M
Kamis, 3 Oktober 2024 7:00 Wib
Waspadai penipuan mengaku Kajari Semarang
Rabu, 18 September 2024 8:30 Wib
Mafindo Semarang Raya gelar Kelas Tular Nalar Akademi Digital Lansia
Sabtu, 31 Agustus 2024 19:11 Wib