Banyumas (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas optimistis penanaman padi varietas unggul seperti yang diperkenalkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Jawa Tengah melalui kegiatan demonstrasi farm (demfarm) di Desa Karangduren akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

"Kita bisa melihat dari hasil panen padi yang ditanam di sini bahwasanya produktivitas hasil demfarm ini cukup bagus, hasilnya bisa meningkat dari produksi rata-rata yang selama ini mungkin sekitar 6 ton gabah kering panen (GKP) per hektare, menjadi 6,5-7 ton GKP/ha," kata Kepala Seksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Danang Widyarto di Desa Karangduren, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Selasa.

Danang mengatakan hal itu saat evaluasi dan panen perdana padi pada lahan demfarm milik Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Maju, Desa Karangduren, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, yang terselenggara atas kerja sama BPTP Jateng dan anggota Komisi IV DPR RI Sunarna.

Ia mengharapkan kegiatan tersebut dapat menjadi acuan bagi petani di Desa Karangduren maupun wilayah lainnya di Kabupaten Banyumas.

"Jadi, teknologi-teknologi yang diterapkan dalam demfarm ini mudah-mudahan dapat diadopsi oleh petani-petani yang ada di desa ini. Kami sampaikan terima kasih kepada BPTP Jateng dan tim dari Bapak H Sunarna selaku anggota Komisi IV DPR RI yang telah memfasilitasi kegiatan ini," katanya.

Lebih lanjut, Danang mengatakan berdasarkan testimoni salah seorang anggota Gapoktan Tani Maju, selama ini dari lahan sawah seluas 3.500 meter persegi hanya mendapatkan hasil 18 kuintal GKP, namun melalui demfarm tersebut bisa memperoleh 22 kuintal GKP.

Dengan demikian, kata dia, terdapat peningkatan produksi padi sekitar 15-20 persen per luasan lahannya.

"Di sini juga telah dikembangkan padi-padi varietas khusus, salah satunya padi Nutri Zinc yang memiliki keunggulan berupa kandungan zinc yang tinggi, sehingga diharapkan dapat digunakan untuk penanggulangan stunting (tengkes, red.)," katanya.

Selain itu, kata dia, dikembangkan juga beberapa varietas padi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti padi merah.

Ia mengakui harga gabah untuk varietas padi yang selama ini ditanam petani sedang anjlok hingga kisaran Rp3.000-Rp3.500 per kilogram.

"Namun dengan menanam padi merah atau padi khusus, diharapkan nilai tambahnya menjadi tinggi karena harga gabah beras merah saat ini berkisar Rp4.000-Rp4.500 per kilogram. Jadi ada nilai tambah," katanya.

Ia mengharapkan dengan adanya kegiatan tersebut, petani akan terbantu dan kesejahteraannya meningkat.

Sementara itu, perwakilan tenaga ahli dari anggota Komisi IV DPR RI Sunarna, Ahmad Nurkhayadin mengaku bersyukur karena demfarm di Desa Karangduren dapat berjalan sukses.

"Saya mengikuti perkembangannya dan alhamdulillah demfarm ini dengan teknologi-teknologi yang diterapkan, kemudian penggunaan agrimeth, penggunaan pupuk organik, dan sebagainya, harapannya peningkatan produktivitas padi ini betul-betul dirasakan nyata di masyarakat. Inpari 32 pada musim tanam kedua yang biasanya rata-rata 7 ton GKP/ha, di sini bisa mencapai 8 ton/ha, semoga dengan peningkatan produktivitas ini, kesejateraan petani akan bertambah," katanya.

Pada lahan demfarm seluas 10 hektare milik Gapoktan Tani Maju tersebut, BPTP Jateng mengembangkan 11 varietas unggulan hasil pemuliaan tanaman padi yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian.

Ke-11 varietas padi unggulan tersebut terdiri atas varietas padi khusus yang meliputi Nutri Zinc, Baroma, Pamelen, Jeliteng, dan Tarabas, serta varietas padi spesifik khusus meliputi Inpari 32, Inpari 42, Inpari 43, Siliwangi, Cisaat, dan Digdaya.

 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024