Solo (ANTARA) - Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Surakarta mulai mengkampanyekan sektor wisata berbasis kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan (CHSE) di masa pandemi pandemi COVID-19.
"Seperti arahan pak wali (Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka), kita harus membangun narasi positif, menggaungkan Solo sebagai 'the Spirit of Java', meningkatkan 'length of stay' (lama menginap). Poin ini kami terjemahkan dalam rencana aksi dari kegiatan BPPD, untuk membangun narasi positif kami harus mengkomunikasikan segala hal yang jadi poin lebih dari kota ini untuk dikunjungi," kata Ketua BPPD Kota Surakarta Retno Wulandari di sela kegiatan "GM Familirization Trip" di Solo, Selasa.
Pada kegiatan tersebut, ia bersama dengan sejumlah General Manajer dari hotel-hotel yang ada di Solo melakukan kunjungan ke beberapa destinasi wisata yang ada di Kota Solo. Selain untuk lebih memahami kondisi destinasi wisata yang mereka promosikan, kunjungan tersebut juga untuk memastikan kesiapan penerapan CHSE di setiap destinasi wisata.
"Kami harus bisa mengkomunikasikan narasi yang bersifat membangun semuanya dan tetap peduli pada situasi yang terjadi, kami juga kampanyekan apa itu CHSE," katanya.
Ia mengatakan CHSE itu sendiri bisa diperoleh setelah destinasi wisata melalui beberapa tahapan.
"Ada pesan bahwa hotel dan pelaku wisata di Solo sudah divaksin semua, ini harus dikomunikasikan kepada publik bagaimana berwisata di Solo dengan aman. Dalam hal ini kami melakukan konsolidasi, hari ini kami 'fam trip' (melakukan perjalanan wisata) dengan mengunjungi destinasi yang ada," katanya.
Ia mengatakan pada kesempatan tersebut beberapa destinasi wisata yang dikunjungi yakni Istana Mangkunegaran, Museum Tumurun, dan Istana Batik Keris. Menurut dia, pemilihan destinasi wisata tersebut tidak lepas karena julukan Solo yang merupakan kota budaya.
"Pemilihan ini karena Solo punya kekuatan budaya sehingga perlu 'product knowledge' yang bagus. Kami bersama-sama punya semangat untuk mengkampanyekan destinasi wisata di Solo," katanya.
Ia berharap meski wisatawan tidak datang saat ini setidaknya dengan adanya promosi maka mereka sudah mengetahui berbagai potensi pariwisata yang ada di Kota Solo.
"Pada dasarnya ini aksi serentak untuk membangkitkan sektor wisata yang saat ini tidak terlalu bagus, namun tidak dengan mengabaikan situasi yang ada. Mungkin mereka tidak datang sekarang tetapi ketika situasi membaik maka mereka akan datang ke Solo," katanya.
"Seperti arahan pak wali (Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka), kita harus membangun narasi positif, menggaungkan Solo sebagai 'the Spirit of Java', meningkatkan 'length of stay' (lama menginap). Poin ini kami terjemahkan dalam rencana aksi dari kegiatan BPPD, untuk membangun narasi positif kami harus mengkomunikasikan segala hal yang jadi poin lebih dari kota ini untuk dikunjungi," kata Ketua BPPD Kota Surakarta Retno Wulandari di sela kegiatan "GM Familirization Trip" di Solo, Selasa.
Pada kegiatan tersebut, ia bersama dengan sejumlah General Manajer dari hotel-hotel yang ada di Solo melakukan kunjungan ke beberapa destinasi wisata yang ada di Kota Solo. Selain untuk lebih memahami kondisi destinasi wisata yang mereka promosikan, kunjungan tersebut juga untuk memastikan kesiapan penerapan CHSE di setiap destinasi wisata.
"Kami harus bisa mengkomunikasikan narasi yang bersifat membangun semuanya dan tetap peduli pada situasi yang terjadi, kami juga kampanyekan apa itu CHSE," katanya.
Ia mengatakan CHSE itu sendiri bisa diperoleh setelah destinasi wisata melalui beberapa tahapan.
"Ada pesan bahwa hotel dan pelaku wisata di Solo sudah divaksin semua, ini harus dikomunikasikan kepada publik bagaimana berwisata di Solo dengan aman. Dalam hal ini kami melakukan konsolidasi, hari ini kami 'fam trip' (melakukan perjalanan wisata) dengan mengunjungi destinasi yang ada," katanya.
Ia mengatakan pada kesempatan tersebut beberapa destinasi wisata yang dikunjungi yakni Istana Mangkunegaran, Museum Tumurun, dan Istana Batik Keris. Menurut dia, pemilihan destinasi wisata tersebut tidak lepas karena julukan Solo yang merupakan kota budaya.
"Pemilihan ini karena Solo punya kekuatan budaya sehingga perlu 'product knowledge' yang bagus. Kami bersama-sama punya semangat untuk mengkampanyekan destinasi wisata di Solo," katanya.
Ia berharap meski wisatawan tidak datang saat ini setidaknya dengan adanya promosi maka mereka sudah mengetahui berbagai potensi pariwisata yang ada di Kota Solo.
"Pada dasarnya ini aksi serentak untuk membangkitkan sektor wisata yang saat ini tidak terlalu bagus, namun tidak dengan mengabaikan situasi yang ada. Mungkin mereka tidak datang sekarang tetapi ketika situasi membaik maka mereka akan datang ke Solo," katanya.