Kudus (ANTARA) -
Pengrajin batik tulis khas Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai menggeliat kebanjiran pesanan selama bulan Ramadhan, setelah sempat mengalami penurunan omset secara drastis selama pandemi COVID-19 akibat merosotnya daya beli masyarakat.
 
"Pada masa pandemi, saya hanya memproduksi masker untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat. Sedangkan mendapatkan pesanan masih sulit," kata Pemilik Sanggar Muria Batik Kudus Yuli Astuti di Kudus, Selasa.
 
Untuk bisa menarik minat pembeli, maka berinovasi membuat pakaian batik tulis lengkap dengan masker dengan motif yang sama.
 
Sementara bulan puasa ini, dia mengaku, memperoleh pesanan batik tulis hingga 500-an helai.
 
Mulai tahun ini usahanya kian membaik karena pesanan mulai pulih meskipun baru 75 persen dibandingkan dengan kondisi sebelum masa pandemi.
 
Saat ini harga sejumlah bahan baku, mulai dari kain hingga bahan pewarnaan naik bervariasi.
 
Untuk kain katun kualitas utama kenaikan harganya bisa mencapai 10 persen, namun harga jual batik tulisannya tidak ikut naik.
 
"Saat ini belum tepat menaikkan harga jualnya karena daya beli masyarakat juga belum stabil. Biarlah keuntungan berkurang, yang penting orderan mulai berdatangan," ujarnya.
 
Saat Ramadhan ini, dia mencoba membuat paket batik tulis khusus berupa paket sajadah, sarung dan lerak serta paket sajadah, mukena dan letak dengan harga antara Rp150 hingga Rp500 ribu.
 
Inovasi tersebut, bertujuan untuk mendongkrak penjualan batik tulis di bulan Ramadhan ini.

 

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024