Purwokerto (ANTARA) - Kasus konfirmasi COVID-19 di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, cenderung menurun pada April 2021 meskipun angka kematiannya masih di atas nasional, kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyumas Sadiyanto.

"Alhamdulillah kemarin 12 April, kematiannnya nol dan selama April ini, ada 11 orang yang meninggal dunia, mudah-mudahan tidak ada tambahan lagi," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.

Sadiyanto mengatakan hal itu saat rapat koordinasi antarorganisasi perangkat daerah dalam rangka penanganan COVID-19 yang dipimpin Bupati Banyumas Achmad Husein di Pendopo Sipanji, Purwokerto.

Sementara kasus positif aktif hingga 12 April, kata dia, tercatat 213 kasus terdiri atas 136 orang melakukan isolasi mandiri, 70 orang di rumah sakit, dan tujuh orang di Rumah Karantina Baturraden.

"Ini positif aktif terendah dalam bulan-bulan terakhir. Kemarin terendah 227 kasus, sempat naik 240, dan ini turun kembali menjadi 213 kasus. Sedangkan kasus positif (baru) pada tanggal 12 kemarin, hanya lima," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan angka mortalitas sebesar 4,82 persen sehingga masih di atas nasional.

Sementara angka kesembuhan di Banyumas sebesar 92,95 persen, angka "positivity rate" sebesar 0,94 persen.

Baca juga: Dinkes pastikan vaksin COVID-19 di Banyumas belum dekati kedaluwarsa

Dalam kesempatan tersebut, Sadiyanto melaporkan perkembangan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 bagi warga lanjut usia (lansia) yang dilaksanakan di Sentra Vaksinasi Bersama BUMN, kompleks Gelanggang Olahraga (GOR) Satria, Purwokerto.

"Berdasarkan data hingga tanggal 12 April 2021, tercatat sebanyak 6.506 lansia warga Banyumas yang telah mendapatkan vaksin di GOR," katanya.

Dari jumlah tersebut, kata dia, sebanyak 6.000 lansia mendapatkan vaksin Sinovac dosis pertama dari stok yang ada di Dinkes Banyumas, sehingga pihaknya telah menyiapkan stok untuk penyuntikan dosis kedua.

"Kemudian ada informasi terbaru bahwa (Sentra Vaksinasi Bersama) BUMN sudah menerima vaksin sebanyak 5.000 dosis. Ini harus dipikirkan, apakah 5.000 dosis ini harus dimanfaatkan untuk dosis kesatu semuanya atau justru harus kita bagi dua," katanya.

Menurut dia, hal itu disebabkan adanya informasi bahwa merek vaksin dalam penyaluran berikutnya berbeda dengan sebelumnya. "Kami mendapat info kalau dalam penyaluran berikutnya mereknya berbeda, ada AstraZeneca," katanya menegaskan.

Ia mengaku khawatir jika 5.000 dosis yang telah diterima itu digunakan seluruhnya untuk penyuntikan pertama, saat penyuntikan kedua justru tidak mendapatkan persiapan vaksin.

Baca juga: Pemkab Banyumas fokuskan kembali APBD 2021 untuk penanganan COVID-19

"Jadi, tolong dipertimbangkan itu, teman-teman dari BUMN jangan kemudian menyasar banyak tapi pada periode dosis kedua tidak punya persiapan vaksin, akhirnya menjadi beban kami di pemerintah daerah," katanya.

Akan tetapi sebelum Sadiyanto menyelesaikan paparannya, Bupati Achmad Husein langsung memotong dan mempertanyakan pengaruh yang akan dialami seseorang yang telah mendapatkan vaksin Sinovac dosis pertama namun selanjutnya tidak mendapatkan dosis keduanya.

Setelah mendapatkan penjelasan dari Sadiyanto dan stafnya, Bupati meminta perwakilan Sentra Vaksinasi Bersama BUMN untuk memastikan pasokan atau ketersediaan vaksin Sinovac.

Ia mengaku khawatir jika saat penyuntikan dosis kedua, vaksin Sinovac-nya tidak ada. Oleh karena itu, dia menyarankan dari 5.000 dosis vaksin Sinovac yang telah diterima itu dibagi dua, yakni 2.500 dosis untuk penyuntikan pertama dan selebihnya untuk penyuntikan kedua.

"Coba itu dipastikan ya, supaya nanti tidak gelagapan kita," kata Bupati.

Dalam rakor tersebut juga terungkap rencana Pemerintah Kabupaten Banyumas melalui Dinkes setempat untuk membuka layanan vaksinasi COVID-19 pada malam hari selama bulan Ramadhan. 

Baca juga: Ponpes At Taujieh Al Islamy Banyumas gunakan GeNose untuk deteksi COVID-19
Baca juga: Bupati Banyumas klaim uji coba PTM tidak ada kendala

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024