Boyolali (ANTARA) - Dinas Produksi Pertanian Kabupaten Boyolali menyebutkan produksi gabah di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, hingga Maret 2021 mencapai 112.619 ton gabah kering panen (GKP).
Jumlah produksi gabah itu merupakan hasil panen dari Januari hingga Maret 2021, kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dispertan Kabupaten Boyolali Supardi di Boyolali, Sabtu.
Supardi menjelaskan produksi gabah di Boyolali pada Januari mencapai 12.310 ton GKP dengan luas panen 2.207 hektare dan Februari mencapai 59.378 ton GKP dengan luas panen 10.638 hektare.
Baca juga: Gubernur Jateng temukan penyerapan gabah petani rendah
Lalu, produksi gabah pada Maret mencapai 40.931 ton GKP dengan luas panen mencapai 7.013 hektare, sehingga total produksi gabah mencapai 112.619 ton GKP.
Produksi gabah akan terus bertambah karena petani masih banyak yang akan panen hingga akhir bulan ini.
"Produktivitas tanaman padi di Boyolali rata-rata 5,6 ton per ha hingga 5,9 ton per ha," katanya.
Dia menyampaikan Boyolali pada 2021 merupakan salah satu daerah lumbung pangan di Jateng dengan rencana produksi dari lahan tanaman padi seluas 50.000 hektare.
Dengan produktivitas 5,6-5,9 ton per ha, maka diperkirakan produksi tahun ini mencapai lebih dari 279.304 ton GKP.
Jika kebutuhan pangan di Boyolali rata-rata mencapai 77.105 ton per tahun, maka produksi pangan di Boyolali diperkirakan suplus. Kalau 2020, Boyolali surplus pangan mencapai sekitar 40.000 ton setara beras.
Terpisah, Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Boyolali Tulus Budiono mengatakan para petani di Boyolali kini masih masa panen, sehingga stok pangan atau gabah cukup melimpah.
"Harga gabah kering panen di tingkat petani di Boyolali kini sekitar Rp3.800 per kg GKP hingga Rp4.200 per kg GKP. Jika harga sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) berarti harga tidak jatuh," katanya.
Tulus juga mengatakan persediaan gabah musim panen sekarang cukup melimpah, sehingga tidak perlu ada impor beras. Tinggal pemerintah membuka keran lebar untuk menyerap gabah atau beras hasil panen petani melalui Bulog.
Dia menjelaskan jika ada impor beras akan meresahkan petani.
"Kami berharap penyerapan gabah hasil panen petani dilakukan dengan memberdayakan maksimal kepada Bulog dengan membuka keran lebar-lebar untuk pengadaan pangan," katanya.
Baca juga: Sempat anjlok, harga gabah kering giling di Cilacap beranjak naik
Baca juga: Penundaan impor beras akan mendongkrak harga gabah
Jumlah produksi gabah itu merupakan hasil panen dari Januari hingga Maret 2021, kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dispertan Kabupaten Boyolali Supardi di Boyolali, Sabtu.
Supardi menjelaskan produksi gabah di Boyolali pada Januari mencapai 12.310 ton GKP dengan luas panen 2.207 hektare dan Februari mencapai 59.378 ton GKP dengan luas panen 10.638 hektare.
Baca juga: Gubernur Jateng temukan penyerapan gabah petani rendah
Lalu, produksi gabah pada Maret mencapai 40.931 ton GKP dengan luas panen mencapai 7.013 hektare, sehingga total produksi gabah mencapai 112.619 ton GKP.
Produksi gabah akan terus bertambah karena petani masih banyak yang akan panen hingga akhir bulan ini.
"Produktivitas tanaman padi di Boyolali rata-rata 5,6 ton per ha hingga 5,9 ton per ha," katanya.
Dia menyampaikan Boyolali pada 2021 merupakan salah satu daerah lumbung pangan di Jateng dengan rencana produksi dari lahan tanaman padi seluas 50.000 hektare.
Dengan produktivitas 5,6-5,9 ton per ha, maka diperkirakan produksi tahun ini mencapai lebih dari 279.304 ton GKP.
Jika kebutuhan pangan di Boyolali rata-rata mencapai 77.105 ton per tahun, maka produksi pangan di Boyolali diperkirakan suplus. Kalau 2020, Boyolali surplus pangan mencapai sekitar 40.000 ton setara beras.
Terpisah, Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Boyolali Tulus Budiono mengatakan para petani di Boyolali kini masih masa panen, sehingga stok pangan atau gabah cukup melimpah.
"Harga gabah kering panen di tingkat petani di Boyolali kini sekitar Rp3.800 per kg GKP hingga Rp4.200 per kg GKP. Jika harga sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) berarti harga tidak jatuh," katanya.
Tulus juga mengatakan persediaan gabah musim panen sekarang cukup melimpah, sehingga tidak perlu ada impor beras. Tinggal pemerintah membuka keran lebar untuk menyerap gabah atau beras hasil panen petani melalui Bulog.
Dia menjelaskan jika ada impor beras akan meresahkan petani.
"Kami berharap penyerapan gabah hasil panen petani dilakukan dengan memberdayakan maksimal kepada Bulog dengan membuka keran lebar-lebar untuk pengadaan pangan," katanya.
Baca juga: Sempat anjlok, harga gabah kering giling di Cilacap beranjak naik
Baca juga: Penundaan impor beras akan mendongkrak harga gabah