Bulog Banyumas mulai serap gabah dan beras hasil panen petani
Purwokerto (ANTARA) - Perum Bulog Cabang Banyumas mulai menyerap gabah dan beras hasil panen petani di wilayah eks Keresidenan Banyumas, Jawa Tengah, yang meliputi Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara.
"Penyerapan sudah mulai jalan, per hari Selasa (16/4) kemarin sudah sekitar 110 ton beras yang masuk ke gudang Bulog Banyumas. Semoga penyerapan harian ke depan lebih kencang lagi," kata Pimpinan Cabang Perum Bulog Banyumas Prawoko Setyo Aji di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Selain harga gabah dan beras di tingkat petani mulai turun seiring dengan datangnya masa panen raya, kata dia, penyerapan juga dilakukan dengan berbekal Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 2024 tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah.
Dengan keputusan Kepala Bapanas tersebut, harga pembelian pemerintah (HPP) beras di gudang Perum Bulog dengan derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air 14 persen, butir patah maksimal 20 persen, dan butir menir maksimal 2 persen yang sebelumnya Rp9.950 per kilogram difleksibelkan menjadi Rp11.000/kg.
Sementara itu fleksibilitas HPP gabah dan beras yang diterapkan bagi Perum Bulog, yakni gabah kering panen (GKP) di tingkat petani yang sebelumnya Rp5.000/kg difleksibelkan menjadi Rp6.000/kg, sedangkan gabah kering giling (GKG) di gudang Perum Bulog yang sebelumnya Rp6.300/kg mengalami fleksibilitas menjadi Rp7.400/kg.
Fleksibilitas harga tersebut diharapkan dapat menjadi jaring pengaman bagi produsen gabah dan beras, sehingga harga tidak terlampau turun jauh pada saat panen raya yang sedang akan berlangsung saat sekarang.
Pria yang akrab disapa Woko itu mengakui untuk sementara Bulog Banyumas masih fokus penyerapan beras karena selain harga gabah di tingkat petani masih tinggi, hal itu dilakukan sebagai persiapan untuk penyaluran bantuan pangan pada April, Mei, dan Juni.
"Kalau proses di gabah, strateginya nanti 'kan butuh giling, pengemasan, sehingga prosesnya panjang. Jadi untuk sementara kami mengejar di beras dulu, sambil melihat stok dan harga gabahnya yang bisa menyentuh ke HPP," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, harga GKP di tingkat petani untuk kualitas standar hingga saat sekarang masih mencapai kisaran Rp7.000/kg.
Dia mengaku optimistis harga gabah tersebut bakal turun hingga menyentuh HPP seiring dengan makin banyaknya petani yang memasuki masa panen, sehingga nantinya Bulog Banyumas tidak hanya menyerap beras, juga membeli gabah hasil panen petani.
"Pada tahun 2024 ini, Bulog Banyumas ditargetkan menyerap sekitar 18.000 ton setara beras, baik PSO maupun komersial," kata Woko.
"Penyerapan sudah mulai jalan, per hari Selasa (16/4) kemarin sudah sekitar 110 ton beras yang masuk ke gudang Bulog Banyumas. Semoga penyerapan harian ke depan lebih kencang lagi," kata Pimpinan Cabang Perum Bulog Banyumas Prawoko Setyo Aji di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Selain harga gabah dan beras di tingkat petani mulai turun seiring dengan datangnya masa panen raya, kata dia, penyerapan juga dilakukan dengan berbekal Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 2024 tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah.
Dengan keputusan Kepala Bapanas tersebut, harga pembelian pemerintah (HPP) beras di gudang Perum Bulog dengan derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air 14 persen, butir patah maksimal 20 persen, dan butir menir maksimal 2 persen yang sebelumnya Rp9.950 per kilogram difleksibelkan menjadi Rp11.000/kg.
Sementara itu fleksibilitas HPP gabah dan beras yang diterapkan bagi Perum Bulog, yakni gabah kering panen (GKP) di tingkat petani yang sebelumnya Rp5.000/kg difleksibelkan menjadi Rp6.000/kg, sedangkan gabah kering giling (GKG) di gudang Perum Bulog yang sebelumnya Rp6.300/kg mengalami fleksibilitas menjadi Rp7.400/kg.
Fleksibilitas harga tersebut diharapkan dapat menjadi jaring pengaman bagi produsen gabah dan beras, sehingga harga tidak terlampau turun jauh pada saat panen raya yang sedang akan berlangsung saat sekarang.
Pria yang akrab disapa Woko itu mengakui untuk sementara Bulog Banyumas masih fokus penyerapan beras karena selain harga gabah di tingkat petani masih tinggi, hal itu dilakukan sebagai persiapan untuk penyaluran bantuan pangan pada April, Mei, dan Juni.
"Kalau proses di gabah, strateginya nanti 'kan butuh giling, pengemasan, sehingga prosesnya panjang. Jadi untuk sementara kami mengejar di beras dulu, sambil melihat stok dan harga gabahnya yang bisa menyentuh ke HPP," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, harga GKP di tingkat petani untuk kualitas standar hingga saat sekarang masih mencapai kisaran Rp7.000/kg.
Dia mengaku optimistis harga gabah tersebut bakal turun hingga menyentuh HPP seiring dengan makin banyaknya petani yang memasuki masa panen, sehingga nantinya Bulog Banyumas tidak hanya menyerap beras, juga membeli gabah hasil panen petani.
"Pada tahun 2024 ini, Bulog Banyumas ditargetkan menyerap sekitar 18.000 ton setara beras, baik PSO maupun komersial," kata Woko.