Cilacap (ANTARA) - Harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, beranjak naik setelah sempat anjlok akibat adanya kabar yang berkaitan dengan rencana pemerintah mengimpor beras.

"Saat sekarang harga gabah kering giling berkisar Rp4.000-Rp4.200 per kilogram karena kebetulan di daerah kami tidak ada petani yang jual gabah basah (gabah kering panen/GKP)," kata Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) "Sri Martani" Wasimun di Desa Tambaksari, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, Senin.

Menurut dia, harga GKG tersebut sedikit mengalami kenaikan jika dibanding beberapa waktu sebelumnya yang sempat anjlok hingga kisaran Rp3.700-Rp3.800 per kilogram.

Baca juga: Penundaan impor beras akan mendongkrak harga gabah

Kendati mulai beranjak naik, dia mengatakan harga GKG tersebut masih berada di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) yang sebesar Rp5.250 per kilogram di tingkat penggilingan dan Rp5.300 di tingkat gudang Bulog.

"Mungkin karena kemarin sempat ada kabar bahwa pemerintah akan melakukan impor beras, sehingga harga gabah menjadi anjlok. Namun setelah pemerintah memutuskan untuk menunda rencana impor beras, harga gabah mulai membaik dan diharapkan terus membaik," katanya.

Terkait dengan penundaan impor beras hingga bulan Juni, dia mengharapkan pemerintah tidak melaksanakan rencana tersebut karena tetap akan memberatkan petani.

Menurut dia, hal itu disebabkan sebagian petani khususnya di Kabupaten Cilacap akan kembali memasuki masa panen pada bulan Juli-Agustus.

"Kebetulan sebagian besar petani di Cilacap sudah selesai panen, dan sebagian di antaranya sudah mulai mengolah sawahnya untuk persiapan musim tanam kedua. Kalau di tempat kami, musim tanamnya nanti pada bulan puasa (sekitar bulan April-Me)," katanya.

Selain itu, kata dia, stok gabah dan beras milik Bulog juga masih banyak yang belum beredar. "Kalau enggak dibantu untuk kegiatan penyaluran bantuan sosial, mungkin beras Bulog tidak terserap," katanya.

Ia mengatakan pemerintah sebaiknya tidak melakukan impor beras sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan petani.

Dalam kesempatan terpisah, Pemimpin Cabang Perum Bulog Banyumas Dani Satrio mengatakan hingga saat ini, pihaknya telah membeli gabah hasil panen petani sebanyak 2.000 ton dari total target pengadaan tahun 2021 yang mencapai 33.000 ton setara beras.

"Bahkan kemarin sudah ada kesepakatan dengan dinas, bahwa sampai bulan April mendatang, kami bisa menyerap sebanyak 15.000 ton gabah dari petani di wilayah Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara," katanya.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya telah membentuk empat satuan kerja (satker) untuk mendukung kegiatan penyerapan atau pembelian gabah hasil panen petani.

Menurut dia, pihaknya juga menyebarkan brosur yang dilengkapi dengan nomor kontak Satker Bulog agar bisa dihubungi petani yang hendak menjual gabahnya.

Disinggung mengenai stok gabah di gudang Bulog Banyumas, dia mengatakan hingga saat ini mencapai kisaran 20.000 ton setara beras.

"Kami juga menambah gudang filial (sewa, red.), yakni di Banjarnegara ada satu gudang filial, di Cilacap ada tiga yang lama dan tambah satu yang baru serta dalam usulan ada dua gudang lagi," kataya.

Ia mengaku optimistis target pengadaan gabah sebesar 15.000 ton hingga bulan April itu dapat tercapai karena hingga saat ini, volume gabah yang masuk ke gudang Bulog Banyumas rata-rata berkisar 150-200 ton per hari. 

Baca juga: Dipicu isu impor, harga gabah di Jabar anjlok
Baca juga: Harga gabah turun dinilai bukan karena isu impor beras

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024