Semarang (ANTARA) - Pemerintah diminta memanfaatkan peluang secara optimal menyusul adanya rencana menjadikan Indonesia sebagai pusat pengadaan vaksin COVID-19 di ASEAN oleh China.
"Adanya informasi bahwa Indonesia didukung untuk menjadi pusat pengadaan vaksin COVID-19 di ASEAN merupakan peluang yang tidak boleh disia-siakan. Kepercayaan dunia luar terhadap Indonesia ini harus benar-benar dijaga," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulis yang diterima di Semarang, Senin.
Pemanfaatan setiap peluang yang ada di masa pandemi COVID-19, menurut dia, harus segera diraih dan dimaksimalkan untuk sebesar-besarnya kepentingan bangsa.
Baca juga: Rerie: Cintai produk Indonesia bangkitkan perekonomian nasional
Lestari menyatakan hal itu menanggapi Menteri Luar Negeri China dalam jumpa pers di sela-sela Sidang Parlemen China, yang menyatakan akan serius membantu Indonesia sebagai pusat produksi vaksin COVID-19 di Asia Tenggara, seperti dilansir Kantor Berita Antara, Senin (8/3).
Rerie, sapaan akrab Lestari, menghargai kepercayaan China yang mendukung Indonesia sebagai pusat vaksin COVID-19 untuk kawasan Asia Tenggara.
Kepercayaan tersebut, tegas Rerie, harus menjadi peluang bagi Indonesia dalam memanfaatkan pasar vaksin yang masih sangat terbuka.
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat. Dok. Pribadi
Sebagai gambaran, katanya, dalam satu kesempatan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan penduduk dunia dengan jumlah 7,8 miliar jiwa dan sebanyak 70 persennya harus divaksin atau sebanyak 5,5 miliar orang agar terbentuk kekebalan kelompok atau herd immunity.
Bila setiap orang butuh dua dosis, ujarnya, maka diperlukan 11 miliar dosis vaksin. Padahal, kapasitas produksi vaksin dunia hanya 6,2 miliar dosis, termasuk produksi vaksin TBC, polio, rubela, dan lain-lain.
Di sisi lain, anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berpendapat bahwa tawaran China mendukung Indonesia sebagai pusat vaksin di Asia Tenggara merupakan kepercayaan yang harus dijaga karena Indonesia dinilai sanggup memproduksi vaksin berkualitas.
Namun, tegas Rerie, Indonesia juga perlu mengedepankan kehati-hatian dalam dukungan kerja sama tersebut.
"Jangan sampai Indonesia dibatasi hanya boleh memproduksi dan memasarkan vaksin dari China," katanya.
Apalagi, menurut Rerie, saat ini dunia sangat memerlukan vaksin COVID-19 karena ada ketimpangan akses dalam distribusi vaksin dunia yang masih dikuasai negara-negara maju.
Akibatnya, ujar Rerie, negara-negara yang terlambat memesan vaksin, baru akan mendapatkannya sekitar 3,5 tahun mendatang.
Dalam hal ketersediaan vaksin COVID-19 di Indonesia, Rerie mengapresiasi gerak cepat pemerintah yang telah merencanakan berbagai langkah pengadaan vaksin untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi COVID-19 secara nasional.
Baca juga: Menko Perekonomian: Ekonomi 2021 "rebound" kisaran 5,5 persen
Baca juga: Saat pandemi, Jateng gelar UKM Virtual Expo 2021 genjot perekonomian
"Adanya informasi bahwa Indonesia didukung untuk menjadi pusat pengadaan vaksin COVID-19 di ASEAN merupakan peluang yang tidak boleh disia-siakan. Kepercayaan dunia luar terhadap Indonesia ini harus benar-benar dijaga," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulis yang diterima di Semarang, Senin.
Pemanfaatan setiap peluang yang ada di masa pandemi COVID-19, menurut dia, harus segera diraih dan dimaksimalkan untuk sebesar-besarnya kepentingan bangsa.
Baca juga: Rerie: Cintai produk Indonesia bangkitkan perekonomian nasional
Lestari menyatakan hal itu menanggapi Menteri Luar Negeri China dalam jumpa pers di sela-sela Sidang Parlemen China, yang menyatakan akan serius membantu Indonesia sebagai pusat produksi vaksin COVID-19 di Asia Tenggara, seperti dilansir Kantor Berita Antara, Senin (8/3).
Rerie, sapaan akrab Lestari, menghargai kepercayaan China yang mendukung Indonesia sebagai pusat vaksin COVID-19 untuk kawasan Asia Tenggara.
Kepercayaan tersebut, tegas Rerie, harus menjadi peluang bagi Indonesia dalam memanfaatkan pasar vaksin yang masih sangat terbuka.
Sebagai gambaran, katanya, dalam satu kesempatan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan penduduk dunia dengan jumlah 7,8 miliar jiwa dan sebanyak 70 persennya harus divaksin atau sebanyak 5,5 miliar orang agar terbentuk kekebalan kelompok atau herd immunity.
Bila setiap orang butuh dua dosis, ujarnya, maka diperlukan 11 miliar dosis vaksin. Padahal, kapasitas produksi vaksin dunia hanya 6,2 miliar dosis, termasuk produksi vaksin TBC, polio, rubela, dan lain-lain.
Di sisi lain, anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berpendapat bahwa tawaran China mendukung Indonesia sebagai pusat vaksin di Asia Tenggara merupakan kepercayaan yang harus dijaga karena Indonesia dinilai sanggup memproduksi vaksin berkualitas.
Namun, tegas Rerie, Indonesia juga perlu mengedepankan kehati-hatian dalam dukungan kerja sama tersebut.
"Jangan sampai Indonesia dibatasi hanya boleh memproduksi dan memasarkan vaksin dari China," katanya.
Apalagi, menurut Rerie, saat ini dunia sangat memerlukan vaksin COVID-19 karena ada ketimpangan akses dalam distribusi vaksin dunia yang masih dikuasai negara-negara maju.
Akibatnya, ujar Rerie, negara-negara yang terlambat memesan vaksin, baru akan mendapatkannya sekitar 3,5 tahun mendatang.
Dalam hal ketersediaan vaksin COVID-19 di Indonesia, Rerie mengapresiasi gerak cepat pemerintah yang telah merencanakan berbagai langkah pengadaan vaksin untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi COVID-19 secara nasional.
Baca juga: Menko Perekonomian: Ekonomi 2021 "rebound" kisaran 5,5 persen
Baca juga: Saat pandemi, Jateng gelar UKM Virtual Expo 2021 genjot perekonomian