Batang (ANTARA) - Pendidikan sangat penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Guru berperan penting dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, Bab 1 Pasal 1).
Tindakan bullying sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008 ).
Korban bully tidak mengenal gender maupun usia. Bahkan, bullying sudah sering terjadi di sekolah dan dilakukan oleh para remaja.
Jamie Ostrov, Ph.D., Profesor Psikologi Universitas Buffalo dilansir dari Werrywellfamily.com, menghimbau para orangtua dan para guru untuk selalu waspada dan memperhatikan anak sejak dini karena bullying juga bisa dialami oleh anak-anak usia dini.
Banyak sekali faktor yang membentuk anak menjadi pelaku bullying. Pada usia dini, seperti saat anak-anak memasuki TK, anak-anak memang masih mengembangkan keterampilan emosional, kognitif, dan sosial yang diperlukan untuk menangani konflik dengan teman-temannya saat mereka bersama.
Misalnya, anak-anak akan cenderung bersikap agresif saat mainannya direbut secara paksa oleh temannya dengan cara mendorong, atau perilaku agresif lainnya.
Perilaku seperti ini pun masih dianggap wajar dan biasa bagi anak-anak usia dini. Namun, jika perilaku tersebut berkembang menjadi perilaku intimidasi yang ditandai dengan niat ingin menyakiti, niat untuk berkuasa bahkan untuk melakukan kekerasan pada anak lain, maka perilaku tersebut sudah dianggap tidak wajar dan perlu penanganan khusus.
Anak-anak usia dini biasanya meniru perilaku yang dilihat dari orang tuanya, dari orang dewasa di sekitarnya bahkan dari acara TV yang mungkin saja menunjukkan perilaku bullying termasuk di dalamnya perilaku intimidasi yang mengarah pada kekerasan.
Lantas apa yang harus dilakukan orang tua/guru untuk membantu anak yang di-bully?
Bicaralah dengan guru dan orang tua lain. Baik guru maupun orang tua anak-anak harus bertemu untuk mendiskusikan bullying yang sedang terjadi pada anak.
Diskusi yang dilakukan seharusnya bisa digunakan untuk menemukan jalan keluar agar anak bisa terhindar dari perilaku bullying.
Seringlah bertanya pada anak tentang hari-harinya.
Sebaiknya dekatkan diri Anda pada anak mulai dari sekarang. Beri anak-anak perhatian lebih setiap harinya, di antaranya yang cara mudah adalah dengan selalu bertanya pada anak tentang bagaimana ia menjalani hari-harinya.
Misalnya, apa saja yang dia kerjakan hari ini, bagaimana ia mengerjakan tugas di sekolah, bagaimana perilaku teman-temannya dalam satu kelompok tugas di sekolah, dan lain sebagainya.
Lalu, jadilah panutan yang baik untuk anak.
Yang paling penting untuk membantu anak terhindar dari perilaku bullying adalah dengan menjadi panutan yang baik bagi anak.
Jangan lupa menjelaskan pada anak untuk tidak meniru segala perilaku bullying yang mungkin dia lihat di TV ataupun video yang banyak beredar melalui sosial media yang tidak sengaja ditonton.
Hindari tidak mengacuhkan apa yang dikatakan anak.
Penting bagi orang tua dan guru untuk tidak mengacuhkan apa yang dikatakan atau diceritakan oleh anak. Biarkan anak-anak tahu bahwa Anda ada di sana untuk mereka.
Hal ini membuat anak-anak merasa dipedulikan dan tahu kemana harus mengadu saat mengalami bullying.
Ajarkan pada anak untuk melawan secara positif.
Ajarkan pada anak untuk melawan atau membela diri dari segala jenis bullying dengan cara-cara yang baik. Misalnya, dengan mengatakan bahwa, "Aku tidak suka dengan apa yang kamu katakan padaku", "Tolong jangan katakan hal itu kepadaku dan lainnya."
Berikan saran pada Sekolah anak untuk memasukkan bullying sebagai kurikulum
Sebagai orang tua anda juga boleh memberikan saran pada pihak sekolah untuk memasukkan bullying sebagai salah satu kurikulum di sekolah. Tujuannya, agar anak-anak memahami apa itu bullying sehingga mereka secara tidak langsung bisa memperbaiki diri dari perilaku yang mengarah pada bullying.
Bullying bukan hanya terjadi pada remaja, melainkan juga terjadi pada anak usia diri seperti pada anak yang memasuki sekolah TK ataupun SD.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk bahu-membahu mengetahui, mencegah bahkan mengatasi perilaku bullying yang sedang dialami oleh anak-anak.
Beberapa tanda perilaku di atas bisa digunakan sebagai referensi untuk mengetahui perubahan perilaku bagi anak yang di-bully.mengetahui perubahan perilaku bagi anak yang di-bully.***
*Penulis mahasiswa Magister Pendidikan Dasar Universitas PGRI Semarang
Guru berperan penting dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, Bab 1 Pasal 1).
Tindakan bullying sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008 ).
Korban bully tidak mengenal gender maupun usia. Bahkan, bullying sudah sering terjadi di sekolah dan dilakukan oleh para remaja.
Jamie Ostrov, Ph.D., Profesor Psikologi Universitas Buffalo dilansir dari Werrywellfamily.com, menghimbau para orangtua dan para guru untuk selalu waspada dan memperhatikan anak sejak dini karena bullying juga bisa dialami oleh anak-anak usia dini.
Banyak sekali faktor yang membentuk anak menjadi pelaku bullying. Pada usia dini, seperti saat anak-anak memasuki TK, anak-anak memang masih mengembangkan keterampilan emosional, kognitif, dan sosial yang diperlukan untuk menangani konflik dengan teman-temannya saat mereka bersama.
Misalnya, anak-anak akan cenderung bersikap agresif saat mainannya direbut secara paksa oleh temannya dengan cara mendorong, atau perilaku agresif lainnya.
Perilaku seperti ini pun masih dianggap wajar dan biasa bagi anak-anak usia dini. Namun, jika perilaku tersebut berkembang menjadi perilaku intimidasi yang ditandai dengan niat ingin menyakiti, niat untuk berkuasa bahkan untuk melakukan kekerasan pada anak lain, maka perilaku tersebut sudah dianggap tidak wajar dan perlu penanganan khusus.
Anak-anak usia dini biasanya meniru perilaku yang dilihat dari orang tuanya, dari orang dewasa di sekitarnya bahkan dari acara TV yang mungkin saja menunjukkan perilaku bullying termasuk di dalamnya perilaku intimidasi yang mengarah pada kekerasan.
Lantas apa yang harus dilakukan orang tua/guru untuk membantu anak yang di-bully?
Bicaralah dengan guru dan orang tua lain. Baik guru maupun orang tua anak-anak harus bertemu untuk mendiskusikan bullying yang sedang terjadi pada anak.
Diskusi yang dilakukan seharusnya bisa digunakan untuk menemukan jalan keluar agar anak bisa terhindar dari perilaku bullying.
Seringlah bertanya pada anak tentang hari-harinya.
Sebaiknya dekatkan diri Anda pada anak mulai dari sekarang. Beri anak-anak perhatian lebih setiap harinya, di antaranya yang cara mudah adalah dengan selalu bertanya pada anak tentang bagaimana ia menjalani hari-harinya.
Misalnya, apa saja yang dia kerjakan hari ini, bagaimana ia mengerjakan tugas di sekolah, bagaimana perilaku teman-temannya dalam satu kelompok tugas di sekolah, dan lain sebagainya.
Lalu, jadilah panutan yang baik untuk anak.
Yang paling penting untuk membantu anak terhindar dari perilaku bullying adalah dengan menjadi panutan yang baik bagi anak.
Jangan lupa menjelaskan pada anak untuk tidak meniru segala perilaku bullying yang mungkin dia lihat di TV ataupun video yang banyak beredar melalui sosial media yang tidak sengaja ditonton.
Hindari tidak mengacuhkan apa yang dikatakan anak.
Penting bagi orang tua dan guru untuk tidak mengacuhkan apa yang dikatakan atau diceritakan oleh anak. Biarkan anak-anak tahu bahwa Anda ada di sana untuk mereka.
Hal ini membuat anak-anak merasa dipedulikan dan tahu kemana harus mengadu saat mengalami bullying.
Ajarkan pada anak untuk melawan secara positif.
Ajarkan pada anak untuk melawan atau membela diri dari segala jenis bullying dengan cara-cara yang baik. Misalnya, dengan mengatakan bahwa, "Aku tidak suka dengan apa yang kamu katakan padaku", "Tolong jangan katakan hal itu kepadaku dan lainnya."
Berikan saran pada Sekolah anak untuk memasukkan bullying sebagai kurikulum
Sebagai orang tua anda juga boleh memberikan saran pada pihak sekolah untuk memasukkan bullying sebagai salah satu kurikulum di sekolah. Tujuannya, agar anak-anak memahami apa itu bullying sehingga mereka secara tidak langsung bisa memperbaiki diri dari perilaku yang mengarah pada bullying.
Bullying bukan hanya terjadi pada remaja, melainkan juga terjadi pada anak usia diri seperti pada anak yang memasuki sekolah TK ataupun SD.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk bahu-membahu mengetahui, mencegah bahkan mengatasi perilaku bullying yang sedang dialami oleh anak-anak.
Beberapa tanda perilaku di atas bisa digunakan sebagai referensi untuk mengetahui perubahan perilaku bagi anak yang di-bully.mengetahui perubahan perilaku bagi anak yang di-bully.***
*Penulis mahasiswa Magister Pendidikan Dasar Universitas PGRI Semarang