Banjarnegara (ANTARA) - Suara bariton seorang laki-laki muda yang terdengar melalui pelantang berbentuk corong memecah kesunyian awal pagi di Desa Sirukem, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Lelaki yang jemarinya mulai lembab oleh peluh itu tidak sendiri. Ia bersama beberapa anak muda lainnya berjalan perlahan menyusuri jalan setapak berkelok yang di beberapa bagiannya mulai ditumbuhi lumut.
Setiap beberapa meter anak-anak muda itu akan berhenti sejenak dan mengarahkan megafon ke pintu rumah warga lalu mengulang kalimat yang sama, yakni mengenai pentingnya protokol kesehatan.
Baca juga: Kiat penegakan disiplin prokes di lingkungan sekolah
Mereka adalah anggota kelompok Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) yang dibentuk oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Banjarnegara. Mereka tengah menjalankan program di tingkat akar rumput guna mempercepat penanganan pandemi COVID-19.
Gerakan untuk membangun kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan memang ibarat senjata utama yang dapat menjaga gerbang pertahanan dari risiko paparan COVID-19.
Bayangkan, jika sosialisasi protokol kesehatan dilakukan secara masif hingga pelosok desa, hingga ujung jalan setapak yang menjadi pembatas antarkampung, hingga teras depan rumah warga, maka pesan yang disampaikan akan mengalir sederas air di puncak musim hujan.
Bagaimanapun, masyarakat salah satu garda terdepan yang memegang kunci untuk keluar dan melepaskan diri dari bayang-bayang pandemi COVID-19. Masyarakat memiliki peran penting dalam upaya melindungi diri sendiri, keluarga, dan memastikan bahwa lingkungan sekitarnya telah bersama-sama menerapkan protokol kesehatan.
Kira-kira seperti itulah potongan gambaran kegiatan yang saat ini sedang dilakukan oleh tim Sibat Desa Sirukem. Mereka hadir di tengah-tengah warga, menyosialisasikan protokol kesehatan, menjaga nyala semangat di hati para warga untuk tetap disiplin memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Selain sosialisasi berkeliling menggunakan alat pengeras suara, mereka juga akan mendatangi rumah warga, terutama yang ditinggali oleh kelompok rentan, seperti lansia, kelompok yang memiliki komorbid, anak-anak dan juga ibu hamil, untuk mengingatkan mengenai upaya memutus mata rantai penularan COVID-19.
Bukan hanya sampai di situ, mereka juga membuat tempat cuci tangan yang bisa diakses untuk umum lengkap dengan papan informasi mengenai langkah-langkah cara mencuci tangan secara baik dan benar.
Koordinator tim Sibat Desa Sirukem Anto Waluyo berharap upaya yang dilakukan dapat efektif membentengi desa mereka dari COVID-19 mengingat banyak warga di wilayah itu yang masuk dalam kelompok rentan.
Terlebih lagi menurut hasil survei sederhana yang dilakukan oleh pihaknya, banyak kelompok rentang yang sebagian besar merupakan para lansia yang ternyata masih memerlukan edukasi mengenai bahaya COVID-19.
Kondisi tersebut mendorong mereka untuk hadir dan menggencarkan upaya edukasi dan sosialisasi. Upaya mereka diharapkan dapat menjadi pelita di tengah gulita, menjadi terang di antara langit yang kelabu.
Agar langkah mereka makin cepat, mereka juga bersinergi dengan berbagai pihak, mulai dari perangkat desa, puskesmas setempat, bidan desa, hingga bhabinkamtibmas untuk bergerak bersama dalam menyebarluaskan edukasi mengenai upaya melindungi diri dari COVID-19.
Dalam mencapai suatu tujuan, kebersamaan memang memiliki daya ungkit yang lebih besar, termasuk juga dengan sinergi bersama dalam sosialisasi protokol kesehatan, semakin masif, semakin gencar akan semakin baik dan efektif.
Anak-anak muda ini juga menyadari bahwa sinergi sangat diperlukan karena mereka tidak dapat berjalan sendiri, mereka memerlukan pendampingan agar tujuan dapat diraih dengan berjalan bersama sama membantu pemerintah.
Tim Sibat Desa Sirukem membagikan masker pada warga (ANTARA/HO - PMI Banjarnegara)
Pentingnya Masker
Dalam rangka mengingatkan masyarakat akan pentingnya penggunaan masker, tim Sibat juga membagikan masker, cairan pembersih tangan, penyemprotan cairan disinfektan di beberapa fasilitas umum, pembangunan sarana cuci tangan untuk umum di beberapa lokasi, serta pelatihan pembuatan cairan disinfektan mandiri untuk masyarakat.
Tim ini juga mendirikan posko untuk mendata para warga pendatang yang baru saja masuk desa sekaligus juga melakukan skrining dan pengecekan suhu tubuh.
Ketua PMI Kabupaten Banjarnegara Amalia Desiana berharap bahwa tim Sibat Desa Sirukem dapat menjadi contoh bagi yang lainnya mengenai bagaimana menjalankan peran yang optimal dalam membantu pemerintah menyebarluaskan segala informasi yang berkaitan dengan protokol kesehatan.
Karena sosialisasi bagi masyarakat amatlah penting, seperti lentera yang menuntun dalam gelap malam, apalagi jika edukasi dilakukan dengan berbagai metode lokal sesuai kultur wilayah masing-masing.
Dengan kata lain, edukasi dilakukan berbasis metode yang mudah dipahami masyarakat setempat, menyesuaikan bahasa, narasi, kebiasaan dan pendekatan lain yang akan mudah diterima lekat oleh masyarakat.
Memang program ini baru awal mula. Perjalanan yang harus ditempuh masih panjang, masih membutuhkan kerja keras dan semangat yang tak mudah padam agar dapat terus melayani masyarakat.
Pimpinan Humas PMI Banjarnegara M. Alwan Rifai mengatakan tim Sibat Desa Sirukem beranggota 30 orang yang pada awalnya dibentuk sebagai respons kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat. Anggotanya terdiri atas elemen masyarakat yang didominasi oleh anak-anak muda yang dibekali keterampilan khusus oleh PMI.
Tim Sibat Desa Sirukem sendiri sebelumnya merupakan tim yang lolos proses verifikasi data dan uji kelayakan penerima program bantuan dari Federasi Palang Merah Internasional melalui PMI Pusat dan diberikan dana sebesar Rp25 juta untuk mendukung kegiatan pemberdayaan melalui kelompok siaga bencana berbasis masyarakat.
Dukungan dari Federasi Palang Merah Internasional itu menunjukkan pentingnya program pemberdayaan berbasis masyarakat sebagai mesin penggerak dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman warga di wilayah setempat, di mana dalam kondisi saat ini adalah kesadaran untuk menerapkan protokol kesehatan.
Narasi mengenai kegiatan tim Sibat dalam sosialisasi dan promosi kesehatan mengenai COVID-19 yang menyasar seluruh segmentasi lapisan masyarakat dengan cara mendatangi rumah demi rumah, komunitas demi komunitas, dan seluruh warga yang ada di setiap jengkal tanah desa diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak lainnya.
Setiap individu dan setiap kelompok memiliki peran yang strategis dalam berpartisipasi dalam perang melawan pandemi COVID-19. Mereka bersama-sama mendukung program pemerintah dan mengimplementasikan di tengah lingkungan masing-masing.
Seperti yang diulas di awal mula, gerakan bersama masyarakat dalam menjaga dinding pertahanan dari risiko penularan COVID-19 ibarat sayap yang dapat membawa terbang tinggi menuju puncak kemenangan.
Baca juga: Dokter: Tetap terapkan protokol kesehatan saat olahraga lari
Baca juga: Kapolres Banjarnegara ajak konsisten terapkan prokes
Baca juga: Tekan penyebaran COVID-19, Tim Gabungan Boyolali sosialisasi prokes di pasar tradisional
Lelaki yang jemarinya mulai lembab oleh peluh itu tidak sendiri. Ia bersama beberapa anak muda lainnya berjalan perlahan menyusuri jalan setapak berkelok yang di beberapa bagiannya mulai ditumbuhi lumut.
Setiap beberapa meter anak-anak muda itu akan berhenti sejenak dan mengarahkan megafon ke pintu rumah warga lalu mengulang kalimat yang sama, yakni mengenai pentingnya protokol kesehatan.
Baca juga: Kiat penegakan disiplin prokes di lingkungan sekolah
Mereka adalah anggota kelompok Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) yang dibentuk oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Banjarnegara. Mereka tengah menjalankan program di tingkat akar rumput guna mempercepat penanganan pandemi COVID-19.
Gerakan untuk membangun kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan memang ibarat senjata utama yang dapat menjaga gerbang pertahanan dari risiko paparan COVID-19.
Bayangkan, jika sosialisasi protokol kesehatan dilakukan secara masif hingga pelosok desa, hingga ujung jalan setapak yang menjadi pembatas antarkampung, hingga teras depan rumah warga, maka pesan yang disampaikan akan mengalir sederas air di puncak musim hujan.
Bagaimanapun, masyarakat salah satu garda terdepan yang memegang kunci untuk keluar dan melepaskan diri dari bayang-bayang pandemi COVID-19. Masyarakat memiliki peran penting dalam upaya melindungi diri sendiri, keluarga, dan memastikan bahwa lingkungan sekitarnya telah bersama-sama menerapkan protokol kesehatan.
Kira-kira seperti itulah potongan gambaran kegiatan yang saat ini sedang dilakukan oleh tim Sibat Desa Sirukem. Mereka hadir di tengah-tengah warga, menyosialisasikan protokol kesehatan, menjaga nyala semangat di hati para warga untuk tetap disiplin memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Selain sosialisasi berkeliling menggunakan alat pengeras suara, mereka juga akan mendatangi rumah warga, terutama yang ditinggali oleh kelompok rentan, seperti lansia, kelompok yang memiliki komorbid, anak-anak dan juga ibu hamil, untuk mengingatkan mengenai upaya memutus mata rantai penularan COVID-19.
Bukan hanya sampai di situ, mereka juga membuat tempat cuci tangan yang bisa diakses untuk umum lengkap dengan papan informasi mengenai langkah-langkah cara mencuci tangan secara baik dan benar.
Koordinator tim Sibat Desa Sirukem Anto Waluyo berharap upaya yang dilakukan dapat efektif membentengi desa mereka dari COVID-19 mengingat banyak warga di wilayah itu yang masuk dalam kelompok rentan.
Terlebih lagi menurut hasil survei sederhana yang dilakukan oleh pihaknya, banyak kelompok rentang yang sebagian besar merupakan para lansia yang ternyata masih memerlukan edukasi mengenai bahaya COVID-19.
Kondisi tersebut mendorong mereka untuk hadir dan menggencarkan upaya edukasi dan sosialisasi. Upaya mereka diharapkan dapat menjadi pelita di tengah gulita, menjadi terang di antara langit yang kelabu.
Agar langkah mereka makin cepat, mereka juga bersinergi dengan berbagai pihak, mulai dari perangkat desa, puskesmas setempat, bidan desa, hingga bhabinkamtibmas untuk bergerak bersama dalam menyebarluaskan edukasi mengenai upaya melindungi diri dari COVID-19.
Dalam mencapai suatu tujuan, kebersamaan memang memiliki daya ungkit yang lebih besar, termasuk juga dengan sinergi bersama dalam sosialisasi protokol kesehatan, semakin masif, semakin gencar akan semakin baik dan efektif.
Anak-anak muda ini juga menyadari bahwa sinergi sangat diperlukan karena mereka tidak dapat berjalan sendiri, mereka memerlukan pendampingan agar tujuan dapat diraih dengan berjalan bersama sama membantu pemerintah.
Dalam rangka mengingatkan masyarakat akan pentingnya penggunaan masker, tim Sibat juga membagikan masker, cairan pembersih tangan, penyemprotan cairan disinfektan di beberapa fasilitas umum, pembangunan sarana cuci tangan untuk umum di beberapa lokasi, serta pelatihan pembuatan cairan disinfektan mandiri untuk masyarakat.
Tim ini juga mendirikan posko untuk mendata para warga pendatang yang baru saja masuk desa sekaligus juga melakukan skrining dan pengecekan suhu tubuh.
Ketua PMI Kabupaten Banjarnegara Amalia Desiana berharap bahwa tim Sibat Desa Sirukem dapat menjadi contoh bagi yang lainnya mengenai bagaimana menjalankan peran yang optimal dalam membantu pemerintah menyebarluaskan segala informasi yang berkaitan dengan protokol kesehatan.
Karena sosialisasi bagi masyarakat amatlah penting, seperti lentera yang menuntun dalam gelap malam, apalagi jika edukasi dilakukan dengan berbagai metode lokal sesuai kultur wilayah masing-masing.
Dengan kata lain, edukasi dilakukan berbasis metode yang mudah dipahami masyarakat setempat, menyesuaikan bahasa, narasi, kebiasaan dan pendekatan lain yang akan mudah diterima lekat oleh masyarakat.
Memang program ini baru awal mula. Perjalanan yang harus ditempuh masih panjang, masih membutuhkan kerja keras dan semangat yang tak mudah padam agar dapat terus melayani masyarakat.
Pimpinan Humas PMI Banjarnegara M. Alwan Rifai mengatakan tim Sibat Desa Sirukem beranggota 30 orang yang pada awalnya dibentuk sebagai respons kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat. Anggotanya terdiri atas elemen masyarakat yang didominasi oleh anak-anak muda yang dibekali keterampilan khusus oleh PMI.
Tim Sibat Desa Sirukem sendiri sebelumnya merupakan tim yang lolos proses verifikasi data dan uji kelayakan penerima program bantuan dari Federasi Palang Merah Internasional melalui PMI Pusat dan diberikan dana sebesar Rp25 juta untuk mendukung kegiatan pemberdayaan melalui kelompok siaga bencana berbasis masyarakat.
Dukungan dari Federasi Palang Merah Internasional itu menunjukkan pentingnya program pemberdayaan berbasis masyarakat sebagai mesin penggerak dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman warga di wilayah setempat, di mana dalam kondisi saat ini adalah kesadaran untuk menerapkan protokol kesehatan.
Narasi mengenai kegiatan tim Sibat dalam sosialisasi dan promosi kesehatan mengenai COVID-19 yang menyasar seluruh segmentasi lapisan masyarakat dengan cara mendatangi rumah demi rumah, komunitas demi komunitas, dan seluruh warga yang ada di setiap jengkal tanah desa diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak lainnya.
Setiap individu dan setiap kelompok memiliki peran yang strategis dalam berpartisipasi dalam perang melawan pandemi COVID-19. Mereka bersama-sama mendukung program pemerintah dan mengimplementasikan di tengah lingkungan masing-masing.
Seperti yang diulas di awal mula, gerakan bersama masyarakat dalam menjaga dinding pertahanan dari risiko penularan COVID-19 ibarat sayap yang dapat membawa terbang tinggi menuju puncak kemenangan.
Baca juga: Dokter: Tetap terapkan protokol kesehatan saat olahraga lari
Baca juga: Kapolres Banjarnegara ajak konsisten terapkan prokes
Baca juga: Tekan penyebaran COVID-19, Tim Gabungan Boyolali sosialisasi prokes di pasar tradisional