Kudus (ANTARA) - Terminal Induk Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengalami lumpuh total setelah tergenang banjir sejak Minggu (7/2), menyusul tingginya genangan sehingga tidak memungkinkan bus maupun calon penumpang masuk ke terminal.

"Sebetulnya genangan banjir mulai terjadi sejak Jumat (5/2). Akan tetapi genangannya masih rendah dan bus masih memungkinkan masuk ke terminal dan calon penumpang juga memungkinkan masuk ke terminal. Namun pada Minggu (7/2) sore ternyata genangan meningkat sehingga harus ditutup," kata Pelaksana tugas Koordinator Satuan Pelayanan Terminal Tipe A Jati Kudus Agung Waluya di Kudus, Selasa.

Adapun ketinggian genangannya, kata dia, di landasan terminal bisa mencapai 50 cm, sedangkan menuju pintu masuk yang lokasinya lebih rendah tentu lebih tinggi lagi genangannya.

Sebelumnya, terminal tersebut setiap harinya terdapat 80-an bus malam yang keluar masuk terminal untuk menurunkan maupun menaikkan penumpang. Termasuk pada sore hari juga terdapat banyak bus malam yang menunggu penumpang untuk diantarkan ke tempat tujuan.

Baca juga: Anggota Polres Kudus bantu evakuasi korban banjir di Desa Payaman

Terminal tersebut akan dibuka kembali setelah ketinggian genangannya menurun dan landasan terminal juga sudah mulai kelihatan. Lebih bagus lagi ketika sudah surut sehingga jalan masuk ke terminal tidak mudah rusak ketika dilalui beban kendaraan yang berat.

Semenjak ditutup, tidak ada lagi penumpang yang masuk ke terminal karena akses masuknya terganggu oleh genangan banjir. Meskipun demikian, masih ada kios pedagang yang masih tetap buka karena menjadi satu-satunya mata pencaharian mereka.

Turmudi, salah satu pemilik kios makanan ringan yang masih tetap buka meskipun tidak ada bus yang masuk ke terminal mengakui tidak ada pekerjaan lain selain berjualan. Meskipun tidak ada penumpang maupun bus yang masuk, terkadang ada satu dua orang yang membeli makanan.

Tanpa ada banjir sekalipun, kata dia, omzet penjualannya sudah turun karena minimnya jumlah penumpang bus umum. Belum lagi dampak pandemi COVID-19 semakin membuat masyarakat enggan naik angkutan umum.

Dalam kondisi normal, katanya, omzet penjualannya bisa mencapai Rp200.000 per hari, sedangkan adanya dampak banjir pemasukannya sangat rendah karena hanya mengandalkan pegawai kantor yang masih tetap masuk.

Baca juga: Air banjir tercampur limbah pabrik di Kudus diklaim tak berbahaya
Baca juga: 368 jiwa mengungsi akibat banjir di Kudus

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024