Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Surakarta berupaya mendorong produktivitas di sektor pertanian melalui program pendampingan kepada sejumlah klaster, salah satunya Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Cabang Sragen yang dilakukan sejak 2018.
"Bawang merah merupakan salah satu komoditas sumber tekanan inflasi yang persisten setiap tahun sehingga perlu ada upaya untuk tercapainya keseimbangan antara sisi penawaran dan permintaan," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Surakarta Nugroho Joko Prastowo di Solo, Kamis.
Oleh karena itu, menurut dia, perlu dilakukan upaya peningkatan produksi dan efisiensi biaya produksi agar terjaga ketersediaan pasokan dengan harga terjangkau.
Baca juga: Mendorong akselerasi energi terbarukan di bidang pertanian
Terkait dengan sentra bawang merah yang ada di Kabupaten Sragen, dikatakannya, untuk lahan produksinya tersebar di 20 kecamatan dengan total luas lahan mencapai 100 hektare.
Ia mengatakan sebagian petani sudah membudidayakan bawang merah sepanjang musim, yaitu kurang lebih empat kali dalam setahun.
Untuk pendampingan yang dilakukan oleh BI terhadap petani bawang merah ini di antaranya dari sisi peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan kualitas produksi, bantuan teknis, perluasan akses pemasaran, pembiayaan, dan fasilitasi sarana prasarana produksi melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI).
"Selain itu, pada bulan Oktober lalu kami melaksanakan pelatihan perbaikan kesuburan tanah dengan optimalisasi fungsi mikroba tanah dan pembuatan pupuk ramah
lingkungan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan," katanya.
Baca juga: Pakar sebut energi terbarukan efektif bagi pertanian modern
Menurut dia, langkah tersebut penting dilakukan mengingat pertanian organik merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonian dengan iklim dan alam lingkungan.
Ia mengatakan budidaya ramah lingkungan tersebut sejalan dengan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat yang makin dinamis, salah satunya menuntut penyediaan bahan pangan yang makin aman untuk dikonsumsi.
"Ini termasuk dalam penyediaan bahan
pangan yang makin aman untuk dikonsumsi, seperti produk hortikultura dan buah-buahan yang bebas residu pestisida kimia. Kondisi ini membuat sistem produksi hulunya juga dituntut berbenah dan menyesuaikan diri," katanya.
Selain klaster bawang merah di Kabupaten Sragen, beberapa klaster yang juga menjadi binaan BI di antaranya Klaster Bawang Merah Organik di Cepogo Boyolali, Klaster Padi Organik Perkumpulan Petani Organik Wonoagung (PPOW) Wonogiri, Klaster Kopi Ndorog Kabupaten Wonogiri, dan Klaster Hortikultura ASPAKUSA Makmur Boyolali.
Baca juga: Bisnis bibit pertanian dorong dinamika ekonomi desa
"Bawang merah merupakan salah satu komoditas sumber tekanan inflasi yang persisten setiap tahun sehingga perlu ada upaya untuk tercapainya keseimbangan antara sisi penawaran dan permintaan," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Surakarta Nugroho Joko Prastowo di Solo, Kamis.
Oleh karena itu, menurut dia, perlu dilakukan upaya peningkatan produksi dan efisiensi biaya produksi agar terjaga ketersediaan pasokan dengan harga terjangkau.
Baca juga: Mendorong akselerasi energi terbarukan di bidang pertanian
Terkait dengan sentra bawang merah yang ada di Kabupaten Sragen, dikatakannya, untuk lahan produksinya tersebar di 20 kecamatan dengan total luas lahan mencapai 100 hektare.
Ia mengatakan sebagian petani sudah membudidayakan bawang merah sepanjang musim, yaitu kurang lebih empat kali dalam setahun.
Untuk pendampingan yang dilakukan oleh BI terhadap petani bawang merah ini di antaranya dari sisi peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan kualitas produksi, bantuan teknis, perluasan akses pemasaran, pembiayaan, dan fasilitasi sarana prasarana produksi melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI).
"Selain itu, pada bulan Oktober lalu kami melaksanakan pelatihan perbaikan kesuburan tanah dengan optimalisasi fungsi mikroba tanah dan pembuatan pupuk ramah
lingkungan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan," katanya.
Baca juga: Pakar sebut energi terbarukan efektif bagi pertanian modern
Menurut dia, langkah tersebut penting dilakukan mengingat pertanian organik merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonian dengan iklim dan alam lingkungan.
Ia mengatakan budidaya ramah lingkungan tersebut sejalan dengan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat yang makin dinamis, salah satunya menuntut penyediaan bahan pangan yang makin aman untuk dikonsumsi.
"Ini termasuk dalam penyediaan bahan
pangan yang makin aman untuk dikonsumsi, seperti produk hortikultura dan buah-buahan yang bebas residu pestisida kimia. Kondisi ini membuat sistem produksi hulunya juga dituntut berbenah dan menyesuaikan diri," katanya.
Selain klaster bawang merah di Kabupaten Sragen, beberapa klaster yang juga menjadi binaan BI di antaranya Klaster Bawang Merah Organik di Cepogo Boyolali, Klaster Padi Organik Perkumpulan Petani Organik Wonoagung (PPOW) Wonogiri, Klaster Kopi Ndorog Kabupaten Wonogiri, dan Klaster Hortikultura ASPAKUSA Makmur Boyolali.
Baca juga: Bisnis bibit pertanian dorong dinamika ekonomi desa