Solo (ANTARA) - Sejumlah warga disabilitas tergabung dalam Self Help Group (SHG) Surakarta berbagi masker dan nasi bungkus kepada masyarakat di tengah pandemi COVID-19 saat memperingati Hari Disabilitas Internasional 2020 di Jalan Slamet Riyadi Solo, Jawa Tengah, Kamis.
Mereka bakti sosial dengan berbagi masker dan nasi bungkus kepada pejalan kaki, sopir becak, dan pengguna jalan lainnya di sepanjang Jalan Slamet Riyadi Kota Solo mulai depan Kantor Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Surakarta ke timur hingga depan Taman Sriwedari Solo.
Ketua SHG Surakarta Sugian Noor mengatakan kegiatan tersebut untuk mengubah stigma warga disabilitas yang bukan hanya meminta-minta tetapi juga bisa berbagi kepada sesama.
"Kami kegiatan berbagi ini, menggandeng bersama Komunitas Preman Isyaf (Kopi) di Soloraya untuk berbagi sedekah masker dan nasi bungkus sebanyak 200 buah," katanya.
Ia menyebut kegiatan tersebut dalam rangka peringatan HDI 2020 yang jatuh setiap 3 Desember. Pihaknya, sebelumnya juga menggelar kegiatan pemberdayaan disabilitas, berupa pelatihan menjahit secara gratis.
"Kami turun ke jalan selain berbagi juga mengubah stigma agar warga masyarakat tahu keluarga disabilitas tidak hanya dinilai negatif meminta-minta saja, tetapi mereka juga bisa memberikan kepada sesama," katanya.
Baca juga: Pandemi bukan halangan kaum disabilitas dapatkan bekal hidup mandiri
Sebanyak 200 masker tersebut diproduksi warga disabilitas SHG yang bekerja sebagai penjahit pakaian. Begitu juga 200 bungkus nasi hasil jerih payah mereka untuk dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan.
"Kami bersama Kopi sama-sama mencoba mengubah stigma itu, agar masyarakat memahami kami yang mempunyai predikat itu melekat hingga sekarang bisa dimengerti juga bisa berbagi," katanya.
Ketua Kopi Soloraya Muhajir mengatakan pihaknya sama dengan warga disabilitas dinilai kurang produktif dan sering menggantungkan pemenuhan kebutuhan kepada orang lain.
Padahal, kata dia, di antara para disabilitas itu ada dapat memotivasi anggota Kopi.
"Kami dari anggota Kopi dinilai masyarakat orang yang terpinggirkan, karena perilaku yang dahulu suka membuat jelek, kerusuhan, dan sering merugikan orang lain ingin menunjukkan bahwa anggota Kopi akan berbuat baik di tengah masyarakat," kata dia.
Kopi di Soloraya memilik sekitar 60 anggota yang setiap Jumat juga sering berbagi nasi bungkus kepada masyarakat.
Pihaknya juga menggelar pengajian dalam komunitasnya. Pihaknya termotivasi berbuat baik dari warga disabilitas.
Baca juga: Mensos borong batik ciprat karya disabilitas intelektual di Temanggung
Baca juga: UNS dampingi mahasiswa baru penyandang disabilitas
Mereka bakti sosial dengan berbagi masker dan nasi bungkus kepada pejalan kaki, sopir becak, dan pengguna jalan lainnya di sepanjang Jalan Slamet Riyadi Kota Solo mulai depan Kantor Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Surakarta ke timur hingga depan Taman Sriwedari Solo.
Ketua SHG Surakarta Sugian Noor mengatakan kegiatan tersebut untuk mengubah stigma warga disabilitas yang bukan hanya meminta-minta tetapi juga bisa berbagi kepada sesama.
"Kami kegiatan berbagi ini, menggandeng bersama Komunitas Preman Isyaf (Kopi) di Soloraya untuk berbagi sedekah masker dan nasi bungkus sebanyak 200 buah," katanya.
Ia menyebut kegiatan tersebut dalam rangka peringatan HDI 2020 yang jatuh setiap 3 Desember. Pihaknya, sebelumnya juga menggelar kegiatan pemberdayaan disabilitas, berupa pelatihan menjahit secara gratis.
"Kami turun ke jalan selain berbagi juga mengubah stigma agar warga masyarakat tahu keluarga disabilitas tidak hanya dinilai negatif meminta-minta saja, tetapi mereka juga bisa memberikan kepada sesama," katanya.
Baca juga: Pandemi bukan halangan kaum disabilitas dapatkan bekal hidup mandiri
Sebanyak 200 masker tersebut diproduksi warga disabilitas SHG yang bekerja sebagai penjahit pakaian. Begitu juga 200 bungkus nasi hasil jerih payah mereka untuk dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan.
"Kami bersama Kopi sama-sama mencoba mengubah stigma itu, agar masyarakat memahami kami yang mempunyai predikat itu melekat hingga sekarang bisa dimengerti juga bisa berbagi," katanya.
Ketua Kopi Soloraya Muhajir mengatakan pihaknya sama dengan warga disabilitas dinilai kurang produktif dan sering menggantungkan pemenuhan kebutuhan kepada orang lain.
Padahal, kata dia, di antara para disabilitas itu ada dapat memotivasi anggota Kopi.
"Kami dari anggota Kopi dinilai masyarakat orang yang terpinggirkan, karena perilaku yang dahulu suka membuat jelek, kerusuhan, dan sering merugikan orang lain ingin menunjukkan bahwa anggota Kopi akan berbuat baik di tengah masyarakat," kata dia.
Kopi di Soloraya memilik sekitar 60 anggota yang setiap Jumat juga sering berbagi nasi bungkus kepada masyarakat.
Pihaknya juga menggelar pengajian dalam komunitasnya. Pihaknya termotivasi berbuat baik dari warga disabilitas.
Baca juga: Mensos borong batik ciprat karya disabilitas intelektual di Temanggung
Baca juga: UNS dampingi mahasiswa baru penyandang disabilitas