Temanggung (ANTARA) - Menteri Sosial Juliari Batubara memborong kain batik ciprat karya penerima manfaat di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Dalam kunjungan ke BBRSPDI Kartini di Temanggung, Selasa, ia selain meninjau sarana prasarana di balai rehabilitasi sosial tersebut juga menyaksikan hasil karya para penerima manfaat dan bahkan memborong 40 potong kain batik ciprat.
Sejumlah batik ciprat tersebut karya para disabilitas intelektual yang tergabung dalam beberapa Shelter Workshop Peduli (SWP) yang dipajang di ruang pamer BBRSPDI, yakni SWP Giri Kasih Kabupaten Kulon Progo, SWP Kulon Progo Bangkit Kabupaten Kulon Progo, SWT Dadi Mulya Kabupaten Banjarnegara, SWP Karya Barokah Kabupaten Wonogiri.
Baca juga: Mensos: Bansos beras 100 persen tersalurkan dan tepat sasaran
Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos Harry Hikmat menyampaikan harga kain batik ciprat tersebut Rp150 ribu per potong
Ia menyampaikan dalam kunjungan di BBRSPDI itu, Mensos melihat langsung bagaimana layanan sosial diberikan kepada para penyandang disabuilitas intelektual.
"Alhamdulillah apresiasi beliau terhadap apa yang dikerjakan oleh para pegawai Kemensos di balai ini menunjukkan bahwa kalau kita bekerja dengan hati, sungguh-sungguh, dengan dedikasi yang tinggi sesulit apapun mendampingi disabilitas bisa kita lalukan sesuatu terbaik bagi mereka," katanya.
Buktinya karya-karya yang dihasilkan oleh penerima manfaat itu tidak kalah kualitasnya dengan karya nondisabilitas.
Ia mencontohkan batik ciprat ini suatu inovasi yang dikembangkan oleh balai untuk menunjukkan bahwa mereka masih punya potensi, talenta, dan keterampilan yang sesuai, karena batik ciprat simpel tetapi pikiran dan perasaan dia bisa diaktualisasikan dengan menyapu batik itu dan dia bisa berkreasi, karyanya tidak kalah dengan batik pada umumnya dan hal itu khas.
Ia menyampaikan balai ini tentu berusaha banyak manfaatnya bagi masyarakat luas.
Oleh karena itu, pihaknya mengajak masyarakat juga untuk mewujudkan kepedulian, maka lahirlah SWP, sedangkan SWP sudah berkembang di 23 kabupaten di Jateng.
"Kami berharap tidak hanya level Jateng tetapi kepala balai dan seluruh jajaran di sini mengembangkan secara luas ke seluruh Indonesia dan hal ini sebetulnya sudah dilihat dunia internasional menjadi sebuah keberhasilan Indonesia dalam memberdayakan penyandang disabilitas intelektual," katanya.
Baca juga: Mensos siap salurkan bantuan sosial tunai di Pekalongan
Ia mengemukakan pentingnya berjejaring terkait karya penerima manfaat itu dengan dunia usaha karena karya mereka sepertinya bisa digunakan untuk direplikasi menjadi kemeja, jaket, dan aksesoris lainnya.
"Nilai kreativitas dari batik ciprat ini tidak hanya percikan berbagai warna tetapi bisa variasi dengan sapuan kuas. Secara naluri kita semua bisa melakukan ternyata untuk teman-teman disabilitas ada keunikan-keunikan karya yang dihasilkan," katanya.
Dalam kunjungan ke BBRSPDI Kartini di Temanggung, Selasa, ia selain meninjau sarana prasarana di balai rehabilitasi sosial tersebut juga menyaksikan hasil karya para penerima manfaat dan bahkan memborong 40 potong kain batik ciprat.
Sejumlah batik ciprat tersebut karya para disabilitas intelektual yang tergabung dalam beberapa Shelter Workshop Peduli (SWP) yang dipajang di ruang pamer BBRSPDI, yakni SWP Giri Kasih Kabupaten Kulon Progo, SWP Kulon Progo Bangkit Kabupaten Kulon Progo, SWT Dadi Mulya Kabupaten Banjarnegara, SWP Karya Barokah Kabupaten Wonogiri.
Baca juga: Mensos: Bansos beras 100 persen tersalurkan dan tepat sasaran
Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos Harry Hikmat menyampaikan harga kain batik ciprat tersebut Rp150 ribu per potong
Ia menyampaikan dalam kunjungan di BBRSPDI itu, Mensos melihat langsung bagaimana layanan sosial diberikan kepada para penyandang disabuilitas intelektual.
"Alhamdulillah apresiasi beliau terhadap apa yang dikerjakan oleh para pegawai Kemensos di balai ini menunjukkan bahwa kalau kita bekerja dengan hati, sungguh-sungguh, dengan dedikasi yang tinggi sesulit apapun mendampingi disabilitas bisa kita lalukan sesuatu terbaik bagi mereka," katanya.
Buktinya karya-karya yang dihasilkan oleh penerima manfaat itu tidak kalah kualitasnya dengan karya nondisabilitas.
Ia mencontohkan batik ciprat ini suatu inovasi yang dikembangkan oleh balai untuk menunjukkan bahwa mereka masih punya potensi, talenta, dan keterampilan yang sesuai, karena batik ciprat simpel tetapi pikiran dan perasaan dia bisa diaktualisasikan dengan menyapu batik itu dan dia bisa berkreasi, karyanya tidak kalah dengan batik pada umumnya dan hal itu khas.
Ia menyampaikan balai ini tentu berusaha banyak manfaatnya bagi masyarakat luas.
Oleh karena itu, pihaknya mengajak masyarakat juga untuk mewujudkan kepedulian, maka lahirlah SWP, sedangkan SWP sudah berkembang di 23 kabupaten di Jateng.
"Kami berharap tidak hanya level Jateng tetapi kepala balai dan seluruh jajaran di sini mengembangkan secara luas ke seluruh Indonesia dan hal ini sebetulnya sudah dilihat dunia internasional menjadi sebuah keberhasilan Indonesia dalam memberdayakan penyandang disabilitas intelektual," katanya.
Baca juga: Mensos siap salurkan bantuan sosial tunai di Pekalongan
Ia mengemukakan pentingnya berjejaring terkait karya penerima manfaat itu dengan dunia usaha karena karya mereka sepertinya bisa digunakan untuk direplikasi menjadi kemeja, jaket, dan aksesoris lainnya.
"Nilai kreativitas dari batik ciprat ini tidak hanya percikan berbagai warna tetapi bisa variasi dengan sapuan kuas. Secara naluri kita semua bisa melakukan ternyata untuk teman-teman disabilitas ada keunikan-keunikan karya yang dihasilkan," katanya.