Purwokerto (ANTARA) - Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru mengingatkan pentingnya sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) bagi industri pariwisata guna meningkatkan pelayanan bagi wisatawan.

"Dengan sertifikasi CHSE tersebut diharapkan ada kepastian penerapan protokol kesehatan oleh industri pariwisata, sehingga wisatawan merasa aman dan nyaman ketika berada di destinasi wisata," katanya di Purwokerto, Jawa Tengah, Selasa.

Karena itu, ia sangat mendukung upaya pemerintah yang tengah melakukan sertifikasi CHSE terhadap ribuan hotel/restoran serta usaha pariwisata lainnya di 34 provinsi di Indonesia.

Baca juga: Kuota pengunjung Candi Borobudur jadi 4.000 orang per hari

"Diharapkan program tersebut akan memperkuat lagi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE pada industri pariwisata di Tanah Air," katanya.

Dia mengatakan penerapan protokol kesehatan harus dilembagakan oleh pemerintah pusat dan daerah, antara lain dengan membentuk satuan tugas CHSE di masing-masing daerah.

"Bila CHSE sudah terlembaga maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengidentifikasi pasar wisata mengingat beberapa destinasi wisata di daerah dikhawatirkan kehilangan pasar wisatanya selama pandemi COVID-19," katanya.

Dia juga mengatakan jika sertifikasi CHSE dapat berkontribusi pada upaya meningkatkan kepercayaan konsumen di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
"Karena itu langkah pemerintah yang tengah mendorong sertifikasi CHSE sudah tepat dan perlu diapresiasi," katanya.

Dia juga menambahkan seluruh pihak terkait perlu merancang strategi yang kompetitif dan inovatif untuk memperpanjang lama tinggal wisatawan.

Pada awal tahun 2021 diperkirakan masih akan dilakukan pembatasan jumlah kunjungan di objek dan daya tarik wisata guna mencegah kerumunan," katanya.
Hal tersebut, kata dia, akan dapat berpengaruh pada pendapatan atau retribusi objek wisata.

"Oleh sebab itu diperlukan strategi promosi bagi produk maupun pelayanan, baik hotel maupun destinasi wisata agar wisatawan lebih lama tinggal dan berbelanja lebih banyak sehingga perlu strategi yang kompetitif dan inovatif, baik untuk produk maupun pelayanan," katanya.

Sementara itu seperti diwartakan sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama menargetkan 6.606 pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif tersertifikasi "Indonesia Care" dengan komitmen kuat menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE.

Dia mengatakan hingga saat ini telah dilakukan sertifikasi CHSE terhadap ribuan hotel/restoran serta usaha pariwisata lainnya di 34 provinsi di Indonesia.
Dari target 6.606 pelaku usaha yang tersertifikasi hingga akhir tahun ini, telah dilakukan proses audit kepada 3.728 pelaku usaha.

Proses audit dilakukan dengan menggandeng lembaga sertifikasi yang menilai secara independen penerapan standar CHSE.

Wishnutama mengatakan, pariwisata merupakan bisnis kepercayaan dan bisnis pengalaman. Tantangan di tengah pandemi ini adalah membuat konsumen bisa percaya bahwa destinasi usaha dan pekerja pariwisata bisa menyediakan produk dan layanan yang aman.

Sementara itu, informasi lebih lanjut tentang program sertifikasi CHSE gratis dari Kemenparekraf/Baparekraf bagi pemilik atau pengelola usaha pariwisata dan destinasi pariwisata dapat diakses melalui website resmi chse.kemenparekraf.go.id.

Baca juga: Pekalongan targetkan pembangunan wisata laut selesai pada November 2021
Baca juga: Pengelola objek wisata Jateng sesuaikan pelayanan dengan protokol kesehatan

Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024