Solo (ANTARA) - Penatu modern "The Daily Wash Laundromat" menangkap peluang di masa pandemi COVID-19, menyusul meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri, termasuk pakaian yang mereka gunakan.
"Justru di masa pandemi ini kami bisa membuka sebanyak 11 outlet di beberapa daerah di Indonesia," kata CEO The Daily Wash Laundromat Herlambang Prayatno pada pembukaan cabang baru, di kawasan Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Sabtu.
Ia berharap usaha yang berada di bawah naungan PT Anugrah Lima Semesta tersebut bisa membantu masyarakat untuk memastikan pakaian yang mereka gunakan terbebas dari bakteri.
"Saya melihat 'laundry' sangat dibutuhkan masyarakat sekitar, seperti halnya kita butuh makan. Apalagi di situasi seperti ini, kalau dulu satu celana jins untuk dua hari, sekarang satu hari karena semua orang wajib jaga kebersihan. Dengan teknologi yang kami gunakan bakteri, virus akan mati semua," katanya.
Dia menyatakan untuk di Solo sendiri, usaha tersebut sudah membuka lima cabang, dan diharapkan dalam waktu dekat bisa membuka dua cabang lain di kawasan Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
"Yang kami sasar adalah kawasan padat penduduk dengan ekonomi menengah, termasuk di kawasan Mojosongo ini," katanya lagi.
Sedangkan, untuk pelayanan yang diberikan dalam satu kali proses mulai dari cuci hingga pengeringan hanya membutuhkan waktu selama 1,5 jam.
"Jadi cukup cepat, mereka sudah bisa bawa pulang pakaian bersih, bebas bakteri," katanya pula.
Ia mengatakan untuk proses cuci, konsumen cukup memasukkan koin dan selanjutnya mesin bisa berputar.
"Selama ini kan masyarakat kenalnya laundry kiloan, sekarang kami kenalkan dengan laundry koin," kata dia lagi.
"Justru di masa pandemi ini kami bisa membuka sebanyak 11 outlet di beberapa daerah di Indonesia," kata CEO The Daily Wash Laundromat Herlambang Prayatno pada pembukaan cabang baru, di kawasan Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Sabtu.
Ia berharap usaha yang berada di bawah naungan PT Anugrah Lima Semesta tersebut bisa membantu masyarakat untuk memastikan pakaian yang mereka gunakan terbebas dari bakteri.
"Saya melihat 'laundry' sangat dibutuhkan masyarakat sekitar, seperti halnya kita butuh makan. Apalagi di situasi seperti ini, kalau dulu satu celana jins untuk dua hari, sekarang satu hari karena semua orang wajib jaga kebersihan. Dengan teknologi yang kami gunakan bakteri, virus akan mati semua," katanya.
Dia menyatakan untuk di Solo sendiri, usaha tersebut sudah membuka lima cabang, dan diharapkan dalam waktu dekat bisa membuka dua cabang lain di kawasan Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
"Yang kami sasar adalah kawasan padat penduduk dengan ekonomi menengah, termasuk di kawasan Mojosongo ini," katanya lagi.
Sedangkan, untuk pelayanan yang diberikan dalam satu kali proses mulai dari cuci hingga pengeringan hanya membutuhkan waktu selama 1,5 jam.
"Jadi cukup cepat, mereka sudah bisa bawa pulang pakaian bersih, bebas bakteri," katanya pula.
Ia mengatakan untuk proses cuci, konsumen cukup memasukkan koin dan selanjutnya mesin bisa berputar.
"Selama ini kan masyarakat kenalnya laundry kiloan, sekarang kami kenalkan dengan laundry koin," kata dia lagi.