Rusia bantah kabar vaksin Sputnik V tingkatkan risiko terinfeksi HIV

Sabtu, 5 September 2020 8:30 WIB

Jakarta (ANTARA) - Institut Gamaleya, pengembang vaksin COVID-19 dari Rusia, membantah kabar bahwa vaksin Sputnik V yang dikembangkan dengan basis human adenovirus mempunyai risiko lebih tinggi terhadap infeksi virus penyerang kekebalan tubuh, HIV.

Menurut dr. Denis Logunov, Wakil Direktur Kinerja Ilmiah di Institut Gamaleya, pihaknya telah mendengar komentar tersebut, namun menyebut bahwa tidak ada alasan ilmiah atas hal itu.

"Riset tersebut tak lain hanyalah berita bohong," kata Logunov yang berbicara dari Moskow, Rusia, dalam pemaparan media secara virtual yang diikuti ANTARA di Jakarta, Jumat malam."Manusia memang terinfeksi oleh adenovirus, tetapi tidak ada satu pihak pun yang dapat membuktikan bahwa orang yang terinfeksi adenovirus sebelumnya menjadi lebih sensitif terhadap HIV. Vektor adenovirus sangat aman," ujar dia menambahkan.

Rusia mengembangkan Sputnik V berdasarkan platform human adenovirus--virus penyebab penyakit infeksi mirip flu--dengan menggunakan dua komponen, yaitu serotipe adenovirus 26 (Ad26) dan serotipe adenovirus 5 (Ad5).

Dikutip dari laporan Reuters akhir Agustus lalu, sejumlah ilmuwan Barat mengkhawatirkan bahwa vaksin dengan basis Ad5 dapat meningkatkan kemungkinan infeksi HIV.

Baca juga: Rusia publikasikan data riset vaksin Sputnik V

Baca juga: Vaksin COVID-19 Rusia berfungsi selama dua tahun pada manusia

Baca juga: Meksiko bakal uji 2.000 dosis vaksin COVID-19 buatan Rusia


Dalam sebuah riset pengujian vaksin berbasis Ad5 oleh perusahaan Merck pada 2004, orang dengan imunitas yang sudah terbentuk menjadi lebih rentan terhadap HIV -- virus penyebab sindrom penurunan daya tahan tubuh (AIDS).

"Saya akan merasa khawatir tentang penggunaan vaksin-vaksin itu di negara manapun, atau masyarakat manapun, yang mempunyai risiko HIV, dan itu termasuk pula negara ini," kata dr. Larry Corey, pimpinan Jaringan Pencegahan Vaksin Virus Corona di Amerika Serikat, yang juga pemimpin riset Merck 2004.

Bagaimanapun, Rusia berulang kali meyakinkan bahwa Sputnik V--yang merupakan vaksin COVID-19 pertama di dunia yang mengantongi izin dari otoritas kesehatan negaranya--terbukti aman, setidaknya berdasarkan hasil dua tahapan uji klinis.

Pemimpin Eksekutif Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) Kirill Dmitriev, dalam pemaparan media yang sama pada Jumat, balik mempertanyakan vaksin COVID-19 negara-negara Barat yang dikembangkan dengan basis MMR (gondong, campak, rubella) dan chimpanzee adenovirus (ChAd).

"Sekarang kami menanyakan satu hal kepada perusahaan farmasi Barat: dapatkah anda menunjukkan kepada masyarakat riset jangka panjang mengenai keamanan ... efek samping dari platform vaksin yang sepenuhnya baru anda kembangkan?" ujar Dmitriev.

Baca juga: Pejabat Rusia: Barat akui persetujuan vaksin COVID-19 Rusia tepat

Baca juga: Dubes: Lembaga Dana Investasi Rusia tawarkan Sputnik V ke Indonesia


 


Pewarta : Suwanti
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Sputnik V lebih efektif lawan Omicron daripada Pfizer dan Moderna

18 December 2021 12:03 Wib, 2021

Rusia bakal uji coba vaksin COVID-19 versi semprotan hidung

13 October 2021 8:33 Wib, 2021

Vaksin tak kunjung datang, negara ini minta Rusia kembalikan Rp1,16 T

30 June 2021 7:51 Wib, 2021

Rusia uji vaksin COVID-19 versi semprotan hidung untuk anak-anak

13 June 2021 16:53 Wib, 2021

Rusia namai vaksin baru COVID-19 "Sputnik V"

12 August 2020 6:37 Wib, 2020
Terpopuler

Etnik jazz, harmoni musik dan suara alam untuk gerakan lestari

HIBURAN - 12 November 2024 15:09 Wib

Pasar Modal Indonesia selenggarakan CMSE 2024

EKONOMI - 10 November 2024 14:24 Wib

Sebanyak 179 guru di Cimahi belajar jurnalistik bersama ANTARA

PERISTIWA - 12 November 2024 11:41 Wib

Fitur "Face Recognition" BPJS Kesehatan mudahkan pasien di RS

EKONOMI - 13 November 2024 14:42 Wib

DPRD Semarang minta evaluasi pengelolaan Trans Semarang

EKONOMI - 14 November 2024 20:56 Wib