Magelang (ANTARA) - Banyak prasasti dan relief candi memberikan informasi mengenai berbagai seni pertunjukan di Jawa pada masa lalu.
Di prasasti dan relief itu terdapat informasi tentang berbagai hal menyangkut kegiatan seni, termasuk bentuk pertunjukan, alat-alat pertunjukan, serta latar belakang digelar suatu pertunjukan.
Buku Sejarah Nasional Indonesia II cetakan Balai Pustaka pada 2010 menyebutkan dalam Prasasti Poh yang bertarikh 905 M, adanya seni musik gamelan, seni tari, dan lawak yang dipentaskan dalam suatu pertunjukan.
Seniman juga diundang untuk menghadiri upacara penetapan sima sebagai saksi. Barangkali mereka juga menggelar pertunjukan.
Gamelan yang ditabuh adalah padahi, regang, tuwung, sedangkan tariannya yang disuguhkan berupa tari topeng dan lawak.
Upacara penetapan sima diuraikan secara lengkap dalam Prasasti Taji pada 823 Saka (8 April 901).
Pesta yang diadakan selain makan minum juga menari atau mangigel serta adu ayam jago (masawungan --sawung artinya ayam jago).
Menarik perhatian bahwa pesta tarian dilakukan semua yang hadir, termasuk pejabat kerajaan secara bergantian.
Saat sekarang ini, masa yang sulit bagi seluruh manusia, termasuk para seniman dan pekerja seni akibat pandemi virus corona jenis baru (COVID-19). Demikian juga segenap pekerja seni di Magelang.
Data di Bidang Kebudayaan Kota Magelang ada 222 grup kesenian dan ratusan pelaku seni di daerah itu. Tentu mereka juga terdampak pandemi COVID-19.
Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Magelang pada Sabtu (9/5), pandemi telah mengakibatkan enam orang meninggal dunia dan menginfeksi ratusan lainnya di daerah itu.
Baca juga: Telaah - Kota Magelang dalam catatan wabah ke wabah
Guna menekan penyebaran virus tersebut, kini nyaris seluruh orang berupaya mengurangi interaksi antarsatu dan lainnya.
Kehidupan masyarakat berubah drastis. Sekolah diliburkan atau belajar dari rumah secara daring, pegawai diminta bekerja dari rumah, kegiatan ibadah komunal pun ditiadakan hingga waktu yang belum diketahui sampai kapan.
Larangan bepergian dan berkumpul berdampak langsung dan nyata pula pada kehidupan, terutama di bidang seni.
Sebab, hampir semua kegiatan seni membutuhkan interaksi dengan banyak orang semenjak tahap produksi sampai pementasan.
Pengambilan gambar untuk "Konser Di Rumah Saja" secara daring oleh kalangan seniman Magelang untuk mendukung pemutusan mata rantai penyebaran COVID-19, Sabtu (9/5/2020). (ANTARA/HO/Komunitas Pinggir Kali Kota Magelang)
Proses kreatif seniman terganggu, inspirasi terancam terhambat karena wajib tinggal di rumah, sedangkan pembatalan dan penundaan acara seni pun makin banyak terjadi.
Idealnya, walaupun dalam keterbatasan, seniman tetap dapat berkarya. Ini dapat dilakukan dengan memastikan infrastruktur digital dalam kondisi prima agar seniman dapat bekerja secara daring serta memudahkan seniman mengakses ruang pertunjukan milik pemerintah maupun swasta untuk kebutuhan produksi. Misalnya pertunjukan tanpa penonton untuk disiarkan secara daring.
Agar seniman dapat bekerja di rumah, akses bahan baku produksi karya pun perlu dipermudah. Contohnya, produsen dan toko cat lukis, kanvas, tanah liat, benang, atau bahan baku lainnya semestinya ada diskon harga maupun subsidi ongkos kirim.
Kemudahan masyarakat untuk dapat mengakses karya seni juga sangat perlu diperhatikan. Caranya, memastikan infrastruktur digital dalam kondisi prima dan terjangkau agar masyarakat dapat menikmati karya seni melalui internet.
Tentu saja, penggunaan sumber daya Indonesia saat ini harus difokuskan untuk memitigasi dampak penyebaran COVID-19, memperluas akses pelayanan kesehatan, dan menyediakan kebutuhan dasar masyarakat.
Namun, kita perlu sadar banyak pihak menempatkan seni sebagai kebutuhan sekunder, bahkan tersier, sehingga kepedulian terhadap keberlangsungan seni cenderung kecil ketika dihadapkan pada krisis seperti sekarang.
Padahal, seni berperan besar menumbuhkan dan memelihara resiliensi masyarakat saat menghadapi krisis. Artinya, dukungan terhadap seni akan membantu masyarakat bertahan di tengah pandemi, sehingga turut mengurangi beban di pundak pihak lain.
Baca juga: Kota Magelang bentuk satgas pencegahan COVID-19 hingga RT/RW
Maka, perlu langkah nyata menerapkan kebijakan meringankan beban seniman dan pekerja seni dalam mempertahankan denyut nadi seni dan juga denyut nadi para pelaku seni itu sendiri.
Salah satu kegiatan yang diharapkan bisa meringankan beban seniman, yaitu adanya partisipasi masyarakat dalam menyelanggarakan kegiatan pentas dari rumah yang dipertunjukkan secara daring.
Ada beberapa kegiatan yang diselenggarakan secara daring oleh para pelaku seni dalam menyiasati keadaan.
"Dengan proses pengerjaan yang sederhana, yaitu penampil merekam pertunjukannya di rumahnya masing-masing lalu dikumpulkan yang kemudian disiarkan secara 'online' (daring). Harapannya, para seniman di Magelang bisa terbantu tetap bisa berkarya," kata penggagas kegiatan "Konser Di Rumah Saja', Novo Indarto.
Kegiatan juga untuk penggalangan donasi yang akan diberikan kepada segenap pelaku seni yang terlibat dalam konser tersebut.
"Ada 17 pelaku seni, baik grup maupun individu yang bersama-sama terlibat dalam konser yang disiarkan di kanal Youtube tersebut," imbuh pengurus Ikatan Alumni SMAN1 Kota Magelang (Ikasmansatama) selaku penyelenggara kegiatan itu.
Selain "Konser Di Rumah Saja", di Magelang juga diselenggarakan beberapa pentas seni pertunjukan yang disiarkan secara daring untuk menyiasati pandemi COVID-19, seperti Ruwat Alun-Alun Kota dalam rangka Hari Bumi pada 22 April yang diselenggarakan juga secara mandiri oleh para pelaku seni di Magelang.
Selain itu, pentas pembacaan puisi bertajuk "Katakan Gabut Saja!" yang disiarkan juga di kanal Youtube yang diselenggarakan Paguyuban Olahrasa Hayuningbawana (POH) bertepatan dengan Hari Puisi Nasional pada 28 April 2020.
Bisa jadi, dengan antusiasnya para pelaku seni untuk tetap berkarya dalam situasi sulit dampak pandemi, menunjukkan masih rekatnya modal sosial di masyarakat.
Modal sosial berupa kesetiakawanan, solidaritas, dan terutama jejaring kerja sama itu, untuk menghadapi keadaan yang berubah.
Modal sosial yang masih kuat di masyarakat setempat itu, modal utama dalam masyarakat madani yang berdaya.
Selain itu, kuat dalam menghadapi setiap tantangan dan keadaan yang sulit, termasuk pandemi COVID-19 sekarang ini.
*) Muhammad Nafi, Koordinator Komunitas Pinggir Kali Kota Magelang
Baca juga: Tangani COVID-19, Pemkot Magelang alokasikan Rp45 miliar
Baca juga: Telaah - Anomali ekonomi makro Kota Magelang dan prediksi pascapandemi
Di prasasti dan relief itu terdapat informasi tentang berbagai hal menyangkut kegiatan seni, termasuk bentuk pertunjukan, alat-alat pertunjukan, serta latar belakang digelar suatu pertunjukan.
Buku Sejarah Nasional Indonesia II cetakan Balai Pustaka pada 2010 menyebutkan dalam Prasasti Poh yang bertarikh 905 M, adanya seni musik gamelan, seni tari, dan lawak yang dipentaskan dalam suatu pertunjukan.
Seniman juga diundang untuk menghadiri upacara penetapan sima sebagai saksi. Barangkali mereka juga menggelar pertunjukan.
Gamelan yang ditabuh adalah padahi, regang, tuwung, sedangkan tariannya yang disuguhkan berupa tari topeng dan lawak.
Upacara penetapan sima diuraikan secara lengkap dalam Prasasti Taji pada 823 Saka (8 April 901).
Pesta yang diadakan selain makan minum juga menari atau mangigel serta adu ayam jago (masawungan --sawung artinya ayam jago).
Menarik perhatian bahwa pesta tarian dilakukan semua yang hadir, termasuk pejabat kerajaan secara bergantian.
Saat sekarang ini, masa yang sulit bagi seluruh manusia, termasuk para seniman dan pekerja seni akibat pandemi virus corona jenis baru (COVID-19). Demikian juga segenap pekerja seni di Magelang.
Data di Bidang Kebudayaan Kota Magelang ada 222 grup kesenian dan ratusan pelaku seni di daerah itu. Tentu mereka juga terdampak pandemi COVID-19.
Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Magelang pada Sabtu (9/5), pandemi telah mengakibatkan enam orang meninggal dunia dan menginfeksi ratusan lainnya di daerah itu.
Baca juga: Telaah - Kota Magelang dalam catatan wabah ke wabah
Guna menekan penyebaran virus tersebut, kini nyaris seluruh orang berupaya mengurangi interaksi antarsatu dan lainnya.
Kehidupan masyarakat berubah drastis. Sekolah diliburkan atau belajar dari rumah secara daring, pegawai diminta bekerja dari rumah, kegiatan ibadah komunal pun ditiadakan hingga waktu yang belum diketahui sampai kapan.
Larangan bepergian dan berkumpul berdampak langsung dan nyata pula pada kehidupan, terutama di bidang seni.
Sebab, hampir semua kegiatan seni membutuhkan interaksi dengan banyak orang semenjak tahap produksi sampai pementasan.
Proses kreatif seniman terganggu, inspirasi terancam terhambat karena wajib tinggal di rumah, sedangkan pembatalan dan penundaan acara seni pun makin banyak terjadi.
Idealnya, walaupun dalam keterbatasan, seniman tetap dapat berkarya. Ini dapat dilakukan dengan memastikan infrastruktur digital dalam kondisi prima agar seniman dapat bekerja secara daring serta memudahkan seniman mengakses ruang pertunjukan milik pemerintah maupun swasta untuk kebutuhan produksi. Misalnya pertunjukan tanpa penonton untuk disiarkan secara daring.
Agar seniman dapat bekerja di rumah, akses bahan baku produksi karya pun perlu dipermudah. Contohnya, produsen dan toko cat lukis, kanvas, tanah liat, benang, atau bahan baku lainnya semestinya ada diskon harga maupun subsidi ongkos kirim.
Kemudahan masyarakat untuk dapat mengakses karya seni juga sangat perlu diperhatikan. Caranya, memastikan infrastruktur digital dalam kondisi prima dan terjangkau agar masyarakat dapat menikmati karya seni melalui internet.
Tentu saja, penggunaan sumber daya Indonesia saat ini harus difokuskan untuk memitigasi dampak penyebaran COVID-19, memperluas akses pelayanan kesehatan, dan menyediakan kebutuhan dasar masyarakat.
Namun, kita perlu sadar banyak pihak menempatkan seni sebagai kebutuhan sekunder, bahkan tersier, sehingga kepedulian terhadap keberlangsungan seni cenderung kecil ketika dihadapkan pada krisis seperti sekarang.
Padahal, seni berperan besar menumbuhkan dan memelihara resiliensi masyarakat saat menghadapi krisis. Artinya, dukungan terhadap seni akan membantu masyarakat bertahan di tengah pandemi, sehingga turut mengurangi beban di pundak pihak lain.
Baca juga: Kota Magelang bentuk satgas pencegahan COVID-19 hingga RT/RW
Maka, perlu langkah nyata menerapkan kebijakan meringankan beban seniman dan pekerja seni dalam mempertahankan denyut nadi seni dan juga denyut nadi para pelaku seni itu sendiri.
Salah satu kegiatan yang diharapkan bisa meringankan beban seniman, yaitu adanya partisipasi masyarakat dalam menyelanggarakan kegiatan pentas dari rumah yang dipertunjukkan secara daring.
Ada beberapa kegiatan yang diselenggarakan secara daring oleh para pelaku seni dalam menyiasati keadaan.
"Dengan proses pengerjaan yang sederhana, yaitu penampil merekam pertunjukannya di rumahnya masing-masing lalu dikumpulkan yang kemudian disiarkan secara 'online' (daring). Harapannya, para seniman di Magelang bisa terbantu tetap bisa berkarya," kata penggagas kegiatan "Konser Di Rumah Saja', Novo Indarto.
Kegiatan juga untuk penggalangan donasi yang akan diberikan kepada segenap pelaku seni yang terlibat dalam konser tersebut.
"Ada 17 pelaku seni, baik grup maupun individu yang bersama-sama terlibat dalam konser yang disiarkan di kanal Youtube tersebut," imbuh pengurus Ikatan Alumni SMAN1 Kota Magelang (Ikasmansatama) selaku penyelenggara kegiatan itu.
Selain "Konser Di Rumah Saja", di Magelang juga diselenggarakan beberapa pentas seni pertunjukan yang disiarkan secara daring untuk menyiasati pandemi COVID-19, seperti Ruwat Alun-Alun Kota dalam rangka Hari Bumi pada 22 April yang diselenggarakan juga secara mandiri oleh para pelaku seni di Magelang.
Selain itu, pentas pembacaan puisi bertajuk "Katakan Gabut Saja!" yang disiarkan juga di kanal Youtube yang diselenggarakan Paguyuban Olahrasa Hayuningbawana (POH) bertepatan dengan Hari Puisi Nasional pada 28 April 2020.
Bisa jadi, dengan antusiasnya para pelaku seni untuk tetap berkarya dalam situasi sulit dampak pandemi, menunjukkan masih rekatnya modal sosial di masyarakat.
Modal sosial berupa kesetiakawanan, solidaritas, dan terutama jejaring kerja sama itu, untuk menghadapi keadaan yang berubah.
Modal sosial yang masih kuat di masyarakat setempat itu, modal utama dalam masyarakat madani yang berdaya.
Selain itu, kuat dalam menghadapi setiap tantangan dan keadaan yang sulit, termasuk pandemi COVID-19 sekarang ini.
*) Muhammad Nafi, Koordinator Komunitas Pinggir Kali Kota Magelang
Baca juga: Tangani COVID-19, Pemkot Magelang alokasikan Rp45 miliar
Baca juga: Telaah - Anomali ekonomi makro Kota Magelang dan prediksi pascapandemi